Al-Maut dalam Pengertian Belum Ada Wujud

3. Al-Maut dalam Pengertian Belum Ada Wujud

“Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?” (QS. al-Baqarah: 28)

Quraish Shihab dalam menafsirkan ayat ini, menjelaskan; Bagaimana bisa, indra kamu yang mana yang menjadikan kamu terus-menerus kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, yakni tidak berada di pentas bumi ini kemudian Dia menghidupkan kamu di permukaan bumi ini, kemudian Dia mematikan kamu dengan mencabut nyawa kamu sehingga kamu meninggalkan pentas bumi ini, kemudian Dia

39 ‘Umar Sulaiman al-Asyqar, al-Yaum al-Âkhir, al-Qiyâmah al-Shughrâ wa ‘Alâmah al- Qiyâmah al-Kubrâ, (Bairut: Dâr al-Thayyibah li al-Nasyr wa al- Tauzî’, 1999), h. 23

40 Al-Asyqar, al-Yaum al- Âkhir…, h. 23 40 Al-Asyqar, al-Yaum al- Âkhir…, h. 23

yang dilakukan Allah terhadap kamu?. 41 Hal serupa juga sebagaimana ucapan kaum kafir yang meyesal dan

mengakui kesalahannya dengan harapan dapat diberi kesempatan lagi,

Mereka menjawab: "Ya Tuhan kami Engkau telah mematikan kami dua kali dan telah menghidupkan kami dua kali (pula), lalu kami

mengakui dosa-dosa kami. Maka adakah sesuatu jalan (bagi kami) untuk keluar (dari neraka)?" (QS. Ghâfir: 11)

Menurut shahabat Ibn Mas’ûd, Ibn ‘Abbâs, Qatâdah dan Dhahhâk – semoga Allah meridhai mereka- bahwa mereka adalah mati dalam tulang rusuk bapak mereka, kemudian dihidupkan dan dimatikan di dunia ini, kemudian dihidupkan untuk kebangkitan di hari kiamat nanti,

itulah kematian dua kali dan kehidupan dua kali. 42 Yaitu kematian pertama adalah ketiadaan wujud di pentas bumi ini, sedang kehidupan

pertama adalah keberadaan hidup di permukaan bumi. Kematian kedua adalah dengan tercabutnya nyawa sehingga manusia meninggal dunia, dan kehidupan kedua adalah kehidupan di alam barzakh, hal ini sejalan dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah di atas. 43

41 Shihab, Tafsir al-Mishbah…, vol. 1, h. 137 42 Al-Qurthûbî, al-Jâmi’ li Ahkâm al-Qur`ân, juz 15, h. 194 43 Sementara ada juga yang berpendapat bahwa kematian pertama adalah saat habisnya ajal di

dunia dan kematian kedua adalah kematian saat ditiup sangkakala. Sedang kehidupan pertama adalah kehidupan di dunia ini dan yang kedua adalah di alam barzakh. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishbah, vol. 12, hal. 294

Kematian disebut sebagai ketiadaan wujud di pentas bumi, karena kematian diartikan dengan ketiadaan hidup, bukan sebagai perpindahan dari suatu keadaan kepada keadaan lain, dalam hal ini bukan berpindah dari hidup kepada tidak hidup (mati). Pengertian ini didasarkan pada penafsiran kalimat !! ! !!!! yang diartikan dengan “menjadikan mati” atau

“meniadakan kehidupan tanpa didahului kehidupan sebelumnya”. 44 Senada dengan pengertian di atas adalah pertanyaan Allah kepada

para pengingkar hari kebangkitan setelah kematian,

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut? (QS. al- Insân:1)

Jawaban dari pertanyaan tersebut lebih kurang berbunyi: “Benar, manusia pernah tidak wujud,” 45 yaitu dalam keadaan mati pertama kali

sebagaimana pengakuan kaum kafir dalam surat Ghâfir: 11 di atas. Al-Zarkasyi memberikan komentar ketika menafsirkan ayat kedua dari surat al-Mulk,

“Bahwa kematian mendahului kehidupan, karena manusia sebelum ditiupkan ruh kepadanya dikatakan sebagai mayit karena tidak ada ruh di dalamnya. Hal ini disandarkan pada pengertian bahwa kematian adalah ketiadaan wujud, sebagaimana firman-Nya, !!! !! !º !!!! !!!! ! !!º !!!!!!!!! ! !! !!!!!! !!

“Kalian adalah mati maka Allah menghidupkan kalian” (QS. al-Baqarah: 28). 46

44 Shihâbuddîn Mahmûd ibn ‘Abdillâh al-Husainî al-Alûsî, Rûh al-Ma’ânî fî tafsîr al-Qur`ân al-‘Azhîm wa al-Sab’u al-Matsâni, (Bairut: Dâr al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 2001), juz 12, h. 305