14 Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa pemahaman
fisika sebagai proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan,
pengamatan, pengukuran,
penyelidikan, dan
publikasi. Pembelajaran yang merupakan tugas guru termasuk ke dalam bagian
mempublikasikan itu. Dengan demikian pembelajaran fisika sebagai proses hendaknya berhasil mengembangkan keterampilan proses sain pada
diri siswa.
c. Fisika Sebagai Sikap
Dari penjelasan mengenai hakekat fisika sebagai produk dan hakekat fisika sebagai proses di atas, tampak terlihat bahwa penyusunan
pengetahuan fisika diawali dengan kegiatan-kegiatan kreatif seperti pengamatan, pengukuran dan penyelidikan atau percobaan, yang
kesemuanya itu memerlukan proses mental dan sikap yang berasal dan pemikiran. Jadi dengan pemikirannya orang bertindak dan bersikap,
sehingga akhirnya dapat melakukan kegiatan-kegiatan ilmiah itu. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan yang bergerak dalam bidang fisika itu
menggambarkan, rasa ingin tahu dan rasa penasaran mereka yang besar, diiringi dengan rasa percaya, sikap objektif, jujur dan terbuka serta mau
mendengarkan pendapat orang lain. Sikap-sikap itulah yang kemudian memaknai hakekat fisika sebagai sikap atau “a way of thinking”. Oleh para
ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian para ilmuwan IPA termasuk fisika di dalamnya, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena
15 ide-ide dan penjelasan-penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam
pikiran. Oleh sebab itu, pemikiran dan argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam kaitannya dengan hakekat
fisika sebagai sikap. Dari uraian di atas, peneliti hanya melihat dari hakikat fisika sebagai
produk saja karena penelitian ini untuk memahami fisika berupa fakta, konsep, prinsip, hukum, rumus, teori dan model.
B. Pembelajaran Fisika
Matapelajaran fisika di SMA bertujuan agar siswa mampu menguasai konsep-konsep fisika dan saling keterkaitannya serta mampu menggunakan
metode ilmiah yang dilandasi sikap ilmiah untuk memecahkan masalah- masalah yang dihadapinya sehingga lebih menyadari keagungan Tuhan Yang
Maha Esa Buku Kurikulum SMU, 1995: 2. Fisika menganggap bahwa benda-benda maupun segala peristiwa di
alam dunia ini terjadi dengan mengikuti pola-pola tertentu serta dapat dipelajari dan dipahami melalui studi yang cermat dan sistematis. Para ahli
fisika percaya bahwa melalui penggunaan kecerdasan dan bantuan alat-alat yang dapat memperkuat kemampuan pancaindera, manusia dapat menemukan
hukum alam. Fisika juga berasumsi bahwa alam semesta, sebagaimana namanya merupakan satu sistem tunggal yang luas dengan aturanaturan dasar
yang berlaku sama di setiap tempat. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16 Pengajaran fisika yang hanya berusaha memberikan sekumpulan fakta
danpengetahuan kepada para siswa mengakibatkan pemahaman yang sangat sedikit dan tentu saja tidak mengembangkan kebebasan intelektual. Tetapi
mengajarkan cara-cara berpikir ilmiah sebagai suatu perangkat prosedur yang terpisah dari substansi metode ilmiah adalah juga akan sia-sia. Guru fisika
harus membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan ilmiah tentang dunia dan kebiasaan berpikir ilmiah pada saat yang bersamaan.
Matapelajaran fisika SMA sebagai bagian dari matapelajaran IPA di SMA merupakan kelanjutan pelajaran fisika di SMP yang mempelajari sifat
materi, gerak, dan fenomena lain yang ada hubungannya dengan energi. Selain itu, juga mempelajari keterkaitan antara konsep-konsep fisika dengan
kehidupan nyata, pengembangan sikap dan kesadaran terhadap perkembangan ilmu pengetahuan alam dan teknologi beserta dampaknya Buku Kurikulum
SMU, 1995: 1. Di dalam buku kurikulum tersebut juga disebutkan bahwa
matapelajaran fisika SMA berfungsi antara lain memberikan bekal pengetahuan dasar kepada siswa untuk dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari dan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Masih dari Buku Kurikulum SMA, ruang lingkup bahan kajian fisika di SMA
dikembangkan dari bahan kajian fisika di SMP yang diperluas sampai kepada bahan kajian yang mengandung konsep abstrak dan dibahas secara kuantitatif
analitis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17 Menurut Sanjaya 2008:125, tujuan pembelajaran atau tujuan
instruksional merupakan kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari bahasan tertentu. Menurut Bloom dalam Sanjaya, 2008:125-
130, tujuan pembelajaran yang harus dirumuskan terbagi dalam tiga domain, yaitu domain kognitif pengetahuan, afektif sikap, dan psikomotorik
keterampilan. Domain kognitif adalah tujuan pembelajaran dalam bidang kemampuan intelektual atau kemampuan berpikir. Domain kognitif menurut
Bloom terdiri dari 6 tingkatan, yaitu: pengetahuan, pemahaman, aplikasipenerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
Pengetahuan merupakan tingkatan paling rendah dalam tujuan kognitif. Pada tingkatan ini, siswa mampu mengingat informasi yang sudah
dipelajarinya. Kemampuan ini kebanyakan dicapai dengan menghafalkan teks atau rumus yang telah diberikan. Misalnya, siswa mampu menyebutkan bunyi
hukum Newton I, mampu menyebutkan rumus kecepatan, dan lain sebagainya. Tingkatan ini sangat penting untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
lebih tinggi. Pemahaman merupakan tingkatan yang bukan hanya mengingat fakta.
Kemampuan yang dicapai pada tingkatan ini yaitu kemampuan menjelaskan, menafsirkan atau kemampuan menangkap makna atau arti suatu konsep.
Misalnya, siswa mampu menjelaskan transfer panas secara konveksi. Pemahaman untuk menafsirkan sesuatu, contohnya yaitu menjelaskan grafik
kecepatan terhadap perpindahan posisi. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI