Wanita Menikah yang Bekerja

yang baik dalam lingkungan pekerjaan dan keluarga. Santrock 2002 menambahkan bahwa wanita yang berfokus pada pekerjaannya biasanya memiliki resiko ketidakharmonisan dalam kehidupan rumah tangganya. Ketidakharmonisan tersebut tampak dalam perkembangan anak yang kurang diperhatikan, kurangnya komunikasi dan keterbukaan dalam keluarga, dan kemungkinan timbulnya persaingan karir antara suami dan istri yang akan menyebabkan kesulitan terciptanya suasana hangat dalam keluarga. Seorang wanita menikah yang bekerja memiliki kepuasan baik secara fisik maupun psikis. Secara psikis dia mampu untuk mengaktualisasi diri dalam pekerjaan, sedangkan secara fisik ia memiliki penghasilan sendiri Rinto, 2004. Bagi seorang wanita yang bekerja, penghasilan dapat menumbuhkan perasaan mandiri Dewayani, 2000. Dengan demikian seorang wanita yang bekerja tidak terlalu bergantung dalam hal finansial ataupun emosional Dari penjelasan tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kondisi seorang wanita menikah yang bekerja adalah seorang yang memiliki peran ganda, yang dituntut untuk memiliki keseimbangan antara keluarga dan pekerjaan. Disamping itu seorang wanita yang bekerja adalah seorang yang tidak terlalu bergantung dalam hal emosional, maupun finansial. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Faktor Persoalan Wanita Menikah yang Bekerja Menurut Rini 2002 ada beberapa hal yang menjadi persoalan para wanita menikah yang bekerja yaitu : 1 Faktor Internal yang dimaksud dengan faktor internal adalah persoalan yang timbul dari dalam diri pribadi sang isteri tersebut, yaitu karena keadaan yang menuntutnya untuk bekerja, untuk menyokong keuangan keluarga. Kondisi tersebut mudah menimbulkan stres karena bekerja bukanlah timbul dari keinginan diri namun seolah tidak punya pilihan lain demi membantu ekonomi keluarga. 2 Faktor Eksternal Dukungan suami dapat diterjemahkan sebagai sikap-sikap penuh pengertian yang ditunjukkan dalam bentuk kerjasama yang positif, ikut membantu pekerjaan rumah tangga, serta memberikan dukungan moral dan emosional terhadap karir atau pekerjaan istrinya. Di Indonesia, iklim paternalistik dan otoritarian yang sangat kuat turut menjadi faktor yang membebani peran ibu, pekerjaan bisa menjadi sumber ketegangan dan stres yang besar bagi para ibu bekerja. 3 Faktor Relasional Dengan bekerjanya suami atau isteri, maka otomatis waktu untuk keluarga menjadi terbagi. Memang, penanganan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI terhadap pekerjaan rumah tangga bisa diselesaikan dengan disediakannya pengasuh serta pembantu rumah tangga. Namun demikian, ada hal-hal yang sulit dicari subtitusinya, seperti masalah kebersamaan dengan suami dan anak-anak. Padahal kebersamaan suami dalam suasana rileks, santai dan hangat merupakan kegiatan penting yang tidak bisa diabaikan untuk membina, mempertahankan dan menjaga kedekatan relasi serta keterbukaan komunikasi yang satu dengan yang lain. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang menyebabkan seorang isteri mengalami persoalan dalam pekerjaan, diantaranya adalah faktor yang berasal dari dirinya sendiri, faktor yang berasal di luar dirinya yaitu dari lingkungan sekitar.

2. Wanita Menikah yang Tidak Bekerja

a. Pengertian Wanita Menikah yang Tidak Bekerja Wanita menikah yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga pada umumnya adalah seorang wanita yang hanya memiliki peran sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh anak, dan melayani suami sebagai mana yang telah digariskan dalam masyarakat. Dikatakan bahwa tugas utama seorang ibu rumah tangga adalah tetap mengurus hal-hal domestik saja Kholil, 1999. Menurut Hawari 2004 wanita menikah yang tidak bekerja adalah wanita yang tugas pokoknya bukan mencari nafkah, melainkan hanya sebagai ibu yang tugas pokoknya adalah merawat rumah, suami, mengasuh dan membesarkan anak-anaknya saja. Susanto 1997 juga memaparkan hal yang serupa, bahwa pada dasarnya seorang wanita menjadi seorang ibu dan istri. Sebagai seorang istri dia bertugas mendampingi dan melayani semua kebutuhan suami, sedangkan sebagai seorang ibu ia bertanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya. Semua perhatian, kasih sayang dan waktu yang dimiliki dilimpahkan pada suami dan anak-anak, jadi seorang isteri yang tidak bekerja, tidak mencari mata pencaharian tertentu di luar rumah, dan waktunya lebih banyak dicurahkan dalam urusan rumah tangga. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa wanita menikah yang tidak bekerja adalah seseorang yang memiliki tugas utama untuk mengatur seluruh kehidupan dan kelancaran rumah tangga dan tidak mempunyai mata pencaharian tertentu di luar rumah, waktunya hanya dicurahkan dalam urusan rumah tangga b. Kondisi Wanita Menikah yang Tidak Bekerja Wanita menikah yang tidak bekerja memiliki peran tunggal yaitu sebagai ibu rumah tangga. Peran sebagai ibu rumah tangga menuntut seorang wanita untuk mengerjakan pekerjaan rumah serta mengurus anak-anaknya. Kondisi yang demikian memberikan suatu dampak positif dalam kehidupan rumah tangganya, dimana ia lebih intensif dengan anak-anak dan suaminya sehingga keadaan rumah tangga dapat terjaga dengan baik. Kondisi tidak bekerja membuat seorang wanita yang tidak bekerja tidak memiliki penghasilan sendiri dan sangat tergantung secara finansial kepada suaminya. Dilain pihak, seorang ibu rumah tangga juga memiliki ruang lingkup pergaulan yang terbatas karena setiap hari ia disibukkan dengan pekerjaan rumah tangga yang secara rutin dan terus menerus Hastuti dkk, 2004. Kesimpulan dari penjelasan tersebut adalah seorang wanita menikah yang tidak bekerja memiliki peran tunggal sebagai ibu rumah tangga sehingga ia mampu mengendalikan kondisi rumah tangga, meskipun demikian ia memiliki pergaulan atau wawasan yang terbatas serta ketergantungan penuh secara finansial kepada suaminya.

C. Perbedaan Kecenderungan Berselingkuh Pada Wanita Menikah yang

Bekerja dan yang Tidak Bekerja di Yogyakarta. Dalam suatu pernikahan, baik suami maupun isteri pastilah mengharapkan kehidupan pernikahan yang berjalan dengan baik. Kualitas pribadi suami maupun isteri mempunyai pengaruh yang cukup besar dalam menjalankan peran dan tanggung jawab dalam keluarga, meskipun demikian seringkali timbul berbagai masalah dalam suatu pernikahan. Masalah dalam PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI