1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pembangunan di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pendidikan
mempunyai peranan yang penting. Melalui pendidikan dihasilkan sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan dan keahlian dalam bidang ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam proses pembangunan. Realitas menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam dunia
pendidikan kita. Permasalahannya adalah kurangnya relevansi antara keluaran pendidikan dengan keterampilan kerja yang diperlukan dunia usaha. Dengan
sempitnya lapangan kerja, dampaknya adalah terus meningkatnya jumlah pengangguran intelektual. Mayoritas pengangguran tersebut adalah mereka
yang masih berusia produktif. Oleh sebab itu tingginya angka pengangguran terdidik sebenarnya mencerminkan “kegagalan” dalam proses pendidikan di
negeri ini. Tingginya angka pengangguran terdidik juga menunjukkan bahwa pendidikan tidak menyiapkan lulusan untuk mampu memiliki life skill yang
memadai. Kondisi tersebut di atas menunjukkan perlunya pemikiran ke arah
perwujudan peran yang lebih efektif dari instansi-instansi dalam rangka membangun manusia berwirausaha. Menurut Soeroto 1983:210-221 untuk
mengatasi kelebihan persediaan tenaga kerja, perlu usaha untuk menciptakan kesempatan kerja melalui pembentukan wirausahawan baru dalam jumlah
yang memadai dan memiliki kemampuan berwirausaha yang cukup. Pemberian mata pelajaran kewirausahaan di sekolah dirasakan kian penting
bagi siswa dalam rangka menyiapkan mereka memasuki dunia kerja. Sekolah Menengah Kejuruan SMK sebagai lembaga pendidikan
sebagai wadah pencetak tenaga-tenaga kerja diharapkan mampu menghasilkan lulusan dengan keunggulan keterampilan dan memiliki jiwa wirausaha.
Dengan kata lain, lulusan SMK diharapkan memiliki potensi yang lebih besar untuk berhasil berwirausaha. Lulusan karenanya minimal memiliki
kemampuan penalaran yang cukup, wawasan yang luas, dan minat berwirausaha yang tinggi.
Berwirausaha merupakan alternatif yang mempunyai efektifitas dan efisiensi dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengatasi masalah
pengangguran pada saat ini. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan minat siswa berwirausaha. Hal demikian disebabkan
siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi siswa dengan lingkungannya akan berdampak pada minat siswa dalam berwirausaha.
Ruang lingkup lingkungan belajar siswa secara umum adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.
Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling dekat dan mendukung siswa untuk menjadi wirausahawan. Dukungan dari keluarga akan menjadi
motivasi bagi siswa untuk berwirausaha. Minat siswa berwirausaha akan cenderung tinggi pada lingkungan keluarga yang baik, sementara akan rendah
pada siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang cenderung buruk. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Lingkungan belajar di sekolah meliputi lingkungan sekitar sekolah, keadaan sekolah, fasilitas-fasilitas yang dapat terlihat dalam proses belajar,
peranan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan antar siswa dan lain- lain. Lingkungan belajar di sekolah memiliki peranan penting siswa memiliki
minat berwirausaha. Adanya mata pelajaran kewirausahaan memungkinkan siswa mengembangkan bakat kewirausahaannya. Di samping itu keikutsertaan
siswa dalam praktek kewirausahaan akan menimbulkan minat siswa untuk berwirausaha.
Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Masyarakat sebagian besar berwirausaha
maka akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha. Tanpa disuruh siswa akan berusaha mengetahui, memperhatikan dan melibatkan diri dengan
lingkungan masyarakatnya. Bagi siswa yang berasal dari lingkungan masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai wirausaha, maka aktivitas
lingkungan dapat menjadi pendorong aktivitas belajar, jiwa, serta mental mereka untuk belajar berwirausaha. Sebaliknya siswa yang hidup di
lingkungan masyarakat yang sebagian profesinya bukan wirausaha tidak terjadi demikian. Dengan demikian siswa memiliki minat yang lebih rendah
untuk berwirausaha. Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk menganalisa sejauh
mana fakor lingkungan belajar berhubungan dengan minat siswa berwirausaha. Penelitian ini selanjutnya mengambil judul “HUBUNGAN
ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN MINAT PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
BERWIRAUSAHA“ Studi kasus pada siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.
B. Batasan Masalah