Hubungan lingkungan belajar siswa dengan minat berwirausaha : studi kasus pada kelas XII SMK BOPKRI I jln. Cik Ditiro No.37 Yogyakarta.

(1)

xi

ABSTRAK HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN MINAT

BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMK BOPKRI I YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha, (2) hubungan lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha, (3) hubungan lingkungan belajar siswa di

masyarakat dengan minat berwirausaha. Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI I, Yogyakarta pada bulan November

2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa, yang menjadi sampel 68 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha (thitung = 10,557 > ttabel = 1,668), (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha (thitung = 7,799 > ttabel = 1,668), dan (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di masyarakat dengan minat berwirausaha (thitung = 11,034 > ttabel = 1,668).


(2)

xii

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’S LEARNING ENVIRONMENT AND ENTREPRENEURIAL INTEREST

A Case Study on the Last Class of BOPKRI I Vocational High School Students YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The purpose of this research is to know: (1) the relationship between student’s family learning environment and entrepreneurial interest, (2) the relationship between student’s school learning environment and entrepreneurial interest, (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest.

The research was conduted at BOPKRI I Vocational High School, Yogyakarta in November 2008. Population in this research was 200 students. The samples were 68 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The techniques of collecting data were questionnaire and documentation. The data analysis technique was product moment correlation.

The result of the research shows that: (1) the relationship between student’s learning environment in family and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 10,557 > ttable = 1,668); (2) the relationship between student’s learning environment in school and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 7,799 > ttable = 1,668); (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 11,036 > ttable = 1,668).


(3)

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DENGAN MINAT BERWIRUSAHA

Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

TH. YUANDHITA DIAN. P 021334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009


(4)

i

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DENGAN MINAT BERWIRUSAHA

Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

TH. YUANDHITA DIAN. P 021334053

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Ku persembahkan untuk :

1.

Tuhan Yesus Kristus atas segala berkah Nya

2.

Alm. Rm Tan Soe ie, S.J. “

Mbah Romo

3.

Papaku St. Herwanto dan Mamaku M. Rita Endah. A. W

4.

Ketiga adikku, Si kembar F. Natalia Radwi Cahyawati dan P.

Christine Radwi Suryani, dan A. Anuncia Putri

5.

Yang ada dihatiku Ign. Tommy Andre. W

6.

Sanak- saudara yang telah membantu perjuangan ini

7.

Sahabat-sahabatku serta teman-teman seperjuangan


(8)

v

MOTTO

Untuk segala sesuatu ada waktunya

Jangan memimpikan masa lalu dan jangan

mengaharapkan masa depan, hadapilah semua

yang ada saat ini dengan penuh semangat

Kita merasakan kehidupan yang sebenarnya saat

kita sudah merasakan kesedihan, menangis,


(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 5 Maret 2009 Penulis


(10)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : TH. YUANDHITA DIAN. P

Nomor Mahasiswa : 021334053

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA

DENGAN MINAT BERWIRUSAHA

Studi Kasus Pada Kelas XII SMK BOPKRI I Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 23 Maret 2009

Yang menyatakan


(11)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Kasih atas berkat dan kasih-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi tepat pada waktunya. Skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Program Studi Pendidikan Akuntansi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulisan skripsi ini mengalami banyak tantangan dan hambatan yang merupakan pelajaran yang berharga bagi penulis. Namun akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, saran, masukan dan dukungan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menghaturkan rasa hormat dan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.d. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Univesitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak L. Saptono S.Pd., Msi. Selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak L. Saptono S.Pd., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi, yang dengan sabar membimbing penulis menyusun skripsi, memberikan saran, masukan, semangat, dan dorongannya.


(12)

viii

4. Bapak Ign. Bondan Suratno S.Pd., M.Si dan Bapak Drs. Bambang Purnomo SE., M.Si selaku dosen penguji, terimakasih atas kerjasamanya. 5. Bapak Widanarto P. S.Pd., M.Si. yang telah memberikan dorongan,

semangat, saran dan masukan.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang telah banyak memberikan bekal ilmu dan pengalaman kepada penulis selama kuliah.

7. Semua karyawan di sekretariat Pendidikan Akuntasi atas segala keramahannya dalam membantu penulis selama kuliah di USD.

8. Seluruh keluarga besar SMK BOPKRI I Yogyakata terima kasih telah menyediakan waktu dan tempatnya untuk penelitian sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya.

9. Kedua Orang tua tercinta, Bapak St. Herwanto dan Ibu M. Rita Endah A. W yang tidak pernah lelah memberikan doa, kasih sayang, materi, tangis sedih dan bahagianya selama ini kepada penulis.

10. Untuk Adik-adikku tercinta Si kembar F. Natalia Radwi. C dan P. Christine Radwi. S, serta adikku paling kecil A. Anuncia Putri terima kasih atas doa dan dorongannya sehingga aku bisa menyelesaikan kuliah.

11. Untuk Mbah Romo “ Alm. Rm. Tan Soe Ie, S.J.” saat kepergiaanmu adalah saat yang menyedihkan sekaligus membahagiakan buatku.

12. Untuk semua keluarga besarku Eyang putri, pakdhe dan budhe, Om dan Tante, semua sepupuku (Arif Budi Darmawan, I. Rahmawati Prasestika dan Arya, Mayang Puspita dan Iwan, Mas Sindhu Nata dan Mbak Lina,


(13)

ix

Mas Ricky, mas Enggal. S, Mas Fajar, Rosa, Johan Andre), juga keponakanku Nasywa yang lucu terima kasih untuk semangatnya.

13. Teruntuk Ign. Tommy Andre. W, yang selalu mengantarku saat aku kuliah. Terimakasih atas dukungan, cinta dan kasih sayang yang selama ini sudah diberikan. Mengenalmu aku merasakan hidup yang sebenarnya, aku merasakan saat menyenangkan, bahagia bahkan sakit hati, sedih, dan kecewa. Cepat selesaikan kuliah, walaupun sudah kerja kuliah juga tetap harus diselesaikan.

14. Buat keluarga Listyo Haryono, atas dukungannya sehingga akhirnya saya bisa menyelesaikan studi. Buat M. Indra saputra dan Bernadetha Dian makasih untuk bantuan dan pinjaman laptopnya.

15. Kakakku tersayang Benisius Rahmat Basuki S.Pd “Bendot” dan Gregorius Satya matur nuwun bantuannya sebelum aku pendadaran,akhirnya kita jadi sarjana juga Dan buat Kristina. K jangan sering bolos kuliah, cepat lulus menyusul yang lain.

16. Teman-teman seangkatanku 2002 Hening Tyas, Fransiska Eka, Eli, Epifania Prabaningrum, Dina, Pak guru Eko, Wiwin, Dewa, April, Thomas dan semuanya akhirnya aku mengikuti jejak kalian menjadi sarjana. Valentinus Hari, Tri Harso. C, Lia, V. Dianiata Sisca, Heribertus Ratna, dan Dewi. S ayo semangat selesaikan tugas akhir kalian sebagai mahasiswa.

17. Angkatan 1997-2007 terutama Ria, dan Anang 2000, Eky Oktamilani, Agnes Nina 2003, Anastasia Emi, Indra wahyu, B. Yoga, Y. Dana Puspita, P. Dhamai Winahyu, Natalia Sulasmi 2004, Bangkit, Vita dan Era 2005


(14)

x

18. Anak-anak Hitam Dewo, Ali, Wisnu Baskoro, Rere dan semuanya makasih buat privatnya satu malam sebelum aku pendadaran.

19. Fx. Hertanti Pratiwi, Monica Ria, dan Raflia Navratilova kita senasib bu. Buat orang-orang yang pernah menemani dan membantuku terima kasih untuk semuanya.

20. Buat bapak-bapak dan teman-teman komunitas parkiran Universitas Sanata Dharma, terimakasih untuk dukungannya selama ini.

21. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan kepada penulis yang tidak dapat disebut satu persatu.

Dengan kerendahan hati, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu berbagai saran, kritik dan masukan sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Yogyakarta, 13 Maret 2009 Penulis


(15)

xi

ABSTRAK HUBUNGAN LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN MINAT

BERWIRAUSAHA

Studi Kasus Pada Siswa Kelas XII SMK BOPKRI I YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) hubungan lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha, (2) hubungan lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha, (3) hubungan lingkungan belajar siswa di

masyarakat dengan minat berwirausaha. Penelitian ini dilaksanakan di SMK BOPKRI I, Yogyakarta pada bulan November

2008. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 200 siswa, yang menjadi sampel 68 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan purposive random sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan korelasi product moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di keluarga dengan minat berwirausaha (thitung = 10,557 > ttabel = 1,668), (2) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di sekolah dengan minat berwirausaha (thitung = 7,799 > ttabel = 1,668), dan (3) ada hubungan yang positif dan signifikan antara lingkungan belajar siswa di masyarakat dengan minat berwirausaha (thitung = 11,034 > ttabel = 1,668).


(16)

xii

THE RELATIONSHIP BETWEEN STUDENT’S LEARNING ENVIRONMENT AND ENTREPRENEURIAL INTEREST

A Case Study on the Last Class of BOPKRI I Vocational High School Students YOGYAKARTA

Th. Yuandhita Dian P Sanata Dharma University Yogyakarta

2009

The purpose of this research is to know: (1) the relationship between student’s family learning environment and entrepreneurial interest, (2) the relationship between student’s school learning environment and entrepreneurial interest, (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest.

The research was conduted at BOPKRI I Vocational High School, Yogyakarta in November 2008. Population in this research was 200 students. The samples were 68 students. The technique of taking samples was purposive random sampling. The techniques of collecting data were questionnaire and documentation. The data analysis technique was product moment correlation.

The result of the research shows that: (1) the relationship between student’s learning environment in family and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 10,557 > ttable = 1,668); (2) the relationship between student’s learning environment in school and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 7,799 > ttable = 1,668); (3) the relationship between student’s learning environment in society and entrepreneurial interest is positive and significant (tcount = 11,036 > ttable = 1,668).


(17)

xiii DAFTAR ISI

HAL JUDUL... i

HAL PENGESAHAN... ii

HAL PERSEMBAHAN... iv

MOTTO... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

KATA PENGANTAR... vii

ABSTRAK... xi

ABSTRACT... xii

DAFTAR ISI... xiii

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR LAMPIRAN... xix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah... 4

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Minat ... 6

1. Pengertian Minat ... 6


(18)

xiv

B. Kewirausahaan ... 8

1. Pengertian Wirausaha... 8

2. Karakteristik Kewirausahaan ... 11

C. Lingkungan Belajar ... 15

1. Lingkungan Keluarga... 15

2. Lingkungan Sekolah... 17

3. Lingkungan Masyarakat... 19

D. Kerangka Berpikir ... 22

E. Hipotesis Penelitian... 26

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian... 27

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 27

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 27

D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel ... 28

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya ... 29

F. Teknik Pengumpulan Data ... 36

G. Uji Instrumen Penelitian ... 36

1. Uji Validitas ... 36

2. Uji Reliabilitas ... 40

H. Teknik Analisis Data ... 42

1. Analisis Deskriptif ... 42

2. Uji Prasyarat Analisis... 43


(19)

xv

2) Uji Linieritas ... 43

3) Pengujian Htpotesis ... 44

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Gambaran Umum Sekolah ... 46

B. Visi dan Misi ... 48

1. Visi ... 48

2. Misi ... 48

C. Sumber Daya Manusia ... 49

D. Siswa SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 50

E. Pegawai Tata Usaha, Kesehatan Sekolah dan Perpustakaan ... 51

F. Fasilitas Sekolah... 51

G. Sarana dan Prasarana, dan Fasilitas Sekolah... 52

1. Perpustakaan ... 52

2. Laboratorium... 53

3. Ruang Media ... 53

a. Bimbingan dan Konseling... 53

b. UKS... 54

H. Usaha-Usaha Penempatan Lulusan ... 54

I. Kurikulum ... 54

J. Struktur Organisasi SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 55

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 57


(20)

xvi

2. Lingkungan Belajar di Sekolah... 58

3. Lingkungan belajar di Masyarakat... 59

4. Minat Berwirausaha ... 60

B. Analisis Data ... 61

1. Pengujian Prasyarat Analisis... 61

a. Uji Normalitas ... 61

b. Uji Linieritas ... 62

2. Pengujian hipotesis... 63

C. Pembahasan... 68

1. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Keluarga dengan Minat Berwirausaha... 68

2. Hubungan antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Minat Berwirausaha... 69

3. Hubungan antara Lingkungan belajar di Masyarakat dengan Minat Berwirausaha ... 70

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN, DAN SARAN A. Kesimpulan ... 72

B. Keterbatasan Penelitian... 72

C. Saran... 73


(21)

xvii

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 3.1 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di

Keluarga... . 29

Tabel 3.2 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Keluarga... 30

Tabel 3.3 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di Sekolah ... . 31

Tabel 3.4 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Sekolah... 32

Tabel 3.5 Operasionalisasi variabel Lingkungan Belajar Siswa di Masyarakat... . 33

Tabel 3.6 Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Masyarakat... 34

Tabel 3.7 Operasionalisasi variabel Minat Berwirausaha ... . 35

Tabel 3.8 Skor Item Variabel Minat Berwirausaha ... 35

Tabel 3.9 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Keluarga 38 Tabel 3.10 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Sekolah.. 39

Tabel 3.11 Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Masyarakat... 39

Tabel 3.12 Rangkuman Uji Validitas Minat Berwirausaha... 40

Tabel 3.13 Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 42

Tabel 4.1 Guru dan Karyawan SMK BOPKRI I Yogyakarta ... 49


(22)

xviii

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di

Keluarga... . 57 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di

Sekolah ... . 58 Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Lingkungan Belajar Siswa di

Masyarakat... . 59 Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Minat Berwirausaha ... 60 Tabel 5.5 Hasil Pengujian Normalitas ... 61 Tabel 5.6 Rangkuman Hasil Uji Linieritas ... 62


(23)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner... 76 Lampiran 2 Validitas dan Reliabilitas... 83 Lampiran 3 Data Induk ... 87 Lampiran 4 Linieritas dan Normalitas ... 98 Lampiran 5 Daftar Distribusi Frekuensi dan PAP II... 103 Lampiran 6 Pengujian Hipotesis ... 122 Lampiran 7 Tabel-tabel... 126 Lampiran 8 Surat Keterangan Penelitian ... 127


(24)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pembangunan di Indonesia membutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Untuk menciptakan manusia yang berkualitas, pendidikan mempunyai peranan yang penting. Melalui pendidikan dihasilkan sumber daya manusia yang mempunyai keterampilan dan keahlian dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan dalam proses pembangunan.

Realitas menunjukkan bahwa ada permasalahan dalam dunia pendidikan kita. Permasalahannya adalah kurangnya relevansi antara keluaran pendidikan dengan keterampilan kerja yang diperlukan dunia usaha. Dengan sempitnya lapangan kerja, dampaknya adalah terus meningkatnya jumlah pengangguran intelektual. Mayoritas pengangguran tersebut adalah mereka yang masih berusia produktif. Oleh sebab itu tingginya angka pengangguran terdidik sebenarnya mencerminkan “kegagalan” dalam proses pendidikan di negeri ini. Tingginya angka pengangguran terdidik juga menunjukkan bahwa pendidikan tidak menyiapkan lulusan untuk mampu memiliki life skill yang memadai.

Kondisi tersebut di atas menunjukkan perlunya pemikiran ke arah perwujudan peran yang lebih efektif dari instansi-instansi dalam rangka membangun manusia berwirausaha. Menurut Soeroto (1983:210-221) untuk mengatasi kelebihan persediaan tenaga kerja, perlu usaha untuk menciptakan kesempatan kerja melalui pembentukan wirausahawan baru dalam jumlah


(25)

2

yang memadai dan memiliki kemampuan berwirausaha yang cukup. Pemberian mata pelajaran kewirausahaan di sekolah dirasakan kian penting bagi siswa dalam rangka menyiapkan mereka memasuki dunia kerja.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan sebagai wadah pencetak tenaga-tenaga kerja diharapkan mampu menghasilkan lulusan dengan keunggulan keterampilan dan memiliki jiwa wirausaha. Dengan kata lain, lulusan SMK diharapkan memiliki potensi yang lebih besar untuk berhasil berwirausaha. Lulusan karenanya minimal memiliki kemampuan penalaran yang cukup, wawasan yang luas, dan minat berwirausaha yang tinggi.

Berwirausaha merupakan alternatif yang mempunyai efektifitas dan efisiensi dalam menciptakan lapangan pekerjaan dan mengatasi masalah pengangguran pada saat ini. Faktor lingkungan mempunyai peranan penting dalam menumbuhkan minat siswa berwirausaha. Hal demikian disebabkan siswa berinteraksi dengan lingkungannya. Interaksi siswa dengan lingkungannya akan berdampak pada minat siswa dalam berwirausaha.

Ruang lingkup lingkungan belajar siswa secara umum adalah lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Lingkungan keluarga merupakan faktor yang paling dekat dan mendukung siswa untuk menjadi wirausahawan. Dukungan dari keluarga akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berwirausaha. Minat siswa berwirausaha akan cenderung tinggi pada lingkungan keluarga yang baik, sementara akan rendah pada siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang cenderung buruk.


(26)

Lingkungan belajar di sekolah meliputi lingkungan sekitar sekolah, keadaan sekolah, fasilitas-fasilitas yang dapat terlihat dalam proses belajar, peranan guru, hubungan guru dengan siswa, hubungan antar siswa dan lain-lain. Lingkungan belajar di sekolah memiliki peranan penting siswa memiliki minat berwirausaha. Adanya mata pelajaran kewirausahaan memungkinkan siswa mengembangkan bakat kewirausahaannya. Di samping itu keikutsertaan siswa dalam praktek kewirausahaan akan menimbulkan minat siswa untuk berwirausaha.

Lingkungan masyarakat adalah lingkungan dimana siswa berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Masyarakat sebagian besar berwirausaha maka akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha. Tanpa disuruh siswa akan berusaha mengetahui, memperhatikan dan melibatkan diri dengan lingkungan masyarakatnya. Bagi siswa yang berasal dari lingkungan masyarakat yang sebagian besar berprofesi sebagai wirausaha, maka aktivitas lingkungan dapat menjadi pendorong aktivitas belajar, jiwa, serta mental mereka untuk belajar berwirausaha. Sebaliknya siswa yang hidup di lingkungan masyarakat yang sebagian profesinya bukan wirausaha tidak terjadi demikian. Dengan demikian siswa memiliki minat yang lebih rendah untuk berwirausaha.

Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk menganalisa sejauh mana fakor lingkungan belajar berhubungan dengan minat siswa berwirausaha. Penelitian ini selanjutnya mengambil judul “HUBUNGAN ANTARA LINGKUNGAN BELAJAR SISWA DENGAN MINAT


(27)

4

BERWIRAUSAHA“ Studi kasus pada siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penelitian ini memusatkan perhatian pada faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Faktor tersebut antara lain lingkungan belajar yang meliputi lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha pada siswa?

2. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di sekolah dengan minat berwirausaha pada siswa?

3. Apakah ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat berwirausaha pada siswa?

D. Tujuan penelitian


(28)

1. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha pada siswa

2. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di sekolah dengan minat berwirausaha pada siswa

3. Untuk mengetahui apakah ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat berwirausaha pada siswa

E. Manfaat penelitian 1. Bagi siswa

Memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang faktor-faktor yang mempengaruhi minat berwirausaha sebagai wirausaha.

2. Bagi Universitas Sanata Dharma

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah refrensi penelitian berikutnya yang berhubungan dengan lingkungan belajar terhadap minat berwirausaha.

3. Bagi Peneliti

Mendorong untuk melakukan penelitian-penelitian lanjutan dengan memahami variabel-variabel baru atau dilakukan dilokasi yang berbeda. 4. Bagi Guru

Menjadi masukan dalam usaha-usaha meningkatkan kualitas dan menambah pengetahuan tentang kondisi siswa sehingga dapat meningkatkan kemampuannya dalam mendampingi siswa, keteladanan dan keutamaan.


(29)

6 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Minat

1. Pengertian Minat

Pengertian minat menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Purwodarminto, 1982:650) adalah perhatian; kesukaan (kecenderungan hati) kepada sesuatu; keinginan. Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan suatu pilihan pada seseorang, selain itu minat merupakan salah satu faktor psikologis yang sangat penting untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan sesuatu pekerjaan disertai minat sebelumnya pada umumnya akan memperoleh hasil yang lebih baik dari pada mereka yang tidak berminat sebelumnya. Oleh sebab itu Purwanto (1984:59) mengatakan bahwa minat mengarahkan perbuatan kapada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.

Menurut Winkel (1983:30), minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. Bila dihubungkan dengan minat seseorang untuk berwirausaha mula-mula seseorang akan merasa senang terhadap wirausaha. Perasaan tersebut muncul karena seseorang telah mengenal dan karena memandang bahwa wirausaha dapat memberikan manfaat dan berharga bagi dirinya, maka


(30)

timbul sikap positif. Seseorang akan selalu memperhatikan, berusaha mendekati dan menyesuaikan dirinya dengan sikap wirausahawan. Dengan demikian dapat dikatakan minat seseorang untuk berwirausaha telah muncul.

Berdasarkan pendapat di atas, minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam seseorang untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. maka minat berwirausaha dapat diartikan sebagai kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk berwirausaha setelah lulus SMK, yang ditandai dengan adanya perasaan senang terhadap wirausaha, perasaan tertarik, dan keinginan untuk manjadi wirausahawan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Pada dasarnya seseorang yang mempunyai minat yang tinggi akan mencapi hasil yang maksimal. Hal tersebut disebabkan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi minat, Faktor-faktor yang mempengaruhi minat di kelompokkan menjadi 2 golongan (Winkel, 1986:27-28):

a. Minat secara intrinsik

Minat seara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individu sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan intelegensi.

b. Minat secara ekstrinsik

Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari luar individu. Minat secara ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.

Menurut Sumardi (1982:54), faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah:


(31)

8

a. Minat Pembawaan

Minat ini muncul dengan tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik kebutuhan maupun lingkungan. Biasanya minat ini muncul berdasarkan bakat yang ada. Misalnya apabila seeorang mempunyai bakat di bidang pendidikan maka ia berminat masuk FKIP

b. Minat yang muncul karena pengaruh luar

Minat seseorang bisa saja berubah karena adanya pengaruh-pengaruh seperti lingkungan dan kebutuhan. Misalnya siswa yang teman-temanya banyak masuk fakultas hukum, maka ia terpaksa masuk fakultas hukum pula walaupun niatnya bukan ke fakultas hukum.

B. Kewirausahaan

1. Pengertian Wirausaha

Ilmu kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang dengan berbagai risiko yang mungkin dihadapinya. Dalam konteks bisnis, menurut Zimmerer (1996) dalam Suryana (2001:2) : “ entrepreneurship is the result of a disciplined, systematic process of applying creativity and innovations to need and opportunities in the market place”. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin, proses sistematis penerapan kreatifitas dan keinovasian dalam memenuhi kebutuhan dan peluang di pasar. Kewirausahaan mempelajari tentang nilai, kemampuan, dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan berinovasi. Menurut Soeparman Soemahamijaja (1997) dalam Suryana (2001:3), kemampuan seseorang yang menjadi objek kewirausahaan meliputi:

a. Kemampuan merumuskan tujuan hidup/usaha. Dalam merumuskan tujuan hidup/usaha tersebut perlu perenungan, koreksi yang kemudian


(32)

berulang-ulang dibaca dan diamati sampai memahami apa yang menjadi kemauannya.

b. Kemampuan memotivasi diri, untuk melahirkan suatu tekad kemauan yang selalu menyala-nyala.

c. Kemampuan untuk berinisiatif, yaitu mengerjakan sesuatu yang baik tanpa menunggu perintah orang lain, yang dilakukan berulang-ulang sehingga menjadi kebiasaan berinisiatif.

d. Kebiasaan berinisiatif yang melahirkan kreatifitas (daya cipta) setelah dibiasakan berulang–ulang akan melahirkan motivasi. Kebiasaan inovatif adalah desakan dalam diri untuk selalu mencari berbagai kemungkinan baru atau kombinasi baru apa saja yang dapat dijadikan piranti dalam menyajikan barang dan jasa bagi kemakmuran masyarakat.

e. Kemampuan untuk membentuk modal uang atau barang modal(capital goods).

f. Kemampuan untuk mengatur waktu dan membiasakan diriuntuk selalu tepat waktu dalam segala tindakannya melalui kebiasaan yang selalu tidak menunda pekerjaan.

g. Kemampuan mental yang dilandasi dangan agama.

h. Kemampuan untuk membiasakan diri dalam mengambil hikmah dari pengalaman yang baik maupun menyakitkan.

Secara epistemologi, kewirausahaan merupakan nilai yang diperlukan untuk memulai usaha atau suatu proses dalam mengerjakan suatu yang baru dan sesuatu yang berbeda. Dua hal ini tampak dalam definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh Zimmerer (1996:51) dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut: applying creativity and innovation to solve the problem and to exploit oportunity that people face everyday.

Kreatifitas oleh Zimmerer (1996:51) dalam Suryana (2001:3) diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Sedangkan inovasi didefinisikan sebagai kemampuan untuk menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan persoalan dan


(33)

10

menghadapi peluang. Dengan demikian, kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan dalam berpikir kreatif dan berperilaku yang dijadikan dasar, sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, kiat dan proses dalam menghadapi tantangan hidup.

Dalam konteks manajemen, seorang entrepreneur umumnya memiliki kemampuan menggunakan sumber daya seperti finansial, bahan mentah (materials) dan tenaga kerja untuk menghasilkan suatu produk baru, bisnis baru, proses produksi, ataupun pengembangan organisasi usaha ( Marzuki Usman, 1997 dalam Suryana 2001:3). Beberapa definisi lain juga menekankan pada hal yang sama seperti tampak dalam pendapat Scarborough dan Zimmerer (1993:5) dalam Suryana (2001:4) sebagai berikut:

“an entrepreneur is one who creates a new business in the face of risk and uncertainty for the purpose of achieving profit and growth by identifying opportunities and assembling the necessary resources to capitalize on those opportunities”

Menurut Drucker (1994) dalam Suryana (2001:10), kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to create the new and different thing). Bygrave (1995) dalam Suryana (2001:4) menambahkan bahwa kemampuan menciptakan sesuatu tidaklah cukup, seorang wirausaha harus berani mengembangkan usaha dan ide-ide barunya.

Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks manajemen adalah menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antara sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.


(34)

Cara-cara tersebut menurut Zimmerer (1996:51) dalam Suryana (2001:7) mencakup:

a. Pengembangan teknologi baru (developing new technology) b. Penemuan pengetahuan baru (discovering new knowledge)

c. Perbaikan produk dan jasa yang sudah ada (improving existing products or services)

d. Penemuan cara-cara yang berbeda untuk menghasilkan barang dan jasa yang lebih banyak dengan menggunakan sumber daya yang lebih sedikit (finding different ways of providing more goods and services with fewer resources).

2. Karakteristik Kewirausahaan

Sama halnya dengan definisi kewirausahaan, karakteristik kewirausahaan dikemukakan oleh berbagai pihak secara beragam. Meredith (1996:9) dalam Suryana (2001:7) menyatakan bahwa berwirausaha berarti memadukan watak pribadi, keuangan dan sumber daya. Oleh sebab itu, berwirausaha merupakan suatu pekerjaan atau karier dimana seseorang dalam menjalankan memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian, ketidaktergantungan, individualitas dan optimisme; (2) kebutuhan untuk berprestasi berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad kerja keras mempunyai dorongan kuat, energik dan inisiatif; (3) kemampuan untuk mengambil resiko yang wajar; (4) perilaku sebagai pemimpin, bergaul dengan orang lain, menanggapi saran-saran dan kritik; (5) inovatif dan kreatif serta fleksibel; dan (6) berpandangan ke depan.

Wirausaha memiliki sejumlah karakteristik umum. M. Scarborough dan Zimmerer (1993) yang dikutip oleh Suryana (2001:8-9) mengemukakan delapan karakteristik sebagai berikut:


(35)

12

Memiliki tanggung jawab atas usaha-usaha yang dilakukannya. Seseorang yang memiliki rasa tanggung jawab akan selalu mawas diri. b. Preference for moderate risk

Lebih memilih resiko yang moderat, artinya ia selalu menghindari risiko yang rendah dan menghindari risiko yang tinggi.

c. Confidence in their ability to success

Percaya akan kemampuan dirinya untuk berhasil. d. High level of energy

Memiliki semangat dan kerja keras untuk mewujudkan keinginannya demi masa depan yang lebih baik.

e. Future orientation

Berorientasi ke masa depan, perspektif, dan berwawasan jauh ke depan. f. Skill at organizing

Memiliki keterampilan dalam mengorganisasikan sumber daya untuk menciptakan nilai tambah.

g. Desire for immediate feedback

Selalu menghendaki umpan balik yang segera. h. Value of achievement over money

Selalu menilai prestasi dengan uang.

Sementara, menurut Arthur Kuriloff dan J.M. Mempil (1993:20) dalam Suryana (2001:9) mengemukakan karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku kewirausahaan antara lain: (1) commitment, (2) moderate risk, (3) seeing opportunities, (4) objectivity, (5) feedback, (6) optimism, (7) money, (8) proactive management.

Wirausaha selalu komitmen dalam melakukan tugasnya sampai berhasil. Ia harus tekun, ulet, pantang menyerah sebelum pekerjaannya berhasil. Wirausaha selalu berani mengambil risiko yang moderat artinya risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai berhasil. Keberanian menghadapi risiko yang didukung oleh komitmen yang kuat, mendorong wirausaha untuk terus berjuang mencari peluang sampai ada hasil. Hasil-hasil itu harus nyata/jelas dan objetif, dan merupakan umpan balik bagi


(36)

kelancaran kegiatannya. Dengan semangat optimisme yang tinggi karena ada hasil yang diperoleh, maka uang selalu dikelola secara proaktif dan dipandang sebagai sumber daya.

Masing-masing karakteristik kewirausahaan memiliki makna-makna yang disebut nilai (Milton Rockeach, 1973) dalam Suryana (2001:13). Konsep nilai selanjutnya dibedakan menjadi 2: (1) person has a value dan (2) an object has value. Konsep pertama menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang dijadikan sebagai ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak yang melekat pada seorang wirausaha akan menjadi ciri-ciri kewirausahaan dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan. Nilai-nilai kewirausahaan tersebut identik dengan nilai yang melekat pada sistem nilai manajer. Sedangkan pada pandangan ke dua, nilai dianggap sebagai sesuatu yang ada pada objek dan merupakan milik dari objek.

Sedangkan menurut pandangan Timmons dan McClelland (1961), Thomas F. Zimmerer (1996:6-8) dalam Suryana (2001:11-12) tentang karakteristik sikap dan perilaku kewirausahaan yang berhasil adalah sebagai berikut:

a. Commitment and determination, memiliki komitmen dan tekad yang bulat untuk mencurahkan semua perhatiannya pada usaha. Sikap yang setengah hati kemungkinan akan gagal dalam berwirausaha adalah besar.

b. Desire for responsibility, yaitu memiliki rasa tanggung jawab baik dalam mengontrol sumber daya yang digunakan maupun tanggung jawab terhadap keberhasilan berwirausaha. Oleh karena itu akan mawas diri secara internal.


(37)

14

c. Opportunity obsession, yaitu selalu berambisi untuk mencari peluang. Keberhasilan wirausaha selalu diukur dengan keberhasilan untuk mencapai tujuan. Pencapaian tujuan terjadi apabila ada peluang.

d. Tolerance for risk, ambiguity, and uncertainty, yaitu tahan terhadap risiko dan ketidakpastian. Wirausaha harus belajar untuk mengelola risiko dengan cara mentransfer resiko ke pihak lain seperti banker, investor, konsumen, pemasok dan lain-lain. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki toleransi terhadap pandangan yang berbeda dan ketidakpastian.

e. Self confidence, yaitu percaya diri, ia cenderung optimis dan tidak memiliki keyakinan yang kuat terhadap kemampuan yang dimilikinya untuk berhasil.

f. Creatifity and flexibility, yaitu berdaya cipta dan luwes. Salah satu kunci penting adalah kemampuan untuk menghadapi perubahan permintaan. Kekuatan dalam menghadapi perubahan ekonomi dunia yang serba cepat sering kali membawa kegagalan. Kemampuan untuk merespons perubahan yang cepat dan fleksibel tentu saja memerlukan kreatifitas yang tinggi.

g. Desire for imidiate feedback, yaitu selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk mengetahui hasil dari apa yang dikerjakanya. Oleh karena itu, dalam memperbaiki kinerjanya, ia selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan ilmu pengetahuan yang telah dimilikinya dan selalu belajar dari kegagalan.

h. High level of energy, yaitu memiliki tingkat energi yang tinggi. Wirausaha yang berhasil biasanya memiliki daya juang yang lebih tinggi dibanding rata-rata orang lainnya, sehingga ia lebih suka kerja keras walaupun dalam waktu yang relatif lama.

i. Motivation to excel, yaitu memiliki dorongan untuk selalu unggul. Ia selalu ingin lebih unggul, lebih berhasil dalam mengerjakan apa yang dilakukannya dengan melebihi standar yang ada. Motivasi ini muncul karena ada dalam diri (internal) dan jarang dari luar.

j. Orientation to the future, yaitu berorientasi pada masa yang akan datang. Untuk tumbuh dan berkembang, ia selalu berpandangan jauh kemasa depan yang lebih baik.

k. Willingness to learn from failure, yaitu selalu belajar dari kegagalan. Wirausaha yang berhasil selalu tidak takut gagal. Ia selalu mengkonsentrasikan kemampuannya pada keberhasilan.

l. Leadership ability, yaitu kemampuan dalam kepemimpinan. Wirausaha yang berhasil selalu memiliki kemampuan untuk menggunakan pengaruh tanpa kekuatan (power), ia harus memiliki taktik mediator dan negotiator pada diktaktor.

Dalam kewirausahaan ada 2 sistem yang menonjol yaitu sistem nilai primer pragmatik dan sistem nilai moralistik. Sistem nilai primer


(38)

pragmatik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya: selalu kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, keberanian mengambil risiko, produktivitas, kreativitas, inovatif, kualitas kerja, komitmen, dan kemampuan mencari peluang. Sementara sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri, kehormatan, kepercayaan, kerja sama, keteladanan dan keutamaan.

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan, pengertian minat wirausaha sebagai suatu keadaan dimana seseorang mempunyai perasaan senang menaruh perhatian pada sesuatu serta berusaha untuk mengetahui, melakukan pendekatan, memperhatikan dengan seksama, melibatkan diri dan mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu.

C. LINGKUNGAN BELAJAR

1. Lingkungan Keluarga

Siswa yang mengalami proses belajar, supaya berhasil sesuai dengan tujuan yang harus dicapainya perlu memperhatikan beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Petterson dan Loeber (1984) seperti dikutip oleh Muhibbin Syah (1995:138) mengatakan bahwa lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga itu sendiri.

Menurut Roestiyah (1982:163), faktor-faktor yang datang dari keluarga yang mempengaruhi belajar siswa, yaitu :

a. Cara mendidik

Orang tua yang memanjakan anaknya, maka setelah sekolah akan menjadi siswa yang kurang bertanggung jawab, dan takut menghadapi


(39)

16

tantangan kesulitan. Juga orang tua yang mendidik anaknya secara keras itu akan menjadi penakut.

b. Suasana keluarga

Hubungan antara anggota keluarga yang kurang intim, menimbulkan suasana kaku, tegang di dalam keluarga, menyebabkan anak kurang semangat untuk belajar. Suasana yang menyenangkan, akrab dan penuh kasih sayang, memberi motivasi yang mendalam pada anak. c. Pengertian orang tua

Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Kadang-kadang anak mengalami lemah semangat, orang tua wajib memberi pengertian dan dorongannya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak di sekolah. Kalau perlu menghubungi guru anaknya, untuk mengetahui perkembangannya.

d. Keadaan sosial ekonomi keluarga

Anak belajar memerlukan sarana-sarana yang kadang-kadang mahal. Bila keadaan ekonomi keluarga tidak memungkinkan, kadang kala menjadi penghambat anak belajar. Namun bila keadaan memungkinkan cukuplah sarana yang diperlukan anak, sehingga mereka dapat belajar dengan senang.

e. Latar belakang kebudayaan pendidikan

Tingkat pendidikan atau kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Perlu kepada anak ditanamkan kebiasaan-kebiasaan yang baik, agar mendorong semangat anak untuk belajar.

Menurut Winkel (1989:108), keadaan sosial-ekonomi menunjukkan pada taraf kemampuan finansial keluarga yang dapat bertaraf baik, cukup atau kurang. Keadaan inilah tergantung sampai seberapa jauh keluarga dapat membekali siswa dengan perlengkapan material untuk belajar. Keadaan sosial-kultur menunjukkan pada taraf kebudayaan yang dimiliki keluarga, yang dapat tinggi, tengah atau rendah. Dari keadaan ini tergantung kemampuan bagi anak untuk berbahasa dengan baik, corak pergaulan antara orang tua dan anak, serta pandangan keluarga mengenai pendidikan sekolah. Sebenarnya, yang penting di sini bukanlah keadaan itu sendiri, melainkan kondisi intern pada siswa yang timbul sebagai akibat dari keadaan itu. Namun, akibat itu tidak harus timbul secara


(40)

otomatis atau dengan sendirinya. Sikap siswa sendiri terhadap keadaan itu, kerap menentukan apakah kondisi intern akan menguntungkan belajar atau menghambatnya.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa keluarga dan sikap anak dalam menanggapi lingkungannya dapat menentukan keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya.

2. Lingkungan Sekolah

Kemampuan belajar dimiliki manusia merupakan bekal yang membuka kesempatan luas untuk memperkaya diri dalam hal pengetahuan dan kebudayaan. Karena manusia mampu untuk belajar maka dia berkembang, mulai dari lahir sampai mencapai umur tua. Berdasarkan kesadaran tentang peranan proses belajar mengajar dalam kehidupan anak didik, masyarakat telah mendirikan suatu institut yang mendampingi belajar sedemikian rupa, sehingga menghasilkan corak perkembangan yang diharapkan. Institut ini disebut sekolah (Winkel, 1989:2).

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar.


(41)

18

Menurut Roestiyah (1982:159-161), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yang datang dari sekolah yaitu :

a. Interaksi guru dan murid

Guru yang kurang berinteraksi dengan murid secara intim, menyebabkan proses belajar-mengajar itu kurang lancar. Siswa juga akan merasa jauh dari guru, akibatnya siswa merasa segan berpartisipasi secara aktif dalam belajar.

b. Cara penyajian

Guru pada jaman dulu biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif, dan hanya mencatat saja. Guru yang progresif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar.

c. Hubungan antar murid

Guru yang kurang mendekati siswa dan kurang bijaksana, maka tidak akan melihat bahwa di dalam kelas ada group yang saling bersaing secara tidak sehat. Jiwa kelas tidak terbina, bahkan hubungan masing-masing individu tidak tampak.

d. Standar pelajaran di atas ukuran

Guru berpendidikan, untuk mempertahankan wibawanya, kadang memberi pelajaran di atas ukuran standar. Akibatnya anak merasa kurang mampu dan takut kepada guru. Bila banyak siswa yang tidak berhasil dalam mempelajari mata pelajarannya, guru semacam itu merasa senang. Tetapi berdasarkan teori belajar, yang mengingat perkembangan psikis dan kepribadian anak yang berbeda-beda, hal tersebut tidak boleh terjadi. Guru dalam menuntut penguasaan materi harus sesuai dengan kemampuan siswa masing-masing. Yang penting tujuan yang telah dirumuskan dapat tercapai.

e. Media pendidikan

Kenyataan saat ini dengan banyaknya jumlah anak yang masuk sekolah, maka memerlukan alat-alat yang membantu lancarnya belajar anak dalam jumlah yang besar pula, seperti buku-buku di perpustakaan, laboratorium atau media-media lain. Kebanyakan sekolah masih kurang dalam memiliki media jumlah maupun kualitasnya.

f. Kurikulum

Sistem instruksional sekarang menghendaki proses belajar-mengajar yang mementingkan kebutuhan anak. Guru perlu mendalami siswa dengan baik, harus mempunyai perencanaan yang mendetail, agar dapat melayani anak belajar secara individual. Kurikulum sekarang belum dapat memberikan pedoman perencanaan yang demikian.


(42)

g. Keadaan gedung

Dengan jumlah siswa yang luar biasa jumlahnya, keadaan gedung dewasa ini terpaksa kurang, mereka duduk berjejal-jejal di dalam setiap kelas.

h. Waktu sekolah

Akibat meledaknya jumlah anak yang masuk sekolah, dan penambahan gedung sekolah belum seimbang dengan jumlah siswa. Akibat selanjutnya banyak siswa yang terpaksa masuk sekolah di sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggungjawabkan, karena anak harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah. Mereka mendengarkan pelajaran sambil mengantuk dan sebagainya. Sebaiknya anak belajar di pagi hari, di mana pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik.

i. Pelaksanaan disiplin

Banyak sekolah yang dalam pelaksanaan disiplin kurang, sehingga mempengaruhi sikap anak dalam belajar. Kurang bertanggung jawab, karena bila tidak melaksanakan tugas, toh tidak ada sangsi. Hal mana dalam proses belajar siswa perlu disiplin, untuk mengembangkan motivasi yang kuat.

j. Metode belajar

Banyak siswa melaksanakan cara belajar yang salah. Dalam hal ini perlu pembinaan dari guru. Dengan cara belajar yang tepat akan efektif pula hasil belajar siswa itu, termasuk pembagian waktu untuk belajar. Kadang-kadang siswa belajar tidak teratur, atau terus-menerus, karena besok akan ujian. Dengan belajar demikian siswa akan kurang beristirahat, bahkan mungkin dapat jatuh sakit. Maka perlu belajar secara teratur setiap hari, dengan pembagian waktu yang baik, memilih cara belajar yang tepat dan cukup istirahat akan meningkatkan hasil belajar.

k. Tugas rumah

Waktu belajar adalah di sekolah, waktu di rumah biarlah digunakan untuk kegiatan-kegiatan lain. Maka diharapkan guru jangan terlalu banyak memberikan tugas yang harus dikerjakan di rumah, sehingga anak tidak mempunyai waktu lagi untuk kegiatan yang lain.

3. Lingkungan Masyarakat

Siswa hidup di masyarakat. Hal demikian berarti siswa adalah bagian dari warga masyarakat. Oleh karena itu siswa menjalin hubungan dengan anggota masyarakat yang lainnya. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. Menurut Roestiyah (1982:162), anak perlu bergaul


(43)

20

dengan anak lain untuk mengembangkan sosialisasinya. Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul.

Keberadaan mass media dan televisi, serta banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah, koran, kurang dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan. Kadang-kadang anak asyik membaca buku yang bukan buku pelajaran, sehingga lupa akan tugas belajar. Maka, bacaan perlu diawasi dan diseleksi. Televisi yang banyak menyajikan hiburan yang berupa film-film akan dapat mengakibatkan anak untuk malas belajar dan moral bagi anak akan rusak misalnya adanya adegan kekerasan dan pemerkosaan. Hal ini juga tidak dapat dipertanggungjawabkan secara pendidikan.

Siswa banyak menghabiskan waktunya di lingkungan keluarga. Lingkungan keluarga itu sendiri merupakan bagian dari masyarakat. Komunikasi dengan anggota masyarakat lainnya, dapat memberikan pengaruh yang baik atau pengaruh yang buruk bagi siswa. Pergaulan yang salah dapat mengakibatkan siswa lupa atas tanggung jawab sendiri seorang pelajar.

Muhibbin Syah (1995:137) mengatakan bahwa kondisi sebuah kelompok masyarakat yang berdomisili di kawasan kumuh dengan kemampuan ekonomi di bawah garis rata-rata dan tanpa fasilitas umum seperti sekolah dan lapangan olah raga telah terbukti menjadi lahan yang


(44)

subur bagi pertumbuhan anak-anak nakal. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak akan terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Anak-anak di lingkungan brutal memang tak mempunyai alasan untuk tidak menjadi brutal, lebih-lebih apabila kedua orang tuanya kurang atau tidak berpendidikan. Dengan kondisi masyarakat yang demikian akan berpeluang untuk mempengaruhi sikap anak. Anak dapat terseret pada kegiatan yang negatif yang dapat merusak dirinya.

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses belajar siswa yang berpengaruh terhadap prestasi siswa menurut (Roestiyah, 1982:159-162) adalah sebagai berikut:

a. Mass Media

Banyak bacaan berupa buku-buku, novel, majalah yang kurang dipertanggungjawabkan secara pendidikan kadang-kadang mebuat anak asyik membaca buku bukan buku pelajaran sehingga anak akan lupa tugas belajarnya. Selain itu semakin maraknya perkembangan teknologi yang semakin modern seperti televisi, radio, internet yang kurang menguntungkan dalam dunia pendidikan membuat anak berkurang dalam belajar.

b. Teman Bergaul

Anak memang perlu bergaul dengan anak yang lain di lingkungan masyarakat sekitar untuk mengembangkan sosialisasinya tetapi dalam pergaulannya perlu di jaga supaya dalam pergaulan dengan temannya dapat membatasi dan mengontrol dengan siapa mereka bergaul sehingga tidak mengganggu kegiatan lain.

c. Kegiatan Lain

Di samping belajar di rumah anak mempunyai kegiatan-kegiatan di luar sekolah seperti olah raga, bermain drama, kumpul bersama teman-teman dan sebagainya. Hal ini perlu diawasi dan dibatasi agar jangan sampai anak melupakan kewajiban untuk belajar.

d. Cara Hidup Lingkungan

Cara hidup bertetangga disekitar rumah dimana anak itu tinggal besar pengaruhnya pada pertumbuhan anak, masal di lingkungan sekitar memiliki jam belajar maka secara otomatis anak tersebut akan dapat belajar sesuai jam belajar masyarakat. Selain itu di lingkungan yang


(45)

22

dapat mendukung anak rajin belajar maka anak tersebut memiliki kesadaran untuk belajar sendiri.

Sementara itu di masyarakat yang lingkungan anak-anaknya rajin belajar, dapat menjadi daya dorong terhadap siswa yang lain untuk rajin belajar. Roestiyah (1982:162-163) mengatakan bahwa di lingkungan yang anak-anaknya rajin belajar, kemungkinan besar akan terpengaruh untuk rajin belajar tanpa disuruh. Anak akan merasa malu jika mendapat prestasi yang rendah, jika teman-teman di sekitarnya mendapat prestasi belajar tinggi. Oleh karena itu anak akan berusaha belajar keras agar tidak ketinggalan dengan teman-temannya. Apabila teman-teman di sekitarnya itu teman sekelasnya, anak dapat mengadakan belajar bersama. Belajar bersama ini dimaksudkan agar ketinggalan mata pelajaran di kelas dapat diatasi.

Biasanya dalam lingkungan masyarakat yang aman damai dan tidak ada gangguan yang berarti dalam proses belajar di masyarakat akan mendukung siswa untuk belajar secara optimal yang memperoleh prestasi belajar siswa tinggi pula. Sebagai contoh diberlakukannya jam belajar malam masyarakat secara menyeluruh ke setiap masyarakat maka hal ini akan membuat para siswa merasa memiliki kewajiban sebagai seorang pelajar.

D. Kerangka Berpikir

1. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Keluarga dengan Minat Berwirausaha Pada siswa


(46)

Faktor keluarga merupakan faktor yang mendorong seseorang untuk menjadi seorang wirausahawan. Lingkungan keluarga bahkan dapat menjadi penentu kesuksesan seseorang dalam berwirausaha. Menurut Tim Kewirausahaan (2002:3), keluarga merupakan faktor yang paling mendorong seseorang untuk menjadi wirausahawan. Dukungan dan dorongan dari keluarga akan menjadi motivasi bagi seseorang untuk berwirausaha. Hasil penelitian sebelumnya seperti yang dilakukan Ekowati Christina (2001) dalam penelitiannya yang berjudul “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Minat Siswa SMK untuk Berwiraswasta”, menyatakan bahwa lingkungan di keluarga dapat memberikan sumbangan positif terhadap minat siswa berwirausaha. Jika sebuah keluarga memiliki perhatian yang besar terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa seperti cara mendidik, suasana keluarga, pengertian orang tua, keadaan sosial ekonomi keluarga, dan latar belakang kebudayaan pendidikan, maka tingkat keberhasilan belajar siswa akan semakin baik khususnya pada mata pelajaran kewirausahaan. Dukungan dari keluarga akan menjadi motivasi bagi siswa untuk berwirausaha. Minat siswa berwirausaha akan cenderung tinggi pada lingkungan keluarga yang baik, sementara akan rendah pada siswa yang berasal dari lingkungan keluarga yang cenderung buruk. Sebab dalam lingkungan keluarga yang baik keluarga akan memberikan perhatian yang berhubungan dengan pembentukan sikap kewirausahaan, hal ini akan menimbulkan minat yang tinggi bagi siswa untuk berwirausaha.


(47)

24

2. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Sekolah dengan Minat Berwirausaha Pada siswa

Lingkungan belajar di sekolah dipengaruhi oleh interaksi guru dengan murid, hubungan antar murid, standar pelajaran di atas ukuran, cara penyajian, media pendidikan, keadaan gedung, metode belajar, waktu sekolah, kurikulum, tugas rumah, dan pelaksanaan disiplian (Roestiyah 1982:159-161) yang akan berpengaruh pada tingkat keberhasilan siswa. Seorang guru yang mempunyai metode mengajar yang baik, cara penyajian yang baik dengan menggunakan media yang menarik, waktu belajar yang tepat, dapat membantu siswa dalam belajar. Siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran dengan baik, sehingga tingkat keberhasilan belajarnya juga lebih tinggi, khususnya pada mata pelajaran kewirausahaan.

Lingkungan sekolah yang memiliki sarana dan prasarana yang memadai seperti ruang kelas, media pembelajaran yang menarik, dan cara penyajian yang baik akan mendukung siswa dalam mengembangkan minat kewirausahaannya. Dengan pelajaran kewirausahaan, siswa dapat mengembangkan bakat kewirausahaannya. Keberhasilan siswa dalam mengikuti praktek kewirausahaan akan menimbulkan minat yang tinggi untuk berwirausaha, karena mereka mempunyai harapan serta rasa percaya diri yang tinggi. Dengan harapan dan rasa percaya diri yang tinggi tersebut, siswa mempunyai kemampuan untuk mengeksplorasikan


(48)

keinginan dan harapan yang tinggi untuk keberhasilan dalam berwirausaha.

3. Hubungan Antara Lingkungan Belajar di Masyarakat dengan Minat Berwirausaha

Faktor-faktor lingkungan belajar di masyarakat yang mempengaruhi keberhasilan siswa dalam belajar (Roestiyah, 1982:159-162) antara lain mass media, teman bergaul, cara hidup lingkungan dan kegiatan lain. Buku bacaan tentang kewirausahaan, pemilihan teman bergaul, yang tidak mendukung untuk berwirausaha, kegiatan-kegiatan lain yang padat, serta cara hidup bertetangga akan berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan siswa dalam belajar berwirausaha. Masyarakat sebagian besar berwirausaha maka akan mempengaruhi minat siswa untuk berwirausaha. Tanpa disuruh siswa akan berusaha mengetahui, memperhatikan dan melibatkan diri dengan lingkungan masyarakat yang berwirausaha sedangkan siswa yang tinggal dilingkunagan tidak berwirausaha akan menyesuaikan diri dengan lingkungan dimana siswa tinggal dimana siswa tinggal siswa yang tinggal di lingkungan masyarakat yang berwirausaha memiliki minat yang lebih tinggi untuk berwirausaha. Sebaliknya siswa yang tinggal di lingkungan yang tidak berwirausaha memiliki minat yang lebih rendah untuk berwirausaha.


(49)

26

E. HIPOTESIS PENELITIAN

1. Ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha pada siswa.

2. Ada hubungan lingkungan belajar di sekolah terhadap dengan minat berwirausaha pada siswa.

3. Ada hubungan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat berwirausaha pada siswa.

4. Ada hubungan lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, dan lingkungan belajar di masyarakat dengan minat berwirausaha pada siswa.


(50)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang diterapkan adalah studi kasus. Studi kasus merupakan studi penelitian tentang subjek tertentu dimana subjek tersebut terbatas. Penelitian ini merupakan studi kasus siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Hasil penelitian ini berlaku bagi kasus yang penulis teliti dan belum tentu dapat diterapkan pada kasus-kasus lain.

B. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2008.

C. Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek Penelitian adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta.

2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah


(51)

28

lingkungan belajar siswa yang meliputi: lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, lingkungan belajar di masyarakat, dan minat siswa berwirausaha.

D. Populasi, Sampel dan Teknik penarikan sampel 1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan tetapi dibedakan satu sama lain. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Jumlah populasi penelitian sebanyak 200 siswa.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian adalah wakil dari populasi yang diteliti. Sampel penelitian adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 Yogyakarta. Jumlah sampel penelitian sebanyak 68 siswa.

3. Teknik Penarikan Sampel

Teknik pengambilan sampel penelitian ini adalah purposive sampling dimana dalam teknik ini anggota populasi yang diambil sebagai sampel sudah ditentukan sesuai dengan keperluan penelitian dan mengabaikan peluang anggota lain dari populasi yang tidak dipilih. Sampel penelitian ini adalah siswa kelas XII SMK BOPKRI 1 Jln. Cik Ditiro No. 37 yogyakarta. Pertimbangannya siswa kelas XII akan segera menyelesaikan masa studinya di SMK dan telah memiliki bekal yang cukup untuk berwirausaha.


(52)

E. Variabel Penelitian dan Pengukurannya 1. Variabel Lingkungan Belajar

a. Lingkungan Belajar di Keluarga

Lingkungan belajar di keluarga dapat menentukan keberhasilan pendidikan yang ditempuh. Agar anak dapat berhasil dalam pendidikannya, maka harus diperhatikan segala sesuatu yang dapat menunjang keberhasilan belajarnya. Indikator lingkungan belajar di keluarga terdiri dari suasana kondusif keluarga, perhatian orang tua terhadap anak, dan keadaan sosial ekonomi orang tua. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di keluarga:

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Keluarga

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1. Cara mendidik

2. Suasana keluarga

3. Pengertian orang tua

4. Keadaan sosial ekonomi keluarga a. Memanjakan anaknya. b. Mendidik bertanggung jawab a. Menyenangkan b. Akrab

c. Penuh kasih sayang d. Saling memotivasi a. Pemberian tugas

rumah b. Menyemangati c. Membantu kesulitan anak. d. Memantau a. Kemampuan memahami kebutuhan pokok b. Ketersediaan sarana

belajar 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1


(53)

30

5. Latar belakang kebudayaan

c. Ketersediaan sarana pendukung belajar.

a. Tingkat pendidikan keluarga.

b. Kebisaan-kebiasaan hidup dikeluarga

13 14 15

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2

Skor Item Variabel Lingkungan Belajar di Keluarga Skor

Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1 Setuju 3 2 Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4

b. Lingkungan Belajar di Sekolah

Pendidikan di sekolah sebagai akibat dari pemenuhan akan pentingnya pendidikan, sekolah tidak hanya terdiri dari gedung saja melainkan juga sarana dan prasarana lain yang menunjang pendidikan. Sekolah merupakan tempat anak didik belajar, mempelajari sejumlah materi pelajaran. Oleh karena itu harus diciptakan lingkungan sekolah yang benar-benar dapat mendukung anak untuk belajar. Indikator lingkungan belajar di sekolah yang terdiri dari keadaan fisik bangunan, sarana prasarana penunjang kelancaran kegiatan belajar dan


(54)

lingkungan yang kondusif untuk belajar. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di sekolah:

Tabel 3.3

Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar siswa di Sekolah

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1. Interaksi guru

dan murid

2.Cara penyajian

3.Hubungan antar siswa

4.Standar pengajaran di atas ukuran

5. Media pendidikan

6.Kurikulum

a. Hubungan guru dan murid yang akrab b. Partisipasi siswa

dikelas

a. Ketepatan metode mengajar

b. Variasi mengajar a. Persaingan antar

group di dalam kelas b. Ketersediaan

kelompok belajar a. Guru memperhatikan

kemampuan siswanya

b. Guru memperhatikan aspek kepribadian dan psikis siswa c. Fokus pada proses

bukan hasil belajar a. Ketersediaan

dokumen b. Ketersediaan

labolatorium c. Ketersediaan

perpustakaan d. Kualitas media

pendidikan a. Kerencanaan

pembelajaran yang jelas

b. Pedoman perencanaan yang detail c. Mementingkan kebutuhan anak 1 2 3 4 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 5


(55)

32 7.Keadaan gedung 8.Waktu sekolah 9.Pelaksanaan disiplin 10.Metode belajar 11.Tugas Rumah

a. Jumlah kelas yang cukup

a. Penggunaan waktu yang sebaik-baiknya b Kondisi yang baik a. Pelaksanaan disiplin

yang kurang b. Tidak ada sangsi a. Cara belajar yang

tepat

b. Belajar secara teratur c. Pembagian waktu

yang baik

a. Guru memberi tugas rumah 17 18 19 22 23 24 25 20 21

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Skor item variabel lingkungan belajar di Sekolah Skor

Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4

c. Lingkungan Belajar di Masyarakat

Lingkungan dimana siswa menjalin hubungan atau berinteraksi dengan anggota masyarakat lain. Hubungan tersebut terjadi dengan teman sebaya, dengan orang tua yang lebih tua maupun dengan yang


(56)

lebih muda. Tetapi perlu di jaga jangan sampai mendapatkan teman bergaul yang buruk. Perbuatan yang tidak baik mudah menular pada orang lain. Maka perlu dikontrol dengan siapa mereka bergaul. Indikator belajar dimasyarakat terdiri dari mass media, teman bergaul, kegiatan lain dan cara hidup lingkungan. Berikut ini tabel operasionalisasi variabel lingkungan belajar siswa di masyarakat:

Tabel 3.5

Operasionalisasi Variabel Lingkungan Belajar Siswa di Masyarakat

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1.Mass media 2.Teman bergaul 3.Kegiatan lain 4.Cara hidup lingkungan

a. ketersediaan buku bacaan/perpustakaan b. ketersediaan

televisi/radio, dll c. ketersediaan Warnet a. batasan teman bergaul b. mengatur waktu dalam

bermain dan belajar c. mengembangkan

sosialisasi a. kegiatan diluar

sekolah b. diawasi c. dibatasi

d. tidak lupa kewajiban belajar

a. lingkungan yang mendukung b. jam belajar

masyarakat c. kesadaran belajar

sendiri 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13


(57)

34

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyataan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.6

Skor item variabel lingkungan belajar di Masyarakat Skor

Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4

2. Minat Siswa Berwirausaha a. Variabel Minat Berwirausaha

Minat adalah kecenderungan yang agak menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. Maka minat berwirausaha dapat diartikan sebagai kecenderungan yang mengarahkan siswa untuk berwirausaha setelah lulus, yang ditandai dengan adanya perasaan senang, tertarik terhadap wirausaha dan keinginan untuk menjadi wirausaha.


(58)

Tabel 3.7

Operasionalisasi Variabel Minat Berwirausaha

No butir Dimensi Indikator

Positif Negatif 1.Faktor dari dalam

2.Faktor dari luar

a. Ketertarikan b. Perasaan senang c. Keinginan untuk berwirausaha d. Rasa ingin tahu e. Kemampuan d. Pendirian a. Menyesuaikan

diri dengan sikap wirausaha b. Harapan untuk

memperoleh manfaat 1, 3,5 2,4 6,8,9 11,14,15 12,13,16 17 18 20 7 10 19

Indikator-indikator tersebut dituangkan dalam bentuk pernyatan dan masing-masing item pernyataan diukur dengan skala likert. Pemberian skor adalah sebagai berikut:

Tabel 3.8

Skor item variabel minat berwirausaha Skor

Jawaban

Positif Negatif

Sangat Setuju 4 1

Setuju 3 2

Tidak Setuju 2 3 Sangat Tidak Setuju 1 4


(59)

36

F. Teknik Pengumpulan Data 1. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah daftar pertanyaan kepada responden untuk diisi sesuai keadaan responden sebenarnya. Kuesioner ini berisi sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh data mengenai hubungan lingkungan belajar di keluarga, lingkungan belajar di sekolah, lingkungan belajar di masyarakat, dan minat berwirausaha siswa.

2. Dokumentasi

Pengumpulan data dengan dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan melihat cacatan-catatan yang ada di instansi pendidikan atau sekolah yang berhubungan dengan penelitian.

G. Uji Instrumen Penelitian 1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud. Untuk menguji validitas eksternal digunakan rumus korelasi Product Moment (Suharsimi Arikunto, 1989:138)


(60)

rxy =

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan :

rxy = koefisien korelasi

X = skor masing-masing item tes ke-i Y = skor total setiap item tes ke-i n = jumlah item pertanyaan

ΣX = jumlah dari X (jumlah skor butir soal)

ΣY = jumlah total skor butir soal

Butir dikatakan valid apabila koefisien korelasi (rhit) bernilai positif dan lebih besar atau sama dengan rtabel dengan taraf signifikansi 5%. Demikian sebaliknya dikatakan tidak valid apabila koefisien korelasi (rhit) lebih kecil dari rtabel dengan taraf signifikansi 5%.

Pengujian validitas digunakan untuk mengetahui apakah kuesioner yang dipakai sebagai bahan penelitian yang layak atau tidak dipakai. Kuesioner sebagai alat ukur perlu di uji validitasnya untuk menunjukkan sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam melakakan fungsi ukurnya. Semakin tinggi alat ukurnya, semakin tepat pula alat pengukur mengenai sasarannya. Sebaliknya semakin rendah validitas suatu alat ukur, semakin jauh pula alat pengukur itu mengenai sasarannya. Uji validitas menggunakan sampel berukuran N = 30 dengan df = N-2 (dk = 30 - 2 = 28), sehingga didapatkan r tabel = 0,239. Rangkuman dari hasil pengujian validitas tampak dalam tabel berikut ini (lampiran II, hal 83):


(61)

38

Tabel 3.9

Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Keluarga No.

Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,374 0,239 Valid 2 0,275 0,239 Valid 3 0,577 0,239 Valid 4 0,334 0,239 Valid 5 0,490 0,239 Valid 6 0,519 0,239 Valid 7 0,331 0,239 Valid 8 0,381 0,239 Valid 9 0,724 0,239 Valid 10 0,334 0,239 Valid 11 0,293 0,239 Valid 12 0,342 0,239 Valid 13 0,273 0,239 Valid 14 0,342 0,239 Valid 15 0,507 0,239 Valid


(62)

Tabel 3.10

Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Sekolah

Tabel 3.11

Rangkuman Uji Validitas Lingkungan Belajar di Masyarakat No.

Item Rhitung rtabel Keterangan

1 0,663 0,239 Valid 2 0,442 0,239 Valid 3 0,717 0,239 Valid 4 0,444 0,239 Valid 5 0,462 0,239 Valid 6 0,705 0,239 Valid 7 0,588 0,239 Valid 8 0,668 0,239 Valid 9 0,482 0,239 Valid 10 0,717 0,239 Valid 11 0,462 0,239 Valid 12 0,447 0,239 Valid

No.

Item rhitung rtabel Keterangan

1 0,553 0,239 Valid 2 0,673 0,239 Valid 3 0,621 0,239 Valid 4 0,766 0,239 Valid 5 0,491 0,239 Valid 6 0,421 0,239 Valid 7 0,715 0,239 Valid 8 0,781 0,239 Valid 9 0,584 0,239 Valid 10 0,638 0,239 Valid 11 0,742 0,239 Valid 12 0,849 0,239 Valid 13 0,764 0,239 Valid 14 0,455 0,239 Valid 15 0,763 0,239 Valid 16 0,780 0,239 Valid 17 0,486 0,239 Valid 18 0.761 0,239 Valid 19 0,415 0,239 Valid 20 0,491 0,239 Valid 21 0,428 0,239 Valid 22 0,472 0,239 Valid 23 0,558 0,239 Valid 24 0,782 0,239 Valid 25 0,553 0,239 Valid 26 0,451 0,239 Valid


(63)

40

Tabel 3.12

Rangkuman Uji Validitas Minat Berwirausaha No.

Item Rhitung rtabel Keterangan

1 0,381 0,239 Valid 2 0,349 0,239 Valid 3 0,301 0,239 Valid 4 0,566 0,239 Valid 5 0,464 0,239 Valid 6 0,351 0,239 Valid 7 0,339 0,239 Valid 8 0,383 0,239 Valid 9 0,544 0,239 Valid 10 0,521 0,239 Valid 11 0,626 0,239 Valid 12 0,464 0,239 Valid 13 0,431 0,239 Valid 14 0,587 0,239 Valid 15 0,683 0,239 Valid 16 0,342 0,239 Valid 17 0,252 0,239 Valid 18 0,594 0,239 Valid 19 0,658 0,239 Valid 20 0,615 0,239 Valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana suatu alat ukur dapat dipercaya ataukah tidak. Dengan kata lain, pengujian reliabilitas dimaksudkan untuk mengukur tingkat konsistensi jawaban responden atas suatu objek yang sama. Pengujian reliabilitas didasarkan pada rumus Cronbach Alpha dengan rumus sebagai berikut (Husein Umar, 2002:125): r11 =

(

)

⎥⎥ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡

2

1 2 1 1 σ σb k k Keterangan :

r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan


(64)

2 b

σ = jumlah varians butir

2 1

σ = varians total

Nilai varians butir dapat dicari berdasarkan rumus (Husein Umar, 2002: 127) sebagai berikut:

σ2 =

(

)

n n

X X

2 2

Keterangan:

n : jumlah responden

X : nilai skor yang dipilih (total nilai dari nomor-nomor butir pertanyaan)

Jika hasil perhitungan Cronbach Alpha diatas nilai 0,60 maka dikatakan bahwa instrumen penelitian tersebut adalah reliabel, sebaliknya jika nilai Alpha Cronbach dibawah nilai 0,60 maka kuesioner adalah tidak reliabel (Nunnaly, 1969 dalam Imam Ghozali 2002:133).

Uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan menggunakan rumus Cronbach-Alpha dan dikerjakan dengan program SPSS for Windows versi 11.5 dengan koefisien r tabel pada n = 30 adalah sebesar 0,239. Hasil pengujian reliabilitas diperoleh hasil sebagai berikut (lampiran II, hal 83):


(65)

42

Tabel 3.13

Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

H. Teknik Analisis Data 1. Analisis Deskriptif

Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan profil responden. Data akan dideskripsikan melalui perhitungan-perhitungan dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Selain deskripsi responden, analisis deskriptif juga akan dilakukan terhadap variabel penelitian, yaitu variabel lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan variabel terikatnya yaitu minat berwirausaha. Untuk dapat mendeskripsikan variabel-variabel tersebut, maka peneliti akan membuat interpretasi-interpretasi dengan melakukan perhitungan dan menyajikannya dalam bentuk tabel yang disusun berdasarkan klasifikasi menurut kriteria yang ditentukan.

2. Uji Prasyarat Analisis 1) Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data yang didapatkan berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas

Variabel Nilai r hitung Nilai r tabel Status

Lingkungan Belajar Keluarga 0,684 0,60 Andal Lingkungan Belajar Sekolah 0,944 0,60 Andal Lingkungan Belajar Masyarakat 0,871 0,60 Andal Minat Berwirausaha 0,874 0,60 Andal


(66)

menggunakan rumus One-Sample Kolmogorov-Smirnov (Sugiyono, 1999:255) yaitu:

( )

( )

[

F X1 S X1

]

Max

D= on

Keterangan :

D = Deviasi maksimum

( )

X1

Fo = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan

( )

X1

Fn = Fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi Jika nilai F hitung > dari nilai F tabel pada taraf signifikansi 5 %, maka distribusi data dikatakan tidak normal. Sebaliknya, jika nilai F hitung < dari nilai Ftabel, maka distribusi data dikatakan normal.

2). Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan yang linier atau tidak antara variabel bebas dengan terikat. Rumus yang digunakan adalah rumus garis regresi dengan menghitung nilai F atau analisis varians untuk uji linieritas. Rumusnya adalah sebagai berikut (Sudjana, 2002:323):

2 2 e TC S S F = Keterangan :

F = harga bilangan F untuk garis regresi

2 TC

S = varians tuna kecocokan

2 e

S = varians kekeliruan

Dalam hal ini, kita akan menolak hipotesis model regresi linier jika nilai koefisien F > F (l - (x) (k - 2, n - k). Untuk distribusi F yang akan digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k)


(67)

44

3). Pengujian Hipotesis a. Perumusan Hipotesis 1

Ho = Tidak ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha.

Ha1 = Ada hubungan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha.

b. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis pertama digunakan analisis stasistik koefisien korelasi Poduct Moment dilakukan dengan rumus sebagai berikut :

rxy =

(

)( )

(

)

{

}

{

( )

}

− 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N Keterangan :

X = lingkungan belajar di keluarga Y = prestasi belajar

N = jumlah sampel

rxy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Koefisien korelasi yang diperoleh diintepretasikan sebagai berikut (Sugiyono, 1999:216) :

r = 0,8 – 1,0 : berarti korelasi sangat kuat r = 0,6 – 0,799 : berarti korelasi kuat r = 0,4 – 0,599 : berarti korelasi sedang r = 0,2 – 0,399 : berarti korelasi rendah r = 0,0 – 0,199 : berarti korelasi sangat rendah


(68)

Untuk menguji signifikasi nilai koefisien korelasi digunakan rumus uji t sebagai berikut (Sudjana,1996:380):

t =

2

r 1

2 n r

− −

Dimana:

r = koefisien korelasi sederhana n = jumlah sampel

Ho diterima jika thitung < ttabel artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha. Sedangkan Ho ditolak jika thitung > ttabel artinya terdapat hubungan yang signifikan lingkungan belajar di keluarga dengan minat berwirausaha.

Catatan: Pengujian hipotesis 2 dan 3 dilakukan dengan cara yang sama dengan pengujian hipotesis 1.


(69)

BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Sekolah

Tahun-tahun penting :

a. Pada tanggal 19 Januari 1967 SMEA BOPKRI Yogyakarta didirikan oleh Pengurus Yayasan BOPKRI Yogyakarta. Semula menempati gedung di J1. Jendral Sudirman No. 57 Yogyakarta, sekarang untuk SMPS BOPKRI Yogyakarta.

b. Pada tahun 1968 pindah di Jln Jendral Sudirman No. 24 Yogyakarta sekarang untuk SD BOPKRI Gondolayu.

c. Pada tahun 1974 mendapat status Berbantuan.

d. Pada tanggal 1 Maret 1974 SMEA BOPKRI Yogyakarta pindah tempat di Jalan Wardani No. Kotabaru Yogyakarta.

e. Pada tanggal 28 Desember 1977 mendapat status Bersubsidi.

f. Pada tahun 1986 status atau jenjang akreditasinya disamakan, berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah tertanggal 6 Januari 1986 Nomor : 01/C/Kep/I.86

g. Mulai bulan Juli 1997 pindah di Jln. Cik Tiro No. 37 Yogyakarta. Namanya diganti menjadi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.

h. Pada tahun 1991 akreditasi yang kedua statusnya tetap sama yaitu disamakan. i. Pada 1998 akreditasi yang ketiga statusnya tetap sama yaitu disamakan. j. Pada tahun 2006 akreditasi untuk jurusan Akuntansi dengan peringkat Gol.

A.


(70)

Lokasi Sekolah

SMK BOPKRI 1 Yogyakarta memempati gedung milik Yayasan BOPKRI yang terletak di Jln. Cik Di Tiro No. 37 Yogyakarta. Adapun gedung yang ditempati SMK BOPKRI 1 ini mempunyai sejarah tersendiri yaitu :

a. Gedung ini didirikan pada tahun 1933 dan digunakan untuk Sekolah Dasar jaman penjajah.

b. Mulai tahun 1945 setelah berdiri Yayasan BOPKRI, gedung ini digunakan untuk SD BOPKRI Terban Taman.

c. Mulai bulan Juli 1997 SMK BOPKRI 1 menempati gedung ini. Karena ruangannya terbatas maka sebagian masuk pagi dan sebagian masuk siang. Kepala Sekolah di SMK BOPKRI Yogyakarta

Kepala Sekolah yang pernah memimpin sekolah ini sejak berdirinya sampai sekarang adalah sebagai berikut

a. Drs. Waspodo : tahun 1967 b. Drs. Soemarno : tahun 1968

c. Dra. Dwi Sunu Widjajani : tahun 1969 - 1978 d. Jn. Sunaryo, BA : tahun 1978 -1981 e. Drs. Y. Sarip Hidayat : tahun 1981 - 2007 f. Dra. Indri Pamivarti : tahun 2007 – sekarang 2. Data Sekolah

Nama Sekolah : SMK BOPKRI 1 Yogyakarta


(71)

Telp. : (0274) 523567 / 523564 Fax :(0274) 523567 / 523564

Email : SMK bosa @ Yahoo.com

Nomor Data Sekolah : 20403167 Tahun Berdiri : 1967

NSS : 343046009005

Jenjang Akreditasi : Akreditasi A

No. Keputusan AK : 14.1 / BASPROP / TU / V I I / 2005 Tanggal Keputusan : 14 Desember 2005

Waktu Sekolah : pagi

B. Visi dan misi 1. Visi

Visi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta terwujudnya anak didik menjadi siswa yang berdisiplin tinggi, beriman mendalam, berwawasan ilmu yang luas, memiliki sikap kritis. kreatif; dan peduli terhadap sesama berdasarkan semangat dan nilai-nilai ajaran Dominika.

2. Misi

Misi merupakan penjabaran dari visi seperti pada butir-butir berikut: a. Menciptakan lingkungan kerja dan belajar yang kondusif b. Meningkatkan prestasi kerja dan belajar


(72)

c. Mewujudkan pendidik dan peserta didik yang berwawasan luas dan berdisiplin tinggi

d. Meningkatkan prestasi akademik dan non akademik e. Mengembangkan rasa solidaritas dan kepedulian sesama

f. Menyelenggarakan pendidikan yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan

Dasar visi dan misi tersebut di atas memberi kesempatan kepada usaha untuk peningkatan mutu sekolah. Dasar tersebut merupakan acuan yang jelas dan tegas karena keluwesannya, maka tidak menutup kemungkinan atas usaha-usaha perbaikan pelaksanaan pendidikan.

C. Sumber Daya Manusia

SMK BOPKRI 1 Yogyakarta terdiri dari 28 guru dan 8 karyawan, kesemuanya itu adalah:

Tabel 4.1

Guru dan Karyawan SMK BOPKRI lYogyakarta

No Nama Guru Materi yang diajarkan 1 Dra. Indri Pamiyanti Ekonomi Perusahaan 2 Drs. Y. Sarip Hidayat PMP

3 Dra. Sih Mardiati Bahasa Indonesia 4 Dra. Hartati Pendidikan Jasmani 5 Dra. Ch. Sri Haryati BP/BK

6 Dra. F.A. Haryanti Ekonomi 7 Drs. Sumardjo Matematika 8 Dra. Dwiyatni Yuwanti Adm Perkantoran 9 Drs. C. Suprantiyo Bahasa Inggris 10 Yuli Karyanti SPd. PPKn


(73)

11 Didin Hermono Tata Niaga 12 Drs. Felix Sri Suwantoro,MM Bahasa Inggris 14 Drs. Margiyanto Matematika 15 Dra. Endang Puji Kartini Administrasi 16 Suryadi BSc. Komputer 17 Drs. Djumeno KS Administrasi 18 Drs. Puji Harjono Akuntansi 19 Drs. Harsoyo Supriyadi Akuntansi 20 Suratiningsih Spd. Administrasi 21 Dra. V. Ari Astuti Bahasa Indonesia 22 Heru Sumbodo S, Si Agama

23 Sumarto, SE Ekonomi

24 Cecilia Ika Puspitasari Akuntansi 25 Ninung Budi Astuti, S. Pd Matematika 26 Catur Yuniarto Seni Rupa 27 Veronica Yenny Endrayanti Mandarin

28 Cahyo Muntadi Pramuka

29 Agung Budi Putranto Pramuka 30 Maryadi Parwanta Pegawai Tetap 31 Roekmyari Kiswaryastoeti Pegawai Tetap 32 Sri Hardiningsih Pegawai Tetap 33 Eko Harjanto Pegawai Tidak Tetap 34 Suratno Pegawai Tidak Tetap 35 Sri Wahono Pegawai Tidak Tetap 36 Sumiyem Pegawai Tidak Tetap 37 Simon Prasetyanto Pegawai Tidak Tetap

D. Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta

SMK BOPKRI 1 Yogyakarta memiliki 202 siswa yang terdiri dari 4 kelas untuk setiap angkatannya, yaitu kelas X Akuntasi, X Administrasi Perkantoran, XI Akuntansi, XI Administrasi Perkantoran, XII Akuntansi, XII Administrasi Perkantoran dengan rincian jumlah siswa sebagai berikut:


(1)

3/23/09 1:34 PM 2/2

Tabel F tambahan.sav df_25 f_df25_5 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 37 1.806 38 1.798 39 1.791 40 1.783 41 1.777 42 1.770 43 1.764 44 1.758 45 1.752 46 1.747 47 1.742 48 1.737 49 1.732 50 1.727


(2)

LAMPIRAN VIII


(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

Pengaruh disiplin belajar, sikap pendidik dan minat belajar siswa terhadap prestasi belajar ekonomi : studi kasus siswa kelas XII IPS SMA Bopkri 2 Yogyakarta Jalan Jenderal Sudirman No.87 Yogyakarta.

0 0 155

Hubungan antara motivasi belajar, disilpin belajar, dan lingkungan belajar dengan prestasi belajar akuntansi siswa: studi kasus SMA Bopkri 1 Yogyakarta.

1 6 162

Hubungan motivasi belajar, iklim kelas, dan persepsi siswa tentang kompetensi guru dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus SMK BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMK Sanjaya Pakem.

1 4 190

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus pada SMK Bopkri I Yogyakarta.

0 0 197

Hubungan tingkat pemanfaatan perpustakaan sekolah, minat baca, dan kemandirian dalam belajar dengan prestasi belajar siswa : studi kasus siswa-siswi SMK BOPKRI I Jl. Cik Di Tiro No. 37 Yogyakarta.

0 1 145

Hubungan antara lingkungan belajar siswa, dorongan orang tua dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar siswa : studi kasus pada siswa kelas 2 di SMU BOPKRI II Yogyakarta.

0 0 188

HUBUNGAN EFIKASI DIRI DENGAN MINAT BERWIRAUSAHA SISWA KELAS XII JURUSAN JASA BOGA SMK NEGERI 6 YOGYAKARTA.

1 6 146

Hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi : studi kasus pada SMK Bopkri I Yogyakarta - USD Repository

0 0 195

Hubungan lingkungan belajar siswa dengan minat berwirausaha : studi kasus pada kelas XII SMK BOPKRI I jln. Cik Ditiro No.37 Yogyakarta - USD Repository

0 0 167

HUBUNGAN ANTARA MINAT TERHADAP JURUSAN DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA SISWA KELAS XII SMA BOPKRI DUA YOGYAKARTA

0 0 122