51
D. Hasil Uji Organoleptik
Edible Film
Kualitas bahan pangan dapat diketahui dengan tiga cara yaitu kimiawi, fisik, dan sensorik. Diterima atau tidaknya bahan pangan oleh konsumen banyak
ditentukan oleh faktor mutu terutama mutu organoleptik. Sifat organoleptik dari edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC
dan penambahan gliserol yang diuji meliputi warna dan tekstur dengan menggunakan uji skoring. Hasil penelitian pada edible film yang dihasilkan,
diujikan secara organoleptik meliputi :
1. Uji Skoring Warna
Warna merupakan salah satu parameter fisik yang penting dari suatu bahan pangan. Kesukaan konsumen terhadap suatu bahan pangan juga sangat ditentukan
oleh warna. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 8 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol berpengaruh nyata p
≤ 0,05 terhadap skor warna edible film yang dihasilkan. Nilai skor warna edible
film dapat dilihat pada Tabel 11 Tabel 11. Nilai uji skoring warna pada edible film dengan penambahan Na-
CMC dan penambahan gliserol Perlakuan
Na-CMC Gliserol
Skor Notasi 1
2
3
10 20
30
10 20
30
10 20
30 2,188
2,313 2,938
3,375 3,438
3,938
3,563 4,625
5,438
a a
b
c c
d
cd e
f
Keterangan : Semakin tinggi skor, maka warna semakin baik.
52
Tabel 11 menunjukkan bahwa skor warna edible film antara 2,188 – 5,438. Skor tertinggi terdapat pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC
3 dan penambahan gliserol 30 yaitu sebesar 5,438 sedangkan skor terendah terdapat pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC 1 dan
penambahan gliserol 10 yaitu sebesar 2,188. Semakin banyak penambahan Na-CMC dan gliserol, maka edible film yang
dihasilkan mempunyai warna yang semakin cerah, dari warna putih keruh sampai bening. Hal ini terjadi karena semakin banyak Na-CMC dan gliserol yang
ditambahkan maka terjadi peningkatan jumlah molekul yang menyusun edible film, peningkatan kecerahan edible film akibat penambahan Na-CMC dan gliserol
diduga dipengaruhi oleh sifat asal dari polimer Na-CMC cenderung berwarna putih dan gliserol yang cenderung berwarna bening, sehingga apabila
ditambahkan dengan konsentrasi yang semakin tinggi akan meningkatkan indeks kecerahan dari edible film. Hal ini diperkuat oleh Banker 1996, gliserol jika
ditambahkan ke dalam materi lain dapat mengubah sifat fisik seperti warna dan sifat mekanik materi tersebut. Sedangkan menurut Chandra 1997, Na-CMC akan
membentuk film dengan warna film yang jernih.
2. Uji Skoring Tekstur
Tekstur dari suatu bahan pangan khususnya edible film merupakan salah satu parameter yang penting. Kesukaan konsumen terhadap suatu bahan pangan juga
sangat ditentukan oleh tekstur dari bahan pangan tersebut. Berdasarkan hasil analisis ragam Lampiran 9 menunjukkan bahwa perlakuan penambahan Na-
CMC dan penambahan gliserol berpengaruh nyata p ≤ 0,05 terhadap skor tekstur
53
edible film yang dihasilkan. Skor tekstur edible film dengan dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Nilai uji skoring tekstur pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC dan penambahan gliserol
Perlakuan Na-CMC
Gliserol Skor Notasi
1
2
3
10 20
30
10 20
30
10 20
30 2,250
2,563 3,063
3,438 3,688
3,813
3,625 4,250
4,813
a a
b
c cd
d cd
e
f
Keterangan : Semakin tinggi skor, maka tekstur semakin baik Tabel 12 menunjukkan bahwa skor tekstur edible film berkisar antara 2,250 –
4,813. Nilai skor tertinggi terdapat pada edible film dengan perlakuan penambahan Na-CMC 3 dan penambahan gliserol 30 yaitu sebesar 4,813,
sedangkan nilai rata-rata skor terendah terdapat pada perlakuan penambahan Na- CMC 1 dan penambahan gliserol 30 yaitu sebesar 2,250.
Semakin tinggi penambahan Na-CMC dan gliserol menyebabkan edible film menjadi lebih kokoh dan elastis, dan dihasilkan tekstur yang semakin baik. Hal ini
didukung oleh Guilbert dan Biquet 1990, bahwa gliserol dapat meningkatkan elastisitas sehingga pada saat film ditarik tidak mudah putus, sedangkan
penggunaan Na-CMC akan meningkatkan kekuatan dari film, semakin tebal edible film akan meningkatkan ketahanan film terhadap perlakuan mekanis seperti
penekanan atau tarikan.
54
E. Analisis Keputusan