Berwasiat tentang Keislaman dan Harta

3. Berwasiat tentang Keislaman dan Harta

Dan Ibrahim telah mewasiatkan ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qûb. (Ibrâhîm berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, maka janganlah kamu mati kecuali dalam memeluk agama Islam".Adakah kamu hadir ketika Ya'qûb kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata

kepada anak-anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" Mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan

nenek moyangmu, Ibrahîm, Ismaîl dan Ishâq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya". (QS. al- Baqarah:132-133)

Wasiat adalah pesan yang disampaikan kepada pihak lain secara tulus, menyangkut suatu kebaikan. Biasanya wasiat disampaikan pada saat-saat menjelang kematian, karena ketika itu, interes dan kepentingan duniawi sudah tidak menjadi perhatian si pemberi wasiat. Nabi Ibrâhîm as. berkata: Hai nak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagi kamu. Maksudnya agama ini adalah tuntunan Allah, bukan ciptaanku. Memang banyak agama yang dikenal oleh manusia, tetapi yang ini, yakni yang intinya adalah penyerahan diri secara mutlak kepada-Nya, itulah yang direstui dan dipilih oleh-Nya karena itu janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan berserah diri kepada-Nya yakni memeluk agama Islam. 24

Pesan ini berarti jangan kamu meninggalkan agama ini walau sesaat pun. Sehingga dengan demikian, kapanpun saatnya kematian datang

24 Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 1, hal. 331 24 Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 1, hal. 331

Faktor inilah yang menjadikan Nabi Ibrâhîm as. dan keturunannya mendapat kedudukan tinggi di sisi Allah, karena beliau selalu meneruskan ajaran yang dianutnya kepada generasi sesudahnya.

Seperti halnya dengan Ya'qûb yang berwasiat serupa kepada anaknya, "Wahai putraku, sesungguhnya Allah swt. telah menganugerahkan kepada kalian sebuah agama yang hakiki, yaitu Islam, dan Dia telah menunjukkan bagi kalian untuk meraihnya. Karenanya, janganlah kalian mati kecuali dalam kondisi teguh memeluk Islam. Berbuat baiklah selalu di dunia dan pegang teguhlah agama ini, agar Allah swt. berkenan untuk mewafatkan kalian dalam kondisi teguh beriman. 25

Acapkali manusia mati dalam keadaan yang kerap ia lakukan selagi hidup dan ia pun akan dibangkitkan dalam kondisi yang sama seperti saat ia diwafatkan. Allah swt. telah menetapkan sebuah sunnah-Nya bahwa siapa yang berniat melakukan kebajikan, ia akan diberikan petunjuk dan kemudahan. Sebagaimana digambarkan dalam beberapa ayat tentang pertanyaan Ya'qûb kepada para putranya saat maut menjemputnya, "Apa yang akan kalian sembah sepeninggalku? "Jawab mereka adalah bahwa mereka menyembah Tuhan Yang Esa tanpa pernah melakukan kemusyrikan terhadap-Nya. Mereka akan patuh dan tunduk selalu terhadap perintah-Nya. 26

26 Quthb, Fî Zhilâl al-Qur`ân, juz 1, h. 512 Quthb, Fî Zhilâl al-Qur`ân, juz 1, h. 513

Kemudian, termasuk wasiat Nabi Muhammad saw menjelang wafatnya, yaitu wasiat berpegang teguh kepada Al-Qur`ân dan Sunnah, sabdanya:

Dari Mu’âwiyah ibn al-‘Irbâdh ibn Sariyah, dia berkata, Rasulullah saw. menasehati kita dengan nasehat perpisahan yang menggetarkan hati dan membuat air mata bercucuran, kami bertanya, "Wahai Rasulullah, sepertinya ini nasehat perpisahan, karena itu berilah kami wasiat. "Nabi saw. bersabda, "Aku tinggalkan dalam cahaya putih malanya seperti siang, tidak tergelincir setelah peninggalanku kecuali mereka yang hidup setelah kalian, barangsiapa dia antara kalian masih hidup niscaya akan menyaksikan banyak perselisihan. Karena itu berpegangteguhlah kepada sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk..." 27

Selanjutnya, hendaknya pula bagi seseorang yang menyadari kedatangan tanda-tanda kematian agar memberi wasiat kepada yang ditinggalkan berkaitan dengan hartanya, bila harta itu banyak.

Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu-bapak dan karib kerabatnya secara ma'ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. (QS.al- Baqarah:180)

Menurut al-Sya’râwî, bahwa dalam ayat “Apabila seseorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) maut, jika ia meninggalkan harta yang

27 ibn Mâjah, Sunan ibn Mâjah, juz 1, h. 50 27 ibn Mâjah, Sunan ibn Mâjah, juz 1, h. 50

Bagi orang yang meninggal dunia dan meninggalkan harta maka wajib berwasiat dari kelebihan tersebut. Rasulullah sendiri tidak suka kepada orang yang berwasiat di akhir-akhir hayatnya, demikian juga halnya dengan pemberitahuan tentang hutang. Karena orang yang menjelang kematiannya tidak lagi dapat mengingat-ingat tentang hal tersebut. Oleh karena itu, Allah menjelaskan kepada kita agar segala sesuatu yang harus diselesaikan semasa hidup, hendaklah dikatakan atau ditulis jauh hari sebelumnya. 29

Seseorang yang beriman berwasiat semasa hidupnya, dan ia tidak menunggu sampai ajalnya datang. Wasiat tersebut diberikan kepada kedua orang tua dan para kerabat. Allah Maha Mengetahui akan hamba- Nya bahwa mereka lebih cenderung untuk memberi kepada anak ketimbang orang tuanya. Padahal kedua orang tua adalah sebab utama dari terciptanya manusia. Oleh karena itu, Allah menyuruh hamba-Nya mengkhususkan bagian tertentu untuk ayah dan ibu serta juga para

28 Muhammad Mutawallî al-Sya’râwî, Tafsîr al-Sya’râwî, (Cairo: Dâr Akhbâr al-Yaum, 1991), jil.1, h. 571

29 Al-Sya’râwî, Tafsîr al-Sya’râwî, jil. I, h.572 29 Al-Sya’râwî, Tafsîr al-Sya’râwî, jil. I, h.572

Kata “haqqan” (kewajiban) yang terdapat pada ayat di atas menjelaskan bahwa seorang hamba akan disodorkan kepadanya segala urusan keimanan. Jika ia beriman maka ia berarti telah ikut mensukseskan syariat yang telah ditetapkan. 31

Selanjutnya, Al-Qur`ân menganjurkan agar manusia saling memberikan wasiat. Kata wasiat berasal dari kata Ardh Washiyah yang berarti tanah yang dipenuhi/bersinambung tumbuhnya. Kata mereka lebih jauh –mewasiati adalah "Tampil kepada orang lain dengan kata-kata yang halus agar yang bersangkutan bersedia melakukan sesuatu pekerjaan yang diharapkan daripadanya secara bersinambung." Dari sini dipahami bahwa isi wasiat hendaknya disampaikan secara bersinambung dan terus menerus serta tidak bosan-bosannya. 32

Dalam surah al-'Ashr ada dua hal yang ditekankan menyangkut kandungan wasiat, yaitu tentang al-Haq (kebenaran) dan al-Shabr (kesabaran).

"Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran." (QS. al-'Ashr:2-3)

Al-Marâghî menjelaskan mengenai ayat di atas dalam tafsirnya bahwa, Sesungguhnya manusia itu adalah rugi dalam amal perbuatannya, kecuali

30 Al-Sya’râwî, Tafsîr al-Sya’râwî, jil. I, h. 573

32 Al-Sya’râwî, Tafsîr al-Sya’râwî, jil. I, h. 573 Syihab, Menjemput Kematian…, h.52 32 Al-Sya’râwî, Tafsîr al-Sya’râwî, jil. I, h. 573 Syihab, Menjemput Kematian…, h.52

Dengan alasan tersebut, kemudian al-Marâghî memberikan saran

bahwa, Yakinlah dengan i'tikad yang benar, bahwa alam semesta ini hanya memiliki satu Tuhan Yang Maha Menciptakan dan Yang Memberikan ridha kepada orang yang taat, dan murka kepada orang- orang yang berbuat maksiat. Dan yakinlah bahwa di antara keutamaan dan keburukan itu sangat berbeda. Dengan demikian, perbedaan ini dapat dijadikan sebagai pendorong untuk beramal baik sebelum datangnya kematian. Jadi, setiap orang itu haruslah bisa bermanfaat untuk dirinya dan orang lain, atau kebaikan seseorang hendaknya dapat dirasakan oleh orang lain. 34

Untuk itu, dalam rangka menerapkan ideal prilakunya berdasarkan ayat di atas, yaitu saling mewasiatkan antar sesama kepada kesabaran, dan menekan diri untuk tidak berbuat maksiat, yang biasanya disenangi oleh manusia yang nalurinya senang terhadap hal-hal seperti ini. Di samping itu, sabar dalam taat kepada Allah, yang biasanya sangat berat dilaksanakan oleh umat manusia. Juga bersabar dalam menghadapi berbagai cobaan Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya. Semuanya itu

33 Al-Marâghî,Tafsîr al-Marâghî, vol.30, h.411

al-Marâghî ,Tafsîr al-Marâghî , vol.30, h.411 al-Marâghî ,Tafsîr al-Marâghî , vol.30, h.411

Ringkasnya, pada dasarnya manusia itu dalam keadaan merugi. Kecuali orang-orang yang mempunyai empat sifat: (1) beriman, (2) beramal saleh, (3) saling berwasiat kepada kebenaran, dan (4) saling berwasiat kepada kesabaran. Mereka melakukan dan mengajak kebaikan kepada orang lain. Setapak pun ia takkan mundur sekalipun berhadapan dengan musibah di dalam melaksanakan dakwah kebaikan tersebut.

Wasiat yang tertera dalam ayat di atas yaitu mengenai anjuran berbuat kebaikan/kebenaran. Quraish Shihab memberikan pengertian tentang al- Haq (kebenaran) berarti sesuatu yang mantap, tidak berubah, apapun yang terjadi. Allah SWT. adalah puncak dari segala yang haq, karena Dia tidak mengalami perubahan. Nilai-nilai agama juga adalah Haq, karena nilai- nilai tersebut harus selalu mantap tidak dapat diubah-ubah. Sesuatu yang tidak berubah, sifatnya pasti, dan sesuatu yang pasti menjadi benar, dari sisi ia tidak mengalami perubahan. 36

36 al-Marâghî ,Tafsîr al-Marâghî , vol.30, h.412 Shihab, Menjemput Kematian..., h.52