Kemampuan Menarik Kesimpulan Kajian Teori

31

6. Kemampuan Menarik Kesimpulan

Osborne Dillon 2010:21 menyatakan bahwa sains memuat beberapa hal pokok, diantaranya adalah metode ilmiah dan pengujian kritis, hipotesis dan prediksi, analisis dan interpretasi data. Hal ini menunjukkan bahwa sains tidak lepas dari sains sebagai proses. Proses mencari tahu dan memecahkan fenomena atau masalah yang disajikan untuk memperoleh pengetahuan atau menguji pengetahuan. Proses pencarian tersebut mengikuti proses yang terstruktur dan melalui tahapan-tahapan yang sistematis. Disisi lain Daluarti t th:3 menyatakan pengetahuan diperoleh melalui dua pendekatan, yaitu pendekatan non-ilmiah dan pendekatan ilmiah. Pendekatan non ilmiah memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut: 1 prosedur tidak sistematis dan tidak terkontrol, 2 penyimpulan bersifat subjektif, 3 penemuan terjadi secara kebetulan, akal sehat, coba-coba, intuitif, kewibawaan atau spekulatif. Pendekatan ilmiah memiliki tiga ciri-ciri sebagai berikut: 1 prosedur sistematis dan terkontrol, 2 berdasarkan data empiris, 3 penyimpulan bersifat objektif dan konsisten. Perolehan pengetahuan melalui pendekatan ilmiah mengikuti metode ilmiah. Pembelajaran inkuiri menggunakan prinsip dasar metode ilmiah dalam proses pembelajarannya. Kemampuan menarik kesimpulan juga merupakan salah satu tujuan dari sebuah pembelajaran. Kemampuan ini bisa dikatakan sebagai indikator penting untuk melihat tingkat pencapaianpemahaman siswa selama proses pembelajaran. Dalam membuat sebuah kesimpulan, metode ilmiah sebagai prosedur utama untuk sampai ke proses pengambilan kesimpulan. Metode ilmiah membantu saintis untuk 32 menyelidiki sebuah masalah secara sistematis sehingga sampai pada sebuah keputusan akhir dan sebagai solusi dari masalah yang ditelitidikaji. Metode ilmiah adalah prosedur dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu, yang merupakan gabungan antara penalaran induktif dan deduktif. Prosedur metode ilmaih dalam sain yang dipaparkan Mclelland t th:5 bisa diterapkan semuanya atau sebagian dari prosedur, diantaranya sebagai berikut : 1. Observasi Pengamatan dilakukan untuk melihat fenomena, peristiwa atau masalah yang akan dikaji. 2. Merumuskan masalah Merupakan pertanyaan mengenai hasil pengamatan yang dilakukan. 3. Merencanakan penelitian Berdasarkan kajian tentang teori atau pengetahuan yang relevan untuk merencanakan penelitian untuk menyelesaikan masalah yang dikaji dalam rumusan masalah. 4. Membuat hipotesis Membuat dugaan sementara atas masalah yang dikaji 5. Jawaban sementara atas hipotesis Jawaban sementara dugaan pertanyaan yang diajukan dan merupakan kesimpulan dari kerangka berpikir yang dikembangkan dalam rencana penelitian. 33 6. Pengujian hipotesis Pengumpulan fakta-fakta yang relevan dengan hipotesis yang diajukan untuk memperlihatkan apakah terdapat fakta-fakta yang mendukung hipotesis atau tidak. 7. Analisis dan kesimpulan Menganalis hasil temuan dan membuat sebuah kesimpulan apakah hipotesis yang diajukan itu ditolak diterima. 8. Mengkaji ulang dan mengevaluasi Hipotesis yang diterima dianggap dikaji ulang dalam forum diskusi apakah sudah memenuhi persyaratan keilmuan, yaitu mempunyai kerangka penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya serta telah teruji kebenaranya. 9. Publikasi Temuan atau jawaban dari masalah yang dikaji di publikasikan dan dapat diakses khalayak umum. Sukardjo 2012:46 menguatkan pemikiran itu dengan menyatakan bahwa dalam membuat sebuah kesimpulan membutuhkan penalaran secara logis. Menalar dengan logis dan memecahkannya melalu prosedur yang benar melalui metode ilmiah meliputi empat hal pokok yaitu : 1 merumuskan hipotesis, 2 merancang dan melaksanakan peenyelidikan, 3 mengumpulkan dan menganalsis data, 4 menarik kesimpulan. Ada dua model penalaran dalam mengambil sebuah kesimpulan, yaitu penalaran induktif dan penalaran deduktif. Penalaran induktif jika bila bertolak dari pengalaman partikular 34 tunggal untuk dapat dibuat suatu kesimpulan yang bersifat umum. Penalaran induktif biasanya digunakan oleh kaum empirisis yaitu ilmuwan yang percaya bahwa justifikasi pengetahuan dibangun melalui pengalaman dan pengamatan seperti pernyataan Rotchild 2006:3 “inductivism claims that we can arrive at objective unbiased conclusions only by…recording, measuring, and describing what we encounter without any root hypothesis….” Penalaran deduktif dimulai dari teori, aksioma atau hipotesis yang bersifat umum kemudian dikembangkan menjadi kesimpulan yang lebih spesifik. Menurut hasil penelitian Prince Felder 2006:8, penalaran induktif lebih mudah diterapkan dalam pembelajaran dan secara umum lebih efektif untuk mencapai hasil belajar. Artinya pernyataan yang bersifat umum lebih ekonomis dan menginterpretasi sutau objek kajian sehingga memiliki esensi bukan sekedar kumpulan fakta-fakta. Karena proses penalaran induktif memberikan kesempatan penyusunan pengetahuan secara sitematik yang mengarah pada sesuatu yang lama kelamaan bersifat fundamental. Selain itu juga bisa digunakan sebagai dasar proses penalaran secara induktif dan deduktif. Joyce et al. 2009:169 menyatakan bahwa model pembelajaran dan pengajaran induktif dirancang untuk melatih siswa membuat konsep dan sekaligus untuk mengajarkan konsep-konsep dan cara penerapannya generalisasi. Model ini mengajar minat siswa pada logika, minat pada bahasa dan arti kata-kata, dan minat pada sifat pengetahuan. Model penalaran induktif, antara lain: 1 pembentukan konsep mengkalkulasi dan membuat daftar, 35 mengelompokkan, membuat label dan kategori, 2 interpretasi data mengidentifikasi hubungan-hubungan yang penting, mengeksplorasi hubungan-hubungan, membuat dugaankesimpulan, 3 penerapan prinsip memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena asing, menghipotesis, menjelaskan dan atau mendukung prediksi dan hipotesis, menguji kebenaran verifikasi prediksi. Ciri dari penalaran deduktif adanya premis silogisme yang menyatakan hubungan sebab-akibat. Dari pernyataan-pernyatan diatas dapat diambil kelebihan dan kelemahan penalaran induktif dan deduktif seperti pada Tabel 9. Tabel 9. Kelemahan dan Kelebihan Penalaran Induktif dan Penalaran Deduktif Jenis Penalaran Kelebihan Kelemahan Induktif 1. Pernyataan bersifat umum memungkinkan proses penalaran selanjutnya secara induktif maupun deduktif 2. Menumbuhkan motivasi pada siswa karena siswa aktif mengobservasi 3. Mampu mengembangkan keterampilan proses siswa 1. Memerlukan waktu yang lama karena berdasarkan pengamatan yang harus diulang-ulang 2. Kemungkinan penarikan kesimpulan salah ada karena setiap siswa diberi kebebasan menarik kesimpulan berdasarkan hasil observasi dan pengalamannya. Deduktif 1. Adanya proses pembuktianpengujian 2. Menumbuhkan berpikir kritis terhadap data-data yang digunakan dalam menarik kesimpulan 1. Bergantung dari kevalidan premis 2. Memerlukan alat ukur yang kompleks untuk menguji kebenaran. Polya 1973:201 menyatakan bahwa tahapan-tahapan proses penyelesaian soal ada empat tahap, yaitu : 1 memahami masalah, 2 36 merencananakan pemecahan masalah, 3 melaksanakan rencana pemecahan masalah, 4 memeriksa kembali solusi yang diperoleh. Berdasarkan paparan di atas, maka dapat disimpulkan kemampuan menarik kesimpulan adalah kecenderungan untuk membuat pernyataan yang didasari alasan logis dan untuk menjelaskan dan menafsirkan hasil observasi menjadi sebuah kesimpulan. Dalam penelitian ini, kemampuan menarik kesimpulan akan diukur dengan aspek : 1 menerjemahmengidentifikasi soal. Pada tahap ini siswa memahami masalah yang disajikan, menentukan apa yang diketahui, dan apa yang ditanyakan; 2 merancangmerencanakan penyelesaian. Pada tahap ini menentukan strategi atau cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal yang diberikan; 3 menyelesaikan soal. Pada tahap ini siswa melaksanakan rencana yang telah ditetapkan pada tahap merancangmerencanakan penyelesaian, menganalisis untuk menemukan dan memaparkan solusi dari masalah yang dikaji; 4 mengevaluasi menyatakan hasil, yaitu kemampuan menyatakan dan menggunakan pengalaman atau pengumpulan data serta hasil analsis untuk menggambarkan kesimpulan dan membuat penjelasan atas sebuah masalah yang dikaji. Aspek menerjemahmengidentifikasi soal tercapai apabila siswa memahami masalah yang disajikan, menentukan apa yang diketahui, dan apa yang ditanyakan. Aspek merancangmerencanakan penyelesaian tercapai apabila siswa dapat menentukan strategi atau cara yang akan digunakan dalam menyelesaikan soal yang diberikan. Aspek menyelesaikan soal tercapai apabila siswa melaksanakan rencana yang telah ditetapkan pada tahap 37 merancangmerencanakan penyelesaian, mampu menganalisis untuk menemukan dan memaparkan solusi dari masalah yang dikaji. Aspek mengevaluasi menyatakan hasil tercapai apabila siswa mampu menyatakan dan menggunakan pengalaman atau pengumpulan data serta hasil analsis untuk menggambarkan kesimpulan dan membuat penjelasan atas sebuah masalah yang dikaji. Semua aspek tersebut masuk dalam setiap butir soal menarik kesimpulan yang disusun dan sistem penilaian dengan rubrik dengan skor berjenjang 1, 2, 3.

7. Kemampuan Berkomunikasi

Dokumen yang terkait

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SEMESTER II SMA PANCA BUDI MEDAN T.A. 2015/2016.

0 2 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 18 MEDAN T.P. 2015/2016.

2 6 17

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA NEGERI 1 RANTAU UTARA T.P. 2014/2015.

0 6 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR KELAS X SMA NEGERI 9 MEDAN.

0 2 14

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH TERHADAP HASIL BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI POKOK SUHU DAN KALOR DI KELAS X SMA NEGERI 16 MEDAN.

0 3 22

Upaya Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis dan Kemampuan Kognitif Siswa Kelas X SMAN 1 Ngemplak dengan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pada materi Suhu dan Kalor.

0 0 17

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SUHU DAN KALOR

0 2 11

PROFIL MISKONSEPSI SISWA KELAS X SMKN 4 MATARAM PADA MATERI POKOK SUHU, KALOR, DAN PERPINDAHAN KALOR

0 0 8

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERBASIS INKUIRI TERBIMBING POKOK BAHASAN SUHU DAN KALOR

0 2 6

Penerapan Model PDEODE pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Logis Siswa Kelas X IPA 2 SMAN 2 Surakarta. - UNS Institutional Repository

0 0 16