perilaku antisosial dapat ditemukan dalam keluarga, lingkungan dan media massa.
Teori belajar lainnya adalah teori asosiasi diferensial yang dicetuskan oleh Edwin H. Sutherland, . Teori ini mengemukakan bahwa perilaku
antisosial adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan dari norma – norma yang menyimpang. Teori asosiasi
diferensial ini secara spesifik digunakan untuk menganalisis kejahatan dan perilaku antisosial yang mengarah pada tindak kejahatan, teori ini bisa
digunakan juga untuk menganalisis bentuk – bentuk lain dari perilaku antisosial seperti pelacuran, homoseksualitas, alkoholisme, vandalisme dan
sebagainya Narwoko Suyanto, 2006 : 112 – 113.
2.1.7 Nilai dan Norma
Dalam kehidupan sehari – hari, manusia selalu berkaitan dengan nilai. Nilai penting bagi kehidupan manusia, sebab nilai bersifat normatif dan
menjadi motivator tindakan manusia. Menurut Bambang Daroeso Herimanto Winarno, 2008 : 126, nilai adalah suatu kualitas atau penghargaan
terhadap sesuatu yang menjadi dasar penentu tingkah laku seseorang dan nilai memiliki ciri – ciri yaitu:
1. Nilai adalah suatu realitas yang abstrak tidak dapat diindra, tetapi ada
dalam kehidupan manusia. Misalnya manusia mengakui ada keindahan. Akan tetapi, keindahan sebagai nilai adalah abstrak. Yang dapat diindra
2. Nilai merupakan sesuatu yang diharapkan oleh manusia. Contohnya,
manusia mengharapkan adanya keadilan. Keadilan sebagai nilai adalah normatif.
3. Nilai menjadikan manusia terdorong untuk melakukan tindakan agar
harapan itu terwujud dalam kehidupannya. Misalnya, individu berharap akan masuk surga. Maka individu ini akan sangat giat dalam beribadah.
Kegiatan manusia pada dasarnya digerakkan atau didorong nilai.
Dalam kehidupan ini banyak sekali nilai yang melingkupi manusia. Contoh nilai adalah keindahan, keadilan, ketuhanan, keselamatan, kemanusian,
kesejahteraan, kebersihan dan sebagainnya. Nilai yang beragam ini dapat diklasifikasikan kedalam macam atau jenis nilai. Notonegoro Herminanto
Winarno, 2008 : 128 menyatakan ada tiga macam nilai, yaitu:
1. Nilai materiil, yakni sesuatu yang berguna bagi jasmani manusia.
2. Nilai vital, yakni sesuatu yang begruna bagi manusia untuk melaksanakan
kegiatan. 3.
Nilai kerohanian, dibedakan menjadi 4 macam yaitu: a.
Nilai kebenaran bersumber pada akal pikir manusia. b.
Nilai keindahan bersumber pada rasa manusia. c.
Nilai kebaikan bersumber pada hati nurani manusia.
d. Nilai ketuhanan yang bersifat mutlak dan bersumber pada
keyakinan manusia.
Namun demikian, nilai belum dapat berfungsi secara praktis sebagai penuntun perilaku manusia. Nilai sendiri masih bersifat abstrak sehingga
butuh konkretisasi atas nilai tersebut. Norma merupakan bentuk konkretiasi dari nilai. Setiap norma pasti terkandung nilai didalamnya. Nilai sekaligus
menjadi sumber bagi norma. Tanpa ada nilai tidak mungkin terwujud norma. Begitu pula sebaliknya, tanpa dibuatkan norma maka nilai yang hendak
dijalankan itu mustahil terwujudkan. Contohnya, ada norma yang berbunyi “Buang sampah pada tempatnya”. Norma ini berusaha mewujudkan norma
kebersihan. Dengan mengikuti norma tersebut, diharapkan kebersihan sebagai nilai dapat terwujudkan dalam kehidupan.
Norma adalah ketentuan – ketentuan yang menjadi pedoman dan panduan dalam bertingkah laku di kehidupan masyarakat. Norma berisi
anjuran untuk berbuat baik dan larangan untuk berbuat buruk sehingga kehidupan ini menjadi lebih baik. Norma adalah kaidah, ketentuan, aturan,
atau kriteria yang mengandung nilai tertentu yang harus dipatuhi oleh masyarakat sehingga terbentuk masyarakat yang tertib, teratur dan aman.
Disamping itu, norma juga dipakai sebagai tolak ukur didalam mengevaluasi perilaku seseorang.
Norma – norma yang berlaku di masyarakat ada 4 macam, yakni:
1. Norma agama
Yaitu norma atau peraturan hidup manusia yang berisi perintah dan larangan yang berasal dari Tuhan. Pelanggaran terhadap norma ini berupa
sanksi di dunia dan akhirat. Norma agama dipatuhi tanpa ada pengawasan dari siapa pun.
2. Norma moral atau kesusilaan
Adalah norma yang hidup dalam masyarakat yang dianggap sebagai peraturan dan dijadikan pedoman dalam bertingkah laku agar terbentuk
pribadi yang mulia. Nilai – nilai yang terkandung dalam norma ini bersifat mengikat individu. Pelanggar dari norma moral ini akan menjadi buah
bibir di kalangan masyarakat dan masyarakat akan mencela perbuatan yang melanggar norma kesusilaan.
3. Norma kesopanan
Adalah norma yang timbul dari kebiasaan pergaulan sehari – hari dalam masyarakat. Norma kesopanan ini berbeda – beda di tiap wilayah, karena
norma ini sesuai dengan adat yang berlaku dalam suatu wilayah tertentu. Pelanggaran atas norma ini adalah sanksi dari masyarakat, misalnya
dikucilkan.
4. Norma hukum
Adalah norma atau peraturan yang bersifat memaksa. Norma ini perlu ada untuk mengatur kepentingan manusia dalam masyarakat agar memperoleh
kehidupan yang tertib. Norma ini datangnya dari kekuasaan atau lembaga
yang resmi dan berwenang. Jika norma ini dilanggar akan ada sanksi pidana atau pemaksa secara fisik. Norma hukum tertuang dalam peraturan
perundang – undangan.
Dalam penelitian ini, nilai dan norma yang digunakan peneliti adalah nilai dan norma yang berlaku di Indonesia khususnya pulau Jawa, dengan
alasan Indonesia merupakan negara demokrasi yang multikultural dan menjunjung tinggi kebebasan untuk berkehendak, berperilaku, berpikir dan
mengemukakan pendapat selama kebebasan itu tidak mengganggu atau merugikan masyarakat lain. Serta juga, lokasi atau tempat setting objek
penelitian ini berada di Indonesia.
2.1.8 Respon Psikologi Warna