Berikut ini adalah klasifikasi subketerampilan pemahaman membaca tersebut yang dapat digunakan sebagai dasar penilaian pembelajaran membaca
pemahaman Ruddel dalam Zuchdi, 2008: 101.
Tabel 1: Klasifikasi Subketerampilan Pemahaman Membaca Menurut Taksonomi Ruddel
Kompetensi Keterampilan Tingkat Pemahaman
Faktual Interpretatif
Aplikatif
1. Ide-Ide Penjelas a. Mengidentifikasi
√ √
√ b. Membandingkan
√ √
√ c. Menggolongkan
√ √
2. Urutan √
√ √
3. Sebab dan Akibat √
√ √
4. Ide Pokok √
√ √
5. Memprediksi √
√ 6. Menilai
a. Penilaian Pribadi √
√ √
b. Identifikasi Perwatakan √
√ √
c. Identifikasi Motif Pengarang √
√ 7. Pemecahan Masalah
√ Pertama, untuk sampai pada tingkat pemahaman faktual, siswa harus
mampu mengindentifikasi dengan mengingat data atau informasi yang ada dalam bacaan. Kedua, untuk memilih pemahaman pada tingkat pemahaman interpretatif,
siswa harus mampu melakukan analisis, rekontruksi, atau pengujian. Ketiga, untuk sampai pada tingkat pemahaman aplikatif, siswa harus menggunakan atau
mengaplikasikan data pada situasi baru. Dengan demikian, penilaian dapat dilaksanakan secara sistematis sesuai petunjuk pengklasifikasian pemahaman
membaca menurut taksonomi Ruddel.
5. Strategi Self-Monitoring Using Questions
a. Konsep dasar strategi Self-Monitoring Using Questions Strategi adalah ilmu dan kiat di dalam memanfaatkan segala sumber yang
dimiliki danatau yang dapat diterapkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Rahim, 2011: 36. Dengan strategi yang tepat, guru dapat
mengajarkan bagaimana cara belajar membaca pemahaman yang cerdas dan baik. Salah satu strategi untuk membaca pemahaman adalah strategi Self-Monitoring
Using Questions yang dikembangkan oleh Maureen McLaughlin dan Mary Beth Allen 2009: 107.
Strategi tersebutmerupakan salah satu strategi yang ditujukan kepada siswa untuk menilai dirinya sendiri dengan mengembangkan prestasi apa yang telah
diraihnya Rahim, 2011: 148. Hal ini dilakukan dengan meninjau diri sendiri, yaitu menyusun sendiri tujuan yang hendak dicapai, memutuskan bagaimana cara
mencapainya, dan menilai kemajuan dalam setiap pencapaian Schunk, 2009: 61. Melalui hal-hal tersebut, siswa dapat mengetahui apa yang akan mereka kerjakan
dan memilih apa yang mereka inginkan agar tumbuh dan berkembang untuk mencapai kemajuan yang menjadi tujuannya.
Lebih lanjut, Rahim 2011: 150 mengemukakan bahwa siswa yang memiliki metakognisi akan sadar bagaimana belajar dan sadar tentang kelebihan
dan kekurangannya yang berkaitan dengan tugas spesifiknya. Mereka bertanya pada diri mereka sendiri untuk menilai kesulitan dari suatu tugas yang diberikan
guru, strategi belajar yang bagaimana yang cocok baginya, masalah-masalah penting, dan keberhasilan mereka. Dalam hal ini, bertanya memiliki peranan
penting dalam kegiatan belajar mengajar di dalam kelas Moore via Rahim, 2011: 110. Kegiatan bertanya dengan mengajar ini merupakan kegiatan yang integral
karena masuk dalam kegiatan pembelajaran. Pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan muncul seperti: benar-benar
pahamkah saya dengan apa yang saya lakukan untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru? apa yang akan saya coba pelajari? apakah saya sudah tahu tentang
subjeknya? cara apakah yang paling efisien untuk mempelajari bahan pelajaran ini? Bagian mana dari bab ini yang sukar bagi saya? apa yang bisa saya lakukan
sehingga paham dengan bagian yang sulit? Sekarang, saya selesai membaca, apakah saya paham dengan apa yang saya baca? Burns, Roe, dan Ross via
Rahim, 2011: 150. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dipadukan dengan proses
membaca sehingga terbentuk tahapan-tahapan dari strategi Self-Monitoring Using Questions. Tahapan tersebutmeliputi menentukan intisari, memprediksikan,
menggambarkan, meringkas, menyuarakan pikiran, dan memecahkan masalah Trehearne dan Doctorow, 2001: 151.
Sementara itu, Sanjaya 2006: 157 mengungkapkan bahwa pertanyaan- pertanyaan yang baik dapat meningkatkan partisipasi siswa secara penuh dalam
proses pembelajaran, dapat meningkatkan kemampuan berpikir pemahaman siswa, dapat meningkatkan rasa keingintahuan siswa, serta memusatkan perhatian
siswa pada masalah yang dibahas dan cara memecahkannya. Strategi ini dapat diterapkan, baik pada pembelajaran membaca teks narasi maupun eksposisi.