Perbedaan Kecenderungan Berselingkuh Pada Wanita Menikah yang
wanita hanya tinggal di rumah saja Satiadarma, 2001. Dari ulasan tersebut terlihat bahwa status wanita yang bekerja mengisyaratkan suatu pribadi yang
lebih bebas dan mandiri, kondisi yang demikian mengakibatkan ketergantungannya dengan suami menjadi berkurang.
Seorang wanita bekerja juga memiliki penghasilan sendiri baginya, hal tersebut secara tidak langsung menjadi suatu kekuatan bagi dirinya, karena ia
dapat hidup mandiri dan menghidupi dirinya sendiri sehingga perasaan takut untuk ditinggal suaminya menjadi berkurang Moore, 2005. Uraian tersebut
semakin dipertegas dengan adanya sebuah penelitian yang dilakukan Universitas di Washington, yang menyatakan bahwa seorang wanita yang
memiliki gaji cukup tinggi memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk melakukan suatu perselingkuhan daripada seorang yang memiliki gaji yang
lebih rendah Laura, 2004. Seorang wanita menikah yang bekerja di luar rumah memiliki peran
ganda ketimbang ibu rumah tangga yang hanya berada di rumah. Ibu rumah tangga yang bekerja di luar rumah memiliki tanggung jawab untuk
menyelesaikan beban kerja dan target kantor, akibatnya kebersamaan dengan anak maupun suami menjadi berkurang. Padahal, kebersamaan dengan suami
dan anak adalah sesuatu hal penting untuk menjaga kedekatan relasi dan emosi Rini, 2002. Maka tidak jarang seorang ibu yang bekerja menjadi tidak terlalu
terbuka kepada suaminya sehingga ia merasa suami tidak bisa mengerti dirinya. Kondisi tersebut bisa menjadikan celah suatu tindakan
perselingkuhan. Isteri, akan mencari seseorang yang dianggap dapat mengerti PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dirinya, dan terkadang dia mulai mencurahkan isi hatinya kepada teman seprofesi yang setiap hari bertemu dengannya. Makin lama kondisi tersebut
menimbulkan rasa empati dan berlanjut pada kasih sayang yang pada akhirnya dapat mencapai perselingkuhan Hawari, 2002.
Kondisi yang demikian cukup berbeda dengan wanita menikah yang tidak bekerja. Setiap hari dengan tidak adanya kesibukan di luar rumah
membuat diri menjadi lebih intensif bersama keluarganya, tanggung jawabnya untuk merawat suami dan anak menjadi lebih terfokus. Seorang wanita
menikah yang berada di rumah dapat mencurahkan seluruh perhatian kepada keluarganya, sehingga komunikasi dengan keluarga menjadi lebih terbuka
Susanto, 1997. Kondisi yang demikian dapat mencegah terjadinya konflik di dalam keluarga.
Dalam hubungannya dengan lingkungan luar, seorang wanita menikah yang tidak bekerja lebih terbatas dalam bersosialisasi. Berbeda dengan ibu
rumah tangga bekerja yang setiap harinya bertemu dengan rekan-rekan kerjanya. Seorang wanita menikah yang tidak bekerja tidak memiliki
penghasilan bagi dirinya. Kondisi yang demikian membuatnya menjadi seorang yang lebih bergantung kepada suami Hastuti dkk, 2004. sehingga
dalam tindakannya otomatis lebih berhati-hati agar tidak menyakiti suami. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa wanita menikah yang
bekerja mempunyai kecenderungan yang lebih besar untuk berselingkuh daripada wanita menikah yang tidak bekerja. Hal tersebut terjadi karena
wanita yang bekerja memiliki kesempatan atau peluang yang lebih besar serta PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
faktor–faktor pendukung yang memungkinkannya melakukan suatu perselingkuhan. Peluang dan kesempatan wanita bekerja lebih besar karena
setiap hari ia dapat bertemu dengan orang lain di lingkungan pekerjaannya sehingga ketika mereka merasakan ketidakpuasan ataupun kebosanan dengan
suami, mereka dapat mencari kompensasi dengan teman lelaki lain. Faktor pendukung yang menyertai seorang wanita bekerja untuk tidak takut
melakukan perselingkuhan adalah dengan adanya penghasilan yang dimilikinya sehingga dengan atau tanpa suaminya mereka tetap bisa mandiri.