Kondisi Umum Perkembangan Perbankan

BAB III Perkembangan Perbankan

1. Kondisi Umum

Sebagai respon terhadap kebijakan pemerintah menaikan harga BBM pada Mei 2008 yang telah memberikan tekanan peningkatan permintaan domestik sehingga mendorong laju inflasi, Bank Indonesia selama triwulan II-2007 telah menaikan suku bunga acuan BI rate sebesar 50 basis poin, hingga akhir Juni 2008 tercatat sebesar 8,50. Namun demikian, kenaikan suku bunga acuan tersebut belum berpengaruh pada kinerja perbankan bank umum dan BPR Sulawesi Tenggara pada triwulan ini, sebagaimana terlihat pada beberapa indikator kinerja perbankan. Aset perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp5.523,78 miliar, meningkat 3,13 dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang sebesar Rp5.356,08 miliar. Pertumbuhan aset terutama didorong oleh meningkatnya dana pihak ketiga DPK dan antar kantor. DPK yang dihimpun perbankan Sulawesi Tenggara pada triwulan II-2008 sebesar Rp4.335,08 miliar, meningkat 4,92 dibanding posisi triwulan I-2008 yang sebesar Rp4.131,71 miliar q-t-q. Peningkatan terjadi pada semua jenis simpanan, dengan peningkatan tertinggi terjadi pada tabungan yakni sebesar 8,15, sementara deposito dan giro masing-masing meningkat sebesar 3,57 dan 0,63 q-t-q. Meningkatnya tabungan, terutama dipengaruhi oleh DPK milik perorangan yang meningkat sebesar 6,84, yang antara lain didorong oleh adanya penerimaan gaji ke-13 yang dibayarkan pada Juni 2008 dan aliran dana BLT, serta tetap bergeraknya aktivitas roda perekonomian. Dengan meningkatnya DPK, memberikan peluang kepada perbankan untuk terus meningkatkan pangsa kreditpembiayaannya. Posisi kreditpembiayaan pada triwulan II-2008 tercatat sebesar Rp3.402,85 miliar, meningkat 13,00 dibandingkan posisi triwulan I-2008 yang sebesar Rp3.011,48 miliar q-t-q. Peningkatan kredit terjadi baik pada kredit produktif yakni kredit investasi dan modal kerja, yang masing-masing meningkat sebesar 22,73 dan 9,15, sementara kredit konsumsi meningkat sebesar 13,94. Secara sektoral, pertumbuhan kredit pada triwulan ini terjadi pada sektor pertanian, PHR, kontruksi, dan sektor lainnya yang masing-masing meningkat sebesar 15,50, 12,90, 26,40 dan 14,07 q-t-q. Peningkatan di sektor pertanian terutama didorong oleh meningkatnya harga komoditi pertanian dan PHR didorong oleh semakin maraknya kegiatan usaha di sektor perdagangan, hotel dan restoran, sementara di sektor konstruksi didorong 36 oleh mulai bergeraknya pembangunan proyek infrastruktur yang dibiayai pemerintah maupun sektor swasta. Selain itu, laju pertumbuhan kredit juga sangat dipengaruhi oleh adanya program kredit usaha rakyat kepada sektor usaha mikro, kecil, dan menengah yang mendapatkan jaminan dari pemerintah sebesar 70 melalui Askrindo. Dengan meningkatnya kredit yang disalurkan perbankan Sulawesi Tenggara, telah mendorong peningkatan pendapatan operasional perbankan, dari Rp266,38 miliar pada triwulan II-2007 menjadi Rp326,64 miliar pada triwulan II-2008 atau tumbuh sebesar 22,62 y-o-y. Pendapatan operasional tersebut sebagian besar bersumber dari pendapatan bunga 89,19, sementara keuntungan transaksi valas, komisi dan provisi, dan keuntungan lainnya memberikan kontribusi terhadap pendapatan bank masing-masing hanya sebesar 0,09, 8,15 dan 2,58. Dari sisi kualitas, kualitas kredit yang disalurkan perbankan Sulawesi Tenggara cukup baik. Hal ini tercermin pada rasio non performing loans NPLs gross yang tercatat sebesar 5,07, sedikit mengalami kenaikan dibandingkan dengan posisi triwulan I-2008 yang tercatat sebesar 4,44. Untuk memitigasi risiko kerugian yang muncul, perbankan telah membentuk cadangan yang cukup berupa Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif PPAP sehingga NPL nett tercatat sebesar 2,78. Peningkatan laju pertumbuhan kredit yang lebih besar dari laju pertumbuhan dana pihak ketiga, telah meningkatkan Loan to Deposit Ratio LDR perbankan Sulawesi Tenggara dari 72,89 menjadi 78,50. Dengan semakin meningkatnya LDR, yang merupakan cerminan dari pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan, menunjukkan peran perbankan dalam mendorong perekonomian di Sulawesi Tenggara terus semakin meningkat. Tabel 3.1: Indikator Perbankan Sulawesi Tenggara Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II q-t-q y-o-y y-t-d Aset 4.843.329 5.094.937 5.142.573 5.356.080 5.523.781 3,13 14,05 7,41 - Bank Umum 4.809.678 5.058.901 5.095.575 5.311.193 5.472.534 3,04 13,78 7,40 - BPR 33.651 36.036 46.998 44.887 51.247 14,17 52,29 9,04 DPK 3.700.818 3.934.431 4.018.925 4.131.714 4.335.081 4,92 17,14 7,87 - Bank Umum 3.671.175 3.902.962 3.977.083 4.092.218 4.291.751 4,88 16,90 7,91 - BPR 29.643 31.469 41.842 39.496 43.330 9,71 46,17 3,56 Kredit 2.371.095 2.634.708 2.815.517 3.011.481 3.402.845 13,00 43,51 20,86 - Bank Umum 2.346.172 2.607.609 2.783.387 2.977.109 3.363.730 12,99 43,37 20,85 - BPR 24.923 27.099 32.130 34.372 39.115 13,80 56,94 21,74 LDR 64,07 66,97 70,06 72,89 78,50 - Bank Umum 63,91 66,81 69,99 72,75 78,38 - BPR 84,08 86,11 76,79 87,03 90,27 NPLS Gross 6,53 6,22 4,52 4,44 5,07 - Bank Umum 6,53 6,22 4,52 4,37 5,05 - BPR 6,42 5,97 4,59 9.93 6,48 Growth 2007 Indikator 2008 37 Sementara itu, peran perbankan di luar Sulawesi Tenggara dalam membiayai proyek- proyek yang berlokasi di Sulawesi Tenggara juga cukup signifikan. Hal ini terlihat pada kredit berdasarkan lokasi proyek, yakni kredit yang disalurkan perbankan di Indonesia untuk membiayai proyek-proyek yang berlokasi di Sulawesi Tenggara yang mencapai Rp4.001,13 miliar, yaitu sebesar Rp3.197,85 miliar disalurkan oleh perbankan di Sulawesi Tenggara dan sebesar Rp803,28 miliar 20,08 kredit disalurkan oleh perbankan di luar Sulawesi Tenggara. Kondisi ini terjadi antara lain karena masih terbatasnya kewenangan memutus kredit bagi pemimpin cabang bank. Selain itu, terdapat investor dari luar yang berinvestasi di Sulawesi Tenggara yang memperoleh pembiayaan dari perbankan di luar Sulawesi Tenggara. 2. Perkembangan Bank Umum 2.1. Aset