Kultur Keluarga KAJIAN PUSTAKA

Sejak kecil seorang yang tinggal dalam suatu lingkungan akan mempelajari kultur di mana ia tinggal. Kultur mengajarkan cara pandang, pola pikir, dan perasaan yang benar ketika menghadapi masalah yang dihadapi. Kultur menurut Hofstede 1995:5 adalah “… a collective phenomenon, because it is at least partly shared with people who live or lived within the same social environment, which is there it was learned. It is the collective programming of the mind which distinguishes the members of the one group or category of people from another” Menurut Sugiarto http:www.waspada.co.idserba_serbi pendidikan, kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak. Cakupan unsur kultur tersebut selanjutnya membedakan anggota kelompok satu dengan yang lain Hofstede, 1994:4. Karenanya Hofstede 1994:4 menyebutkan kultur sebagai “software of the mind”. Kultur sebagai bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit berubah. Perubahan bersifat evolutif atau perlahan-lahan. Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut telah menjadi bagian dari diri para anggota kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam lembaga yang mereka bangun. 2. Pengertian dan Dimensi Kultur Keluarga Kultur keluarga adalah kebiasaan-kebiasaan dan kebudayaan keluarga akan menjadi pola pikir tersendiri yang digunakan sebagai dasar seseorang bertindak dan mengambil keputusan. Kultur sebagai bentuk 28 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI pemrograman mental secara kolektif suatu kelompok cenderung sulit berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung secara evolutif. Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena kultur tersebut telah menjadi bagian dari diri anggota para kelompok, tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam lembaga yang mereka bangun. Substansi perbedaan kultur antar kelompok akan lebih tampak pada praktik kultur daripada nilai-nilai Hofstede, 1994:5. Perbedaan kultur antar kelompok tersebut dapat dianalisis pada tingkatan unit atau bahkan sub-sub unit dalam suatu organisasi Hofstede, 1994:181-182. Kultur dapat diklasifikasikan ke dalam 6 enam tingkatan atau lapisan layers yaitu: 1 a national level, 2 a regional level etc, 3 a gender level, 4 a generation level, 5 a social class level, dan 6 an organization or corporate level Hofstede, 1994:10. Pada tingkat nasional, kultur dapat dikenali berdasarkan dimensi yang mencakup: power distance from small to large, collectivism versus individualism, femininity versus masculinity, dan uncertainty avoidance from weak to strong Hofstede, 1994:14. Dimensi power distance jarak kekuasaan merupakan tingkat dalam nama kekuasaan anggota dalam institusi didistribusikan secara berbeda. Dimensi individualism individualisme menggambarkan suatu masyarakat di mana pertalian antar individu cenderung menghilang artinya: individu cenderung memikirkan dirinya sendiri dan setelahnya orang lain. Sedangkan dimensi collectivism kolektivisme menunjukkan suatu kondisi kelompok dalam mana individu-individu sejak lahir 29 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI diintegrasikan secara kuat sehingga mereka menjadi sangat loyal terhadap kelompok tersebut. Dimensi masculinity maskulinitas menunjukkan suatu kelompok di mana peran sosial gender terhadap perbedaan yang jelas. Sementara, dimensi femininity menunjukan suatu kelompok dimana peran sosial gender terhadap perbedaan tidak jelas. Dimensi uncertainty avoidance ketidakpastian menunjukan suatu kelompok masyarakat dimana individu-individu akan merasa terancam dalam suatu kondisi ketidakpastian ketidaktahuan situasi. Elemen-elemen masyarakat sebagaimana diklasifikasikan Hofstede 1994:28 mencakup: keluarga, sekolah, dan komunitas organisasi tempat seseorang melaksanakan aktivitasnya. Pada tingkat keluarga, dimensi power distance jarak kekuasaan mencakup indikator antara lain: ketaatan kepada norma keluarga, menghormati orang tua dan yang lebih tua sebagai dasar kebaikan, otoritas orang tua berpengaruh terus menerus sepanjang hidup, dan ketergantungan. Dimensi collectivism versus individualism mencakup indikator antara lain: demokrasi dalam keluarga, kesetiaan kepada kelompok adalah sumber daya bersama, mampu mengelola keuangan, tidak wajib mengikuti perayaanpesta dalam keluarga, merasa bersalah jika melanggar peraturan, dan keluarga menjadi tempat bersatunya anggota keluarga. Dimensi femininity versus masculinity mencakup indikator antara lain: relasi anak dan orang tua ada jarak, perbedaan peran orang tua, peran wanita yang lebih rendah dari pria, dan belajar bersama menjadi rendah hati. Sedangkan dimensi uncertainty 30 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI avoidance mencakup indikator yang meliputi: toleransi terhadap situasi yang tidak pasti dan mempunyai inisiatif, keluarga menjadi tempat belajar, dan memiliki aturan.

D. Kultur Sekolah

1. Pengertian Kultur Sekolah Kultur merupakan pandangan hidup yang diakui bersama oleh suatu kelompok masyarakat yang mencakup cara berpikir, perilaku, sikap, nilai yang tercermin baik dalam wujud fisik maupun abstrak Sugiarto, http:www.waspada.co.idserba_serbipendidikan. Menurut Dapiyanta 2005:92, kultur sekolah adalah perilaku lahir dan batin dari komunitas sekolah dalam menjalankan kehidupan sekolah yang berpola dan mentradisi. Mentradisi di sini tidak berarti berhenti, melainkan dinamis dan selalu berproses. Menurut Clifford Geertz seperti yang dikutip oleh Siti Sumarni kultur sekolah merupakan pola nilai, norma, sikap hidup, ritual, dan kebiasaan yang baik dalam lingkungan sekolah, sekaligus cara memandang persoalan dan pemecahannya. Sedangkan Arief Achmad http:www.pikiran-rakyat.comcetak1004110310.htm, kultur sekolah merupakan faktor esensial dalam membentuk siswa menjadi manusia yang optimis, berani tampil, berperilaku kooperatif, kecakapan personal dan akademik. 31 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Sergiovanni menyimpulkan bahwa ada korelasi positif yang signifikan antara kultur sekolah dan kualitas lulusan. Senada dengan temuan Frymier dkk. Arief Achmad, http:www.pikiran-rakyat.com cetak1004110310.htm bahwa iklim sekolah seperti hubungan interpersonal, lingkungan belajar kondusif, menyenangkan, moral dan spirit berkorelasi secara signifikan dengan kepribadian dan prestasi akademik sekolah. Sebuah kultur sekolah akan terwujud jika semua komponen turut ikut andil didalamnya, karena hubungan kekerabatan individu merupakan kunci sebuah sistem. Suasana disiplin, keakraban, saling menghargai, dan menghormati tentunya tidak boleh diabaikan. Peran kultur sekolah adalah untuk memperbaiki kinerja sekolah, membangun komitmen warga sekolah, serta membuat suasana kekeluargaan, kolaborasi, ketahanan belajar, semangat terus maju, dorongan bekerja keras dan tidak mudah mengeluh Arief Achmad, http:www.pikiran-rakyat.comcetak 1004110310.htm. Kultur sekolah yang positif menghargai kesuksesan, menekankan pencapaian dan kolaborasi, serta mengikat suatu komitmen pada staf dan siswa untuk belajar. Menyalahkan siswa atas prestasinya, menghindari kolaborasi, dan selalu ada pertentangan antar warga sekolah merupakan kultur sekolah yang negatif. Kultur sekolah yang negatif mestinya diubah kearah positif. Untuk mengubahnya kepala sekolah harus memahami kultur yang ada, mengubah variasi hubungan antar warga sekolah, 32 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Dokumen yang terkait

Hubungan kultur keluarga dan kultur sekolah dengan minat siswa berwirausaha : studi kasus pada siswa kelas X SMK Negeri I Depok, Sleman.

0 1 161

Pengaruh jenis kelamin dan locus of control terhadap hubungan kultur keluarga, kultur lingkungan kerja, dan kultur lingkungan masyarakat dengan kecerdasan emosional guru : survei pada guru SMA di Kabupaten Sleman, DIY.

0 1 271

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi kelas tiga SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Kulon Progo, ...

0 1 246

Pengaruh pelaksanaan diklat terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survey pada siswa-siswa kelas 2 pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kotamadya Yogyakarta, Propinsi DIY.

0 2 187

Pengaruh locus of control, kultur keluarga, dan kultur sekolah pada hubungan kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa : survey siswa-siswi SMP negeri dan swasta di Kabupaten Kulon Progo.

0 1 294

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei Siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Bantul, Propinsi DIY.

0 0 235

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Sleman, Propinsi DIY -

0 0 232

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei Siswa-siswi pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Bantul, Propinsi DIY -

0 0 233

Pengaruh pelaksanaan diklat terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survey pada siswa-siswa kelas 2 pada 6 SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kotamadya Yogyakarta, Propinsi DIY -

0 0 185

Pengaruh pelaksanaan pendidikan dan pelatihan terhadap kecerdasan emosional berwirausaha ditinjau dari kultur keluarga, kultur sekolah dan bakat kewirausahaan : survei siswa-siswi kelas tiga SMK jurusan Teknik Mekanik Otomotif Kabupaten Kulon Progo, ... -

0 0 244