InflasiDeflasi Terbesar per-Subkelompok Asesmen Inflasi

33 Secara umum, inflasi tersebut antara lain merupakan dampak dari kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi pada akhir bulan Mei 2008 yang merupakan respons pemerintah terhadap kenaikan harga minyak dunia.

4. InflasiDeflasi Terbesar per-Subkelompok

Berdasarkan sub kelompoknya, sayur-sayuran merupakan sub kelompok yang mengalami inflasi paling tinggi yaitu sebesar 33,10 m.t.m. Selain itu, sub kelompok transpor juga mengalami inflasi cukup tinggi sebesar 11,29 m.t.m sedangkan inflasi sub kelompok lainnya masih berada dibawah 10,00. Disisi lain, pada bulan Juni 2008 hanya terdapat satu sub kelompok yang mengalami deflasi yaitu sub kelompok sandang laki-laki dengan deflasi sebesar -1,93 m.t.m. Tabel 2.6. Inflasi Deflasi terbesar per-Sub Kelompok Secara Bulanan Kelompok InflasiDeflasi Juni 2008 U M U M 6.49 BAHAN MAKANAN 11.81 Sayur-sayuran 33.10 Kacang-Kacangan 0.19 MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK TEMBAKAU 4.31 Minuman Yang Tidak Beralkohol 5.55 Rokok, Tembakau Minuman Beralkohol 2.17 PERUMAHAN 5.00 Biaya Tempat Tinggal 7.88 Perlengkapan Rumah Tangga 1.65 SANDANG 0.25 Barang Pribadi Sandang Lainnya 1.57 Sandang Laki-Laki -1.93 KESEHATAN 3.98 Obat-Obatan 5.69 Jasa Perawatan Jasmani 0.00 PENDIDIKAN, REKREASI OLAH RAGA 0.13 PerlengkapanPeralatan Pendidikan 0.50 Olah Raga 0.00 TRANSPORT KOMUNIKASI 8.16 Transport 11.29 Jasa Keuangan 0.00 Sumber: data BPS diolah Secara umum, inflasi yang terjadi pada bulan Juni 2008 merupakan dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi yang berpengaruh langsung terhadap peningkatan biaya 34 transportasi. Selain kenaikan harga BBM bersubsidi, kondisi infrastruktur yang masih kurang baik terutama untuk jalan-jalan kabupaten menjadi faktor pendorong mahalnya biaya transportasi dan distribusi barang. Sementara itu, kondisi cuaca yang kurang baik yang terjadi hampir sepanjang triwulan II-2008 juga memberikan tekanan terhadap inflasi bulan Juni 2008.

BAB III Perkembangan Perbankan

1. Kondisi Umum

Sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah menaikan harga BBM pada Mei 2008 yang telah memberikan tekanan peningkatan permintaan domestik sehingga mendorong laju inflasi, Bank Indonesia selama triwulan II-2007 telah menaikan suku bunga acuan BI rate sebesar 50 basis poin, hingga akhir Juni 2008 tercatat sebesar 8,50. Namun demikian, kenaikan suku bunga acuan tersebut belum berpengaruh pada kinerja perbankan bank umum dan BPR Sulawesi Tenggara pada triwulan ini, sebagaimana terlihat pada beberapa indikator kinerja perbankan. Aset perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp5.523,78 miliar, meningkat 3,13 dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang sebesar Rp5.356,08 miliar. Pertumbuhan aset terutama didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga DPK dan antar kantor. DPK yang dihimpun perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 sebesar Rp4.335,08 miliar, meningkat 4,92 dibanding posisi triwulan I-2008 yang sebesar Rp4.131,71 miliar q-t-q. Peningkatan terjadi pada semua jenis simpanan, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada tabungan yakni sebesar 8,15, sementara deposito dan giro masing-masing meningkat sebesar 3,57 dan 0,63 q-t-q. Meningkatnya tabungan, terutama dipengaruhi oleh DPK milik perorangan yang meningkat sebesar 6,84, yang antara lain didorong oleh adanya penerimaan gaji ke-13 yang dibayarkan pada Juni 2008 dan aliran dana BLT, serta tetap bergeraknya aktivitas roda perekonomian. Dengan meningkatnya DPK, memberikan peluang kepada perbankan untuk terus meningkatkan pangsa kreditpembiayaannya. Posisi kreditpembiayaan pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp3.402,85 miliar, meningkat 13,00 dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang sebesar Rp3.011,48 miliar q-t-q. Peningkatan kredit terjadi baik pada kredit produktif yakni kredit investasi dan modal kerja, yang masing-masing meningkat sebesar 22,73 dan 9,15, sementara kredit konsumsi meningkat sebesar 13,94. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada triwulan ini terjadi pada sektor pertanian, PHR, kontruksi, dan sektor lainnya yang masing-masing meningkat sebesar 15,50, 12,90, 26,40 dan 14,07 q-t-q. Peningkatan di sektor pertanian terutama didorong oleh meningkatnya harga komoditi pertanian dan PHR didorong oleh semakin maraknya kegiatan usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran, sementara di sektor konstruksi didorong