Hasil Analisa Bahan Baku Analisis Keputusan

39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisa yang dilakukan pada penelitian ini dimulai dari analisa bahan baku pembuatan Edible Film, yaitu pati kimpul, kemudian dilanjutkan dengan analisa produk Edible Film yang terdiri dari analisa kimia, fisik dan organoleptik. Analisa dilanjutkan dengan analisa keputusan dan finansial yang didasarkan pada segi ekonomis apabila produk ini digunakan sebagai produk industri.

A. Hasil Analisa Bahan Baku

Pati kimpul yang digunakan dalam pembuatan Edible Film pada penelitian ini adalah pati kimpul yang lolos ayakan 80 mesh. Hasil analisa pati kimpul dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Komposisi kimia pati kimpul dalam 100 gr Komponen Kandungan Menurut Ridal 2003 Kandungan Kadar air Kadar amilosa Kadar pati Rendemen 9,830 31,270 83,470 13,500 10 29,240 84,680 14 Pada hasil analisa pati kimpul diketahui bahwa pati kimpul yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan Edible Film mempunyai kadar air 9,830 , kadar pati 83,470 , dan kadar amilosa 31,270 . Hasil analisa pati kimpul pada penelitian ini berbeda dengan hasil analisa menurut penelitian Ridal 2003. Kadar air pati kimpul pada penelitian ini sebesar 9,830 , sedangkan menurut Ridal 2003 kadar air pada pati kimpul 10, kadar air pati kimpul pada 40 penelitian berbeda, hal ini disebabkan karena adanya perbedaan suhu dan lama pengeringan. Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa kadar pati kimpul sebesar 83,470 dan diperoleh kadar amilosa 31,270 , menurut Ridal 2003 kadar amilosa pada pati kimpul sebesar 29,240, dengan demikian kadar pati dan amilosa pada penelitian masih berada di kisaran dan tergolong tinggi, hal ini disebabkan banyaknya pati yang terdapat dalam umbi tergantung umur dan ukuran dari umbi kimpul. Kandungan pati maksimal diperoleh pada umbi kimpul umur 12 bulan dengan ukuran yang besar serta dipengaruhi oleh cara ekstraksi, Rendemen yang diperoleh dari hasil ekstraksi pati kimpul sebesar 13,5, sedangkan menurut Ridal 2003 rendemen sebesar 14. Salah satu faktor yang mempengaruhi rendemen pati adalah kandungan pati yang terdapat dalam bahan dan proses ekstraksi. Menurut Ridal 2003 bahwa rendemen pati dipengaruhi oleh proses ekstraksi, dimana proses yang optimal mengasilkan rendemen yang maksimal. 41

B. Hasil Analisa Kimia

Edible Film dari Pati kimpul 1. Kadar Air Hasil analisis ragam Lampiran 3 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05, dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap kadar air edible film. Hasil analisa kadar air edible film dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap kadar air edible film pati kimpul. Penambahan Na-CMC Penambahan gliserol Kadar air Notasi DMRT 5 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 15,264 15,763 16,484 16,249 17,400 17,906 17,728 18,696 19,621 a b c c d e e f g - 0,283 0,306 0,297 0,312 0,320 0,316 0,322 0,324 Keterangan : Nilai yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05. Tabel 6 menunjukkan bahwa kadar air edible film berkisar antara 15,264- 19,621. Perlakuan penambahan gliserol 10 dan penambahan Na-CMC 1, memberikan hasil kadar air edible film terendah 15,264, sedangkan perlakuan penambahan gliserol 30 dan penambahan Na-CMC 3, memberikan hasil kadar air edible film tertinggi 19,621. Hubungan antara penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol edible film dapat dilihat pada Gambar 10. 42 Gambar 10. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap kadar air edible film pati kimpul. Gambar 10 menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol maka kadar air edible film yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini disebabkan karena Na-CMC dan gliserol berikatan dengan gugus OH pada pati sehingga menyebabkan pengikatan air bebas, semakin banyak air bebas yang terikat akibatnya kadar air meningkat. Hal ini sesuai dengan Nugroho 2009, mengatakan bahwa fungsi Na-CMC adalah mengikat air atau memberi kekentalan pada fase cair sehingga menstabilkan komponen lain, sehingga kadar air meningkat, sedangkan menurut Fennema 1996 bahwa gliserol dapat mengikat air dalam jumlah besar sehingga air yang berada diluar granula menjadi berada didalam granula dan tidak bebas lagi sehingga dapat meningkatkan kadar air edible film. K ad ar a ir 43

2. Transmisi Uap Air

Hasil analisis ragam Lampiran 4 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05, dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap transmisi uap air edible film. Hasil analisa laju transmisi uap air edible film dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap transmisi uap air edible film pati kimpul. Penambahan Na-CMC Penambahan gliserol Transmisi uap Air gmm 2 24 jam Notasi DMRT 5 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 8,980 8,415 8,284 8,531 7,622 7,491 7,526 7,317 6,910 i g f h e c d b a 0,022 0,022 0,022 0,022 0,021 0,020 0,021 0,019 - Keterangan : Nilai yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05. Tabel 7 menunjukkan bahwa nilai laju transmisi uap air edible film berkisar antara 6,910 – 8,980 gmm 2 24 jam. Perlakuan penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30, memberikan hasil transmisi uap air edible film terendah yaitu 6,910 gmm 2 24 jam, sedangkan perlakuan penambahan Na-CMC 1 dan penambahan gliserol 10, memberikan hasil transmisi uap air edible film tertinggi yaitu 8,980 g mm 2 24 jam. Hubungan antara penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol edible film dapat dilihat pada Gambar 11. 44 Gambar 11. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan Penambahan gliserol transmisi uap air edible film pati kimpul. Gambar 11 menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan Na-CMC dan gliserol, Laju transmisi uap air edible film yang dihasilkan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena penambahan Na-CMC dan gliserol dapat menambah jumlah molekul matriks penyusun edible film, dan menghasilkan ketebalan edible film yang sulit ditembus uap air karena pori-pori dari edible film yang semakin merapat, maka laju transmisi uap air rendah. Hal ini sesuai dengan Arvanitoyannis 1997 menyatakan bahwa gliserol berfungsi sebagai pengikat air dan akan meningkatkan kekompakan jaringan matriks edible film sehingga edible film yang dihasilkan memiliki daya tembus uap air yang rendah, sedangkan menurut Chandra 1997 Na-CMC akan membentuk film yang mempunyai kekuatan yang tinggi dan mengurangi kecepatan laju transmisi uap air. Laju Tr an smi si u ap ai r g m 2 24 jam 45

C. Hasil Analisa Fisik

Edible Film dari Pati Kimpul 1. Ketebalan film Hasil analisis ragam Lampiran 5 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05, dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap ketebalan edible film. Hasil analisa ketebalan edible film dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap ketebalan edible film pati kimpul. Penambahan Na-CMC Penambahan gliserol Ketebalan mm Notasi DMRT 5 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 0.115 0,120 0.133 0,122 0,132 0,142 0,138 0,147 0,149 a b c b c d d e e - 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004 0,004 Keterangan : Nilai yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05 Tabel 8 menunjukkan bahwa nilai ketebalan edible film berkisar antara 0,115- 0,149 mm. Perlakuan penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30, memberikan nilai ketebalan edible film tertinggi 0,149 mm sedangkan pada perlakuan penambahan Na-CMC 1 dan penambahan gliserol 10 memberikan rerata ketebalan edible film terendah 0,115 mm. Hubungan antara penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol edible film dapat dilihat pada Gambar 12. 46 Gambar 12. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap ketebalan edible film pati kimpul. Gambar 12 menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan Na-CMC dan gliserol memberikan peningkatkan ketebalan edible film. Hal ini disebabkan karena penambahan Na-CMC dan gliserol akan meningkatkan kekentalan larutan sehingga berpengaruh terhadap ketebalan edible film dan akan lebih banyak jumlah polimer penyusun matriks film sehingga lapisan film yang dihasilkan semakin tebal. Hal ini didukung oleh Nugroho 2009 bahwa fungsi Na-CMC adalah memberikan kekentalan pada fase cair sehingga menstabilkan komponen lain. Sedangkan menurut Guibert and Biquet 1990, mengatakan bahwa pembuatan edible film dengan menggunakan plasticizer akan meningkatkan ketebalan dan stabilitas. K ete b al a n mm 47

2. Kuat Tarik

Tensile Strenght Hasil analisis ragam Lampiran 6 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05, dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap kuat tarik edible film. Hasil analisa kuat tarik edible film dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap Kuat Tarik edible film pati kimpul. Penambahan Na-CMC Penambahan Gliserol Kuat tarik Nmm 2 Notasi DMRT 5 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 4,244 4,796 5,418 5,252 6,400 6,906 6,628 7,229 8,248 a b c c d f e g h - 0,196 0,211 0,206 0,215 0,221 0,219 0,223 0,224 Keterangan : Nilai yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05 Tabel 9 menunjukkan bahwa kuat tarik edible film berkisar antara 4,244 – 8,248 Nmm 2 . Perlakuan penambahan Na-CMC 1 dan penambahan gliserol 10, memberikan kuat tarik edible film terendah 4,244 Nmm 2 , sedangkan perlakuan penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30, memberikan hasil kuat tarik edible film tertinggi 8,248 Nmm 2 . Hubungan antara penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol edible film dapat dilihat pada Gambar 13. 48 Gambar 13. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap kuat tarik edible film pati kimpul. Gambar 13 menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol, kuat tarik edible film yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini disebabkan penambahan Na-CMC dan gliserol dapat meningkatkan kekompakan dari molekul yang menyusun matrik film sehingga memiliki kekuatan terhadap perlakukan mekanis yang semakin besar terhadap lapisan edible film. Penambahan Plasticizer dapat menghindari sobek dan menghasilkan edible film yang kuat dan lentur. Hal ini disebabkan karena adanya pengurangan ikatan antarmolekul rantai polimer pati, sehingga dihasilkan suatu jaringan yang lebih kompak serta meningkatkan elastisitas Guilbert and Biquet, 1990. Menurut Mc Hugh and Krochta 1994, Na-CMC dapat memantapkan sistem dispersi yang homogen pada pati, dapat meningkatkan kelenturan dan kemampuan memanjang dengan demikian keretakan edible film dapat dihindari. K u a t t a r ik Tensile Str eng h t N m m 2 49

3. Persen Perpanjangan

Elongasi Hasil analisis ragam Lampiran 7 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terdapat interaksi yang nyata p ≤ 0,05, dan masing-masing perlakuan berpengaruh nyata terhadap elongasi edible film. hasil analisa elongasi edible film dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap elongasi edible film pati kimpul. Penambahan Na-CMC Penambahan Gliserol Elongasi Notasi DMRT 5 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 16,450 17,823 20,217 19,043 20,167 21,470 21,057 21,304 23,693 a b d c c f e g h - 0,061 0,067 0,064 0,066 0,069 0,068 0,069 0,070 Keterangan : Nilai yang disertai dengan huruf yang sama berarti tidak berbeda nyata pada p ≤ 0,05 Tabel 10 menunjukkan bahwa nilai elongasi edible film berkisar antara 16,450 – 23,693 . Pada perlakuan penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30, memberikan hasil elongasi edible film tertinggi 23,693, sedangkan pada perlakuan penambahan Na-CMC 1 dan penambahan gliserol 30, memberikan hasil elongasi edible film terendah 16,450. Hubungan antara penambahan Na- CMC dan penambahan gliserol edible film dapat dilihat pada Gambar 14. 50 Gambar 14. Pengaruh perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol terhadap elongasi edible film pati kimpul. Gambar 14 menunjukkan bahwa semakin tinggi penambahan Na-CMC dan gliserol maka elongasi edible film akan semakin meningkat. Hal ini disebabkan bahwa penambahan Na-CMC dan gliserol yang semakin besar dapat memberikan struktur yang kompak pada film dan memberikan keplastisan yang semakin besar dari edible film sehingga pada saat ditarik semakin panjang dan sulit putus. Hal ini didukung oleh Guilbert dan Biquet 1990, penggunaan plasticizer seperti gliserol dapat berfungsi menurunkan gaya intermolekuler dalam mengatasi kerapuhan serta meningkatkan elastisitas. Gliserol merupakan bahan pemlastis yang dapat meningkatkan elasitisitas pada edible film sehingga pada saat edible mengalami perpanjangan tidak mudah putus. Sedangkan menurut Chandra 1997, Natrium Carboxymethyl cellulose Na-CMC memiliki kemampuan larut dalam air, membentuk film dengan kekuatan tinggi dan menurut Mc Hugh and Krochta 1994, Na-CMC dapat meningkatkan kelenturan dan kemampuan memanjang dengan demikian keretakan edible film dapat dihindari. El on gas i 51

D. Hasil Uji Organoleptik

Edible Film Kualitas bahan pangan dapat diketahui dengan tiga cara yaitu kimiawi, fisik, dan sensorik. Diterima atau tidaknya bahan pangan oleh konsumen banyak ditentukan oleh faktor mutu terutama mutu organoleptik. Sifat organoleptik dari edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol yang diuji meliputi warna dan tekstur dengan menggunakan uji skoring. Hasil penelitian pada edible film yang dihasilkan, diujikan secara organoleptik meliputi :

1. Uji Skoring Warna

Warna merupakan salah satu parameter fisik yang penting dari suatu bahan pangan. Kesukaan konsumen terhadap suatu bahan pangan juga sangat ditentukan oleh warna. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 8 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol berpengaruh nyata p ≤ 0,05 terhadap skor warna edible film yang dihasilkan. Nilai skor warna edible film dapat dilihat pada Tabel 11 Tabel 11. Nilai uji skoring warna pada edible film dengan penambahan Na- CMC dan penambahan gliserol Perlakuan Na-CMC Gliserol Skor Notasi 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 2,188 2,313 2,938 3,375 3,438 3,938 3,563 4,625 5,438 a a b c c d cd e f Keterangan : Semakin tinggi skor, maka warna semakin baik. 52 Tabel 11 menunjukkan bahwa skor warna edible film antara 2,188 – 5,438. Skor tertinggi terdapat pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30 yaitu sebesar 5,438 sedangkan skor terendah terdapat pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC 1 dan penambahan gliserol 10 yaitu sebesar 2,188. Semakin banyak penambahan Na-CMC dan gliserol, maka edible film yang dihasilkan mempunyai warna yang semakin cerah, dari warna putih keruh sampai bening. Hal ini terjadi karena semakin banyak Na-CMC dan gliserol yang ditambahkan maka terjadi peningkatan jumlah molekul yang menyusun edible film, peningkatan kecerahan edible film akibat penambahan Na-CMC dan gliserol diduga dipengaruhi oleh sifat asal dari polimer Na-CMC cenderung berwarna putih dan gliserol yang cenderung berwarna bening, sehingga apabila ditambahkan dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan meningkatkan indeks kecerahan dari edible film. Hal ini diperkuat oleh Banker 1996, gliserol jika ditambahkan ke dalam materi lain dapat mengubah sifat fisik seperti warna dan sifat mekanik materi tersebut. Sedangkan menurut Chandra 1997, Na-CMC akan membentuk film dengan warna film yang jernih.

2. Uji Skoring Tekstur

Tekstur dari suatu bahan pangan khususnya edible film merupakan salah satu parameter yang penting. Kesukaan konsumen terhadap suatu bahan pangan juga sangat ditentukan oleh tekstur dari bahan pangan tersebut. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 9 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na- CMC dan penambahan gliserol berpengaruh nyata p ≤ 0,05 terhadap skor tekstur 53 edible film yang dihasilkan. Skor tekstur edible film dengan dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Nilai uji skoring tekstur pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol Perlakuan Na-CMC Gliserol Skor Notasi 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 2,250 2,563 3,063 3,438 3,688 3,813 3,625 4,250 4,813 a a b c cd d cd e f Keterangan : Semakin tinggi skor, maka tekstur semakin baik Tabel 12 menunjukkan bahwa skor tekstur edible film berkisar antara 2,250 – 4,813. Nilai skor tertinggi terdapat pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30 yaitu sebesar 4,813, sedangkan nilai rata-rata skor terendah terdapat pada perlakuan penambahan Na- CMC 1 dan penambahan gliserol 30 yaitu sebesar 2,250. Semakin tinggi penambahan Na-CMC dan gliserol menyebabkan edible film menjadi lebih kokoh dan elastis, dan dihasilkan tekstur yang semakin baik. Hal ini didukung oleh Guilbert dan Biquet 1990, bahwa gliserol dapat meningkatkan elastisitas sehingga pada saat film ditarik tidak mudah putus, sedangkan penggunaan Na-CMC akan meningkatkan kekuatan dari film, semakin tebal edible film akan meningkatkan ketahanan film terhadap perlakuan mekanis seperti penekanan atau tarikan. 54

E. Analisis Keputusan

Analisa keputusan untuk penelitian edible film dari pati kimpul yang terbaik didasarkan hasil uji kimia, fisik dan organoleptik yang meliputi kadar air, Transmisi uap air, kuat tarik, elongasi, ketebalan, warna serta tekstur. Nilai keseluruhan dari berbagai analisa pada tiap perlakuan dapat dilihat pada Tabel 13. 55 Tabel 13. Hasil analisis keseluruhan pada produk edible film Perlakuan Na-CMC Gliserol Kadar Air Transmisi Uap Air gmm²24jam Kuat Tarik Nmm 2 Ketebalan mm Elongasi Skor Warna Skor Tekstur 1 2 3 10 20 30 10 20 30 10 20 30 15,264 15,763 16,484 16,249 17,400 17,906 17,728 18,696 19,621 8,980 8,415 8,284 8,531 7,622 7,491 7,526 7,317 6,910 4,244 4,769 5,418 5,252 6,400 6,906 6,628 7,229 8,248 0,115 0,120 0,133 0,122 0,132 0,142 0,138 0,147 0,149 16,450 17,823 20,217 19,043 20,167 21,470 21,057 21,304 23,693 2,188 2,313 2,938 3,375 3,438 3,938 3,563 4,625 5,438 2,250 2,563 3,063 3,438 3,688 3,813 3,625 4,250 4,813 56 Untuk keperluan industri, sifat-sifat fisik, kimia antara lain seperti ketebalan, kuat tarik, elongasi, kadar air, transmisi uap air menjadi pertimbangan dalam menentukan kelayakan penggunaan Labuza, 1982. Produk edible film penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30 sebagai produk terbaik karena memberikan hasil transmisi uap air terendah dan kuat tarik standar serta warna dan tekstur lebih baik. Alternatif ini selanjutnya akan dilanjutkan dengan analisis finansial. Hasil analisa produk edible film dengan perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil analisis produk edible film penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30 Parameter Hasil Analisa Kadar air 19,621 Transmisi uap air 6,910 gmm 2 24jam Kuat tarik 8,248 Nmm 2 Ketebalan 0,149 mm Elongasi 23,693 Warna 5,438 Tekstur 4,813

F. Analisis Finansial