Perilaku Antisosial Landasan Teori

produksi makna melalui bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen inilah yang dinamakan representasi http:www.kunci.or.id .

2.1.6 Perilaku Antisosial

Perilaku antisosial antisocial behavior semakin hari kian menjadi gejala umum dimasyarakat. Ini terjadi karena banyak sebab, namun media dipercayai memiliki peranan penting. Perilaku antisosial memiliki definis yang longgar, bahkan cenderung masih dalam perdebatan para ahli. Namun dalam kamus psikologi, perilaku antisosial adalah perilaku yang menyimpang dari norma – norma sosial yang ada, mementingkan diri sendiri dan membahayakan orang lain Kartono Gulo, 2003 : 23. Psikologi memandang perilaku manusia human behavior sebagai reaksi yang dapat bersifat kompleks. Pada manusia khususnya dan pada berbagai spesies hewan umumnya memang terdapat bentuk – bentuk perilaku instinktif species behavior yang didasari kodrat untuk mempertahankan kehidupan. Sikap dan perilaku adalah suatu hal yang berbeda. Perilaku behavior adalah tanggapan atau reaksi suatu individu yang tidak hanya meliputi reaksi dan gerakan tubuh saja, melainkan juga pernyataan – pernyataan verbal dan pengalaman subjektif Bungin, 2005 : 27. Secara sederhana, perilaku adalah segala tindakan manusia atau hewan yang dapat dilihat Kartono Gulo, 2003 : 45. Salah satu karakteristik perilaku manusia yang menarik adalah sifat diferensialnya. Maksudnya, satu stimulus bisa menimbulkan lebih dari satu respon yang berbeda dan beberapa stimulus yang berbeda dapat saja menimbulkan respon yang sama. Untuk menghindari kesimpangsiuran batasan dan makna perilaku antisosial, Pemerintah di Inggris mengkategorikan perilaku – perilaku berikut sebagai perilaku antisosial, yakni membuang sampah sembarangan, vandalisme, gangguan yang terkait dengan kendaraan, tingkah laku yang mengganggu, tingkah laku kasar dan meminta – minta dijalanan. Sedangkan sebuah literatur di Amerika mendefinisikan perilaku antisosial sebagai pengaruh negatif yang ditimbulkan oleh media, seperti adegan kekerasan, kata – kata kasar dan perilaku yang mengganggu orang lain lainnya. Perilaku antisosial bisa dilakukan oleh siapa saja tanpa ada batasan usia dan jenis kelamin serta perilaku antisosial cenderung diterima masyarakat karena dianggap sebagai perilaku penyimpang ringan dari tatanan sosial yang ada. Secara umum, yang dapat digolongkan sebagi perilaku antisosial, antara lain adalah : 1. Tindakan yang nonconform, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan nilai – nilai atau norma – norma yang ada. Contoh tindakan nonconform itu, misalnya memakai sandal jepit ke kampus atau tempat - tempat formal, merokok di area bebas rokok, membuang sampah sembarangan, dan sebagainya. 2. Tindakan asosial, yaitu perilaku yang melawan kebiasaan masyarakat atau kepentingan umum. Bentuk tindakan asosial itu antara lain: menarik diri 3. Tindakan kriminal, yaitu perilaku yang dengan nyata telah melanggar aturan – aturan hukum tertulis dan mengancam jiwa atau keselamatan orang lain. Tindakan kriminal yang sering kita temui itu misalnya: korupsi, pencurian, perampokan, pembunuhan dan berbagai tindakan yanh melanggar hukum lainnya, baik yang tercatat di kepolisian maupun yang tidak, tetapi nyata – nyata mengancam ketentraman masyarakat. Narwoko Suyanto, 2006 : 101 Agresi tidak bisa selalu dikatakan sebagai perilaku antisosial. Ada beberapa tindakan agresi yang sesuai dengan norma – norma sosial, contohnya adalah disiplin pada sekolah – sekolah militer. Segala bentuk perilaku akan dianggap sebagai perilaku antisosial bila perilaku – perilaku tersebut tidak sesuai dengan nilai – nilai dan norma – norma yang ada dalam kelompok sosial tertentu dalam masyarakat. Nilai – nilai dan norma – norma ini mungkin berbeda antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Bahkan dalam suatu masyarakat mungkin terdapat batasan nilai – nilai dan norma –norma yang berbeda. Meskipun setiap masyarakat memiliki nilai – nilai dan norma – norma yang berbeda, tapi beberapa nilai dan norma bersifat universal seperti mencuri itu adalah perbuatan tercela Sears Freedman, 1998 : 4 Hal ini terjadi karena perilaku antisosial adalah perilaku yang bersifat relatif. Bersifat relatif maksudnya adalah perilaku antisosial itu dianggap seperti gaya hidup, kebiasaan – kebiasan, fashion atau mode yang dapat berubah dari zaman ke zaman. Terjadinya perilaku antisosial, sebagaimana juga perilaku prososial, dipastikan selalu ada dalam setiap kehidupan dimasyarakat lebih lebih pada masyarakat yang berpikiran terbuka. Adapun terjadinya perilaku antisosial disebabkan oleh banyak hal, seperti pola asuh, figur orang tua dan keadaan lingkungan namun media dipercayai memiliki peranan yang besar. Telah lama kita percayai bahwa media mempengaruhi banyak aspek kehidupan kita. Dengan semakin majunya perkembangan teknologi komunikasi massa dan media massa dengan pesat, media bukan sekedar mengubah atau memperkuat opini, sikap dan perilaku, melainkan telah menjadi salah satu agen sosialisasi dalam menciptakan dan membentuk sikap, nilai, perilaku dan persepsi mengenai realitas sosial Heru, 2005 : 171. Bandura Dayakisni Hudaniah, 2006 : 238 percaya bahwa sebagian besar tingkah laku individu diperoleh sebagai hasil belajar melalui pengamatan observasi atas tingkah laku yang ditampilkan oleh individu – individu lain yang menjadi model. Dengan demikian, para ahli teori ini percaya bahwa observational atau social modeling adalah metode yang menyebabkan perilaku antisosial. Salah satu karakteristik yang penting dalam proses modeling ini adalah adanya hubungan emosional yang kuat antara model dengan peniru. Oleh karena itu, dalam kehidupan sehari – hari model perilaku antisosial dapat ditemukan dalam keluarga, lingkungan dan media massa. Teori belajar lainnya adalah teori asosiasi diferensial yang dicetuskan oleh Edwin H. Sutherland, . Teori ini mengemukakan bahwa perilaku antisosial adalah konsekuensi dari kemahiran dan penguasaan atas suatu sikap atau tindakan dari norma – norma yang menyimpang. Teori asosiasi diferensial ini secara spesifik digunakan untuk menganalisis kejahatan dan perilaku antisosial yang mengarah pada tindak kejahatan, teori ini bisa digunakan juga untuk menganalisis bentuk – bentuk lain dari perilaku antisosial seperti pelacuran, homoseksualitas, alkoholisme, vandalisme dan sebagainya Narwoko Suyanto, 2006 : 112 – 113.

2.1.7 Nilai dan Norma