Berdoa untuk Husnul khâtimah

2. Berdoa untuk Husnul khâtimah

Ada beberapa doa yang diisyaratkan dalam al-Qur`ân mengenai pesan untuk membawa keimanan dan keislaman sampai ajal tiba. Ayat-ayat al- Qur`ân mengenai pesan tersebut diantaranya, doa Nabi Yûsuf as.:

"Ya Rabbku, Sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebahagian kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebahagian ta'bir mimpi. (Ya Rabb) Pencipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keaadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh." (QS.Yûsuf:101)

Nabi Yûsuf berdoa dengan memulai kalimatnya "Ya Rabbi, Pencipta langit dan bumi, Engkau penolong bagiku di dunia dan akhirat". Ahmad Mushthafâ al-Marâghî menjelaskan dalam tafsirnya "Al-Marâghî " bahwa, Penolong maksudnya sebagai pelindung atas orang yang memusuhi dan hendak berbuat buruk kepada Nabi Yûsuf. Kemudian Nabi Yûsuf melanjukan doanya dengan kalimat "wafatkanlah aku dalam keaadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh". Lebih lanjut al- Marâghî menjelaskan, yakni matikanlah aku dalam keadaan berserah diri kepada-Mu, dan gabungkanlah aku dengan nenek-moyangku yang saleh, yaitu ibrâhîm, Ishâq, serta para Nabi dan Rasul-Nya sebelum mereka;

17 Shihab, Tafsir Al-Mishbah; vol. 2, hal. 378 17 Shihab, Tafsir Al-Mishbah; vol. 2, hal. 378

"Tunjukilah kami jalan yang lurus(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau anugerahkan nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat." (QS. al- Fâtihah:6-7)

Orang-orang yang diberi nikmat itu ialah para Nabi, orang-orang yang benar (shiddiqin), syuhada, dan orang-orang yang shaleh. Mereka semua bukanlah orang-orang yang ingkar kepada Allah dan bukan pula orang- orang yang sesat.

Selanjutnya Allah membimibng manusia untuk berdoa kepada-Nya agar mereka di akhir hayatnya mendapatkan keberuntungan. Disebutkan dalam al-Qur`ân surat `Âli ‘Imrân ayat 193 dan ayat 194, Allah berfirman:

"Ya Rabb kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman, (yaitu):"Berimanlah kamu kepada Rabbmu"; maka kamipun beriman. Ya Rabb kami, ampunilah bagi kami dosa- dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti." (QS. `Âli ‘Imrân:193)

18 Ahmad Mushthafâ al-Marâghî, Tafsîr al-Marâghî, (Mesir: Mushthafâ al-Bâbî al- Halabî,1974), cet. I, juz. XIII, h. 79

Ya Rabb kami, berilah kami apa yang telah Engkau janjikan kepada kami dengan perantaraan rasul-rasul Engkau. Dan janganlah Engkau hinakan kami di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak menyalahi janji". (QS. `Âli ‘Imrân:194)

Ayat di atas pada QS. Âli ‘Imrân ayat 193 menggambarkan bahwa, seperti itulah hati yang terbuka, yang jika menemui fenomena, mereka merespons dan menyadari dengan penuh perasaan, lalu meneliti kekurangan dirinya, dosa-dosanya, dan pelanggarannya. Kemudian

menghadap kepada Tuhannya untuk meminta pengampunan dosanya dan penghapusan kesalahan-kesalahannya, dan meminta agar diwafatkan

bersama orang-orang yang berbakti. 19 Berikutnya, pada QS. Âli ‘Imrân ayat 194 di atas sebagai penutup doa; ialah menghadap dengan penuh harap, berpegang dan percaya penuh akan janji Allah. Penutup doa tersebut merupakan penagihan terhadap janji Allah yang telah disampaikan lewat para Rasul, karena mereka percaya kepada janji Allah yang tidak mungkin diingkari. Ini juga merupakan harapan untuk dibebaskan dari kehinaan pada hari kiamat, dan rasa harapan yang berkait dengan ketakutan pertama dalam doa tersebut. Hal itu juga menunjukkan betapa sadarnya mereka sebagaimana yang tertuang dalam permulaan doanya dan pada penutupnya. Semua itu

menunjukkan betapa sensitifnya hati mereka (ulul-albâb), 20 dan betapa cermat, halus, takwa, dan malunya mereka kepada Allah. 21

19 Quthb, Fî Zhilâl al-Qur`ân, juz 1, h. 71 20 Ulul albab:Orang-orang yang berakal

Quthb, Fî Zhilâl al-Qur`ân, juz 1, h. 71

Selanjutnya ada bebarapa doa dalam hadis Nabi yang menjadi tuntunan dalam menghadapi kematian. Dalam sebuah hadits yang disepakati keshahihannya, ‘Âisyah ra. bercerita, "Aku mendengar Rasulullah SAW. saat beliau bersandar padaku mengucapkan,

"Ya Allah, ampunilah aku, kasihanilah aku dan gabungkanlah aku dengan Sang Pendamping Yang Mulia (Allah)."(HR. Bukhârî dan

Muslim) 22 Sementara Tirmîdzi meriwayatkan bahwa ‘Âisyah berkata, "Aku

menyaksikan Rasulullah SAW. menjelang wafatnya memasukkan tangannya ke dalam sebuah gelas berisi air di sisinya, lalu mengusap mukanya dengan air itu sambil mengucapkan,

"Ya Allah, bantulah aku menghadapi pedihnya kematian dan sakaratul maut" (HR. Nasâ'i) 23