Analisis Finansial HASIL DAN PEMBAHASAN

56 Untuk keperluan industri, sifat-sifat fisik, kimia antara lain seperti ketebalan, kuat tarik, elongasi, kadar air, transmisi uap air menjadi pertimbangan dalam menentukan kelayakan penggunaan Labuza, 1982. Produk edible film penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30 sebagai produk terbaik karena memberikan hasil transmisi uap air terendah dan kuat tarik standar serta warna dan tekstur lebih baik. Alternatif ini selanjutnya akan dilanjutkan dengan analisis finansial. Hasil analisa produk edible film dengan perlakuan tersebut dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14. Hasil analisis produk edible film penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30 Parameter Hasil Analisa Kadar air 19,621 Transmisi uap air 6,910 gmm 2 24jam Kuat tarik 8,248 Nmm 2 Ketebalan 0,149 mm Elongasi 23,693 Warna 5,438 Tekstur 4,813

F. Analisis Finansial

1. Kapasitas produksi Kapasitas produksi direncanakan tiap hari memerlukan bahan baku pati kimpul 6.933 kgtahun dan bahan tambahan gliserol 280,8 lttahun, Na-CMC 468 kgtahun. Kapasitas produksi dalam satu tahun menghasilkan edible film sebanyak 312.000 lbr atau 3.120 bungkus per tahun dengan 1 bungkus = 100 lbr. Data kapasitas produksi lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11. 57 2. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan suatu usaha, terdiri dari biaya tidak tetap dan biaya tetap. Biaya tidak tetap adalah biaya yang besarnya berubah sejalan dengan tingkat produksi yang dihasilkan. Biaya tetap adalah biaya-biaya yang dalam jangka waktu tertentu tidak berubah mengikuti perubahan tingkat produksi. Biaya tetap bersifat konstan pada relevan range tertentu. Secara singkat total biaya per tahun dari industri Edible Film adalah sebagai berikut : Total Biaya Produksi = Biaya Tetap + Biaya Tidak Tetap = Rp. 23.875.551 + Rp. 100.380.240 = Rp. 124.275.791 Perincian total biaya produksi tiap tahun dapat dilihat pada Lampiran 13. 3. Harga Pokok Produksi Berdasarkan kapasitas produksi tiap tahun dan biaya produksi tiap tahun, maka dapat diketahui harga pokok tiap 100 lbrbungkus. Harga Pokok = per tahun produksi Kapasitas produksi biaya Total = Rp. 124.275.791 3.120 = Rp 39.825,6 ≈ Rp. 39.826,- 58 4. Harga Jual Produksi Harga jual diperoleh berdasarkan dari harga pokok, harga produk lain dipasarkan dan juga keuntungan yang ingin dicapai ditambah pajak. Keuntungan yang ingin dicapai 40 dari harga pokok. Pajak 10 dari harga jual. Harga Jual = harga pokok + keuntungan 40 + pajak 10 = Rp 39.826 + Rp 15.930,4 + Rp 3982,6 = Rp 59.739,- bungkus 5. Break Event Point BEP Analisa Break Event Point adalah suatu teknik untuk mempelajari hubungan antara biaya tetap, biaya variabel, keuntungan dan volume kegiatan. Volume penjualan dimana penghasilannya tetap sama dengan biaya totalnya, sehingga perusahaan tidak mendapatkan keuntungan dan menderita kerugian dinamakan “Break Event Point”. Biaya yang termasuk biaya variabel pada umumnya adalah bahan mentah, upah buruh langsung, dan komisi penjualan. Sedangkan yang termasuk golongan biaya tetap pada umumnya depresiasi aktiva tetap, sewa bangunan, bunga pinjaman, gaji pegawai, gaji pimpinan, gaji staff research, biaya kantor Pujawa, 2002. Berdasarkan Lampiran 15. diperoleh BEP sebagai berikut : - BEP biaya titik impas = Rp. 51.741.620,16 - BEP titik impas = 27,76 - Kapasitas titik impas = 866,1 unittahun Kapasitas tiitik impas adalah jumlah produksi yang harus dilakukan untuk mencapai titik impas tersebut. Jadi produksi edible film per tahun mencapai 59 keadaan impas jika produksinya sebesar 866,1 unittahun, dengan kapasitas normal sebanyak 3.210 bungkustahun, hal ini berarti edible film memperoleh keuntungan karena produksinya diatas kapasitas titik impas juga dapat dinyatakan kapasitas produksi mencapai 27,76 dari total produksi yang direncanakan. Grafik BEP dapat dilihat pada Lampiran 16. 6. Net Present Value NPV Net Present Value merupakan selisih antara nilai investasi saat sekarang dengan nilai penerimaan kas bersih dimasa yang akan datang. Suatu proyek dapat dipilih jika NPV-nya lebih besar dari nol. Berdasarkan Lampiran 19. diperoleh nilai NPV sebesar Rp. 145.907.536 dengan demikian proyek ini dapat diterima karena nilai NPV-nya positif atau lebih besar dari nol. 7. Payback Period PP Payback Period menggambarkan panjangnya waktu yang diperlukan agar dana yang tertanam dalam suatu investasi dapat diperoleh kembali seluruhnya Pujawa, 2002. Payback Period dari suatu investasi yang diusulkan lebih pendek dari pada Periode Payback maximum, maka usul investasi tersebut diterima. Berdasarkan Lampiran 15, diperoleh nilai Payback Periode PP selama 3 tahun 4 bulan. Umur ekonomis proyek yang akan direncanakan selama 5 tahun. Berarti investasi pada proyek ini dapat diterima karena nilai PP lebih kecil dari pada umur ekonomis proyek yang direncanakan. 60 8. Gross Benefit Cost Ratio Gross BC Gross Benefit Cost Ratio Gross BC merupakan perbandingan antara penerimaan kotor dengan harga kotor yang telah dirupiahkan sekarang. Proyek akan dipilih apabila Gross BC 1, bila proyek mempunyai Gross BC ≤ 1 maka tidak akan dipilih. Berdasarkan Lampiran 19. diperoleh nilai Gross BC sebesar 1,54 berarti proyek ini dapat diterima atau layak untuk dijalankan. 9. Rate of Return ROR Rate of Return metode Internal Rate of Return merupakan tingkat suku bunga yang menunjukkan persamaan antara nilai penerimaan bersih sekarang dengan jumlah investasi awal dari suatu proyek yang sekarang dengan jumlah investasi awal dari suatu proyek yang dikerjakan. Menurut Pujawa, 2002, bahwa pada tingkat suku bunga inilah nilai NPV sama dengan nol. Proyek dapat diterima apabila dinilai IRR lebih besar dari suku bunga sekarang. Berdasarkan Lampiran 17. diperoleh IRR sebesar 35,62 . Berarti proyek ini dapat diterima karena nilai IRR lebih besar dari pada suku bunga yang dikehendaki yaitu 20 per tahun. 61

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat interaksi nyata antara perlakuan penambahan Na-CMC dan gliserol terhadap kadar air, transmisi uap air, kuat tarik, elongasi dan ketebalan. 2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa penambahan Na-CMC 3 dan gliserol 30 adalah perlakuan terbaik, dengan kadar air sebesar 19,621, laju transmisi uap air 6,910 gmm²24 jam, kuat tarik sebesar 8,248 Nmm 2 , ketebalan 0,149 mm dan elongasi sebesar 23,693. Dan berdasarkan penilaian organoleptik memberikan tingkat skoring terhadap warna sebesar 5,438 dan tekstur 4,813. 3. Hasil analisa finansial diperoleh nilai BEP dicapai pada Rp. 51.741.620,16 sebesar 27,76 dan 866,1 unit tahun. nilai Payback Periode PP 3,4 tahun; nilai NPV Rp. 145.907.536; nilai Gross BC 1,54 dan nilai IRR 35,62 dengan tingkat suku bunga 20, yang berarti lebih tinggi dari bunga yang ada di bank dan layak untuk dilaksanakan.

B. Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk dapat mengetahui daya simpan, sehingga produk yang akan dihasilkan dapat lebih tahan lama.