Proses Resilience Kajian Tentang Resiliensi

17 Consequences konsekuensi merupakan perasaan-perasaan dan perilaku yang muncul sebagai akibat dari belief yang ia miliki 2. Avoiding Thinking Traps, yaitu proses menghindari kesalahan berpikir seperti membuat asumsi-asumsi tanpa data yang relevan, menyalahkan diri sendiri, menyalahkan orang lain 3. Detecting Iceberg, yaitu kemampuan mendeteksi kepercayaan sehingga bisa mengevaluasinya dan menentukan bertingkahlaku tertentu 4. Challenging Beliefs yaitu kemampuan menganalisa tentang belief-belief yang menyebabkan kita mengalami kesulitan dan menentukan sosusi 5. Putting It in Perspective yaitu kemampuan untuk berpikir secara akurat sehingga lebih siap untuk menhadapi masalah yang terjadi 6. Calming and Focusing yaitu kemampuan menenangkan emosi ketika tidak terkontrol, untuk memfokuskan pikiran ketika mengganggu dan mengurangi jumlah stress yang dialami 7. Real-time Resilience yaitu mengubah belief-belief yang membuat kita tidak produktif segera setelah muncul.

3. Proses Resilience

Setiap individu normal ketika dihadapkan pada suatu masalah yang menekan maka individu tersebut akan mengembangkan strategi coping-nya, berusaha mengatasi keadaan menggunakan pengalaman sebelumnya dan mengembangkan rencana kontruktif 18 untuk mengatasi permasalahan tersebut. Daya tahan bukanlah kemampuan yang tumbuh dengan sendirinya, resiilence tumbuh sepanjang waktu Grotberg, 1999:157. Berikut ini adalah prose resiliensi dalam menghadapi kesulitan atau permasalahan menurut Grotberg 1999:157-165 : a. Fase mempersiapkan preparing for Terjadi saat individu mengetahui bahwa 1 ia sedang menghadapi masalah, kemudian 2 menyimpulkan konsekuensi apa dari masalah tersebut, 3 mengetahui siapa saja yang dilibatkan 4 mengetahui apa saja yang harus dihadapi, 5 mengetahui siapa saja yang dapat dimintai bantuan, 6 mengetahui kemampuan apa saja yang dapat digunakan untuk mengatasi tiap-tiap hambatan tersebut,dan 7 mengetahui faktor dinamis resiliensi apakah berguna dalam menghadapi kesulitan tersebut b. Fase menjalani live through Terjadi ketika individu 1 menentukan tingkat adversitas beratsangat berat dan mengetahui apakah ada hal lain yang timbul dari adversitas tersebut, 2 mengetahui siapa saja yang terlibat dan perlu dihibur dan ditenangkan, 3 merencanakan dan melakukan sejumlah tindakan dengan melibatkan orang lain yang mampu membantu, 4 menggunakan faktor resiliensiyang dimiliki untuk mendapatkan dukungan dalam menghadapi adversitas tersebut. 19 c. Fase mengambil pelajaran learn from Dapat terjadi setiap saat. Setiap saat individu dapat belajar dari kesalahan yang dilakukannya. Pada fase ini individu : 1 mengetahui apa yang dimilikinya faktor-faktor resilience dan apakah ia telah melakukan usaha maksimal menggunakan semua yang dimilikinya untuk mengatasi adversitas tersebut, 2 mengetahui sumber-sumber bantuan yang dapat diperoleh dan diandalkan, dan 3 lebih mengenal tentang dirinya, apakah menjadi pribadi yang lebih kuat, lebih baik dan lebih percaya diri. Karen Reivich dan Andrew Shatte 2002:36 menunjukan bahwa resilience dibangun oleh tujuh kemampuan yang dapat diukur, diajarkan dan dikembangkan. Adapun ketujuh keterampilan tersebut adalah sebagai berikut : 1. Emotional regulation, yaitu kemampuan untuk tetap tenang ketika di bawah tekanan yang akan membantu mereka untuk mengontrol emosi, atensi dan perilaku mereka. Self regulation merupakan hal penting untuk pembentukan relasi yang dekat, bisa terus-menerus dalam bekerja, dan menjaga kesehatan fisik. Orang-orang yang sulit meregulasi emosi seringkali sulit untuk bekerja sama. Hasil penelitian menunjukan bahwa orang-orang yang kurang mampu meregulasi emosi mereka memiliki kesulitan membangun dan memelihara pertemanan. 2. Impulse Control, jika seseorang memiliki impulse control maka ia 20 juga cenderung memiliki regulasi emosi yang tinggi, sedangkan jika seseorang memiliki impulse control yang rendah maka akan impulsif. 3. Optimism, yaitu keyakinan seseorang memiliki kemampuan untuk menangani kesulitan-kesulitan yang pasti akan muncul dimasa yang akan datang. Seseorang yang memiliki resilience yang baik adalah orang yang optimis, karena mereka yakin bahwa segala sesuatu dapat berubah menjadi lebih baik. Mereka memiliki harapan untuk masa yang akan datang dan yakin bahwa mereka dapat mengontrol arah dari hidup mereka. 4. Causal Analysis, yaitu suatu istilah yang digunakan untuk menunjukan kemampuan yang dimiliki seseorang untuk mengidentifikasi secara akurat penyebab-penyebab permasalahan mereka. Martin Seligman mengidentifikasi suatu gaya berpikir yang penting untuk causal analysis, yaitu explanatory style, yaitu kebiasaan cara seseorang menjelaskan hal-hal yang baik dan buruk yang terjadi padanya. Setiap orang memiliki explanatory style yang dapat dikodekan ke dalam tiga dimensi, yaitu cara berpikir personal me-not me, permanent always-not always dan pervasive everything-not everything. Seseorang yang berpikir “Me,Always,Everything” secara otomatis merefleksikan keyakinan bahwa dia yang sudah menyebabkan masalah me, permasalahannya menetap dan tidak bisa dirubah always dan masalah akan merusak semua aspek kehidupannya everything. 21 Kebanyakan orang yang memiliki resilience yang tinggi adalah orang yang memiliki fleksibilitas kognitif dan dapat mengidentifikasi semua penyebab kesulitan yang mereka hadapi secara signifikan, tanpa terjebak ke dalam explanatory style manapun. 5. Empathy, yaitu kemampuan untuk membaca tanda keadaan psikologis dan emosi orang lain. Beberapa orang mahir dalam menginterpretasikan nonverbal orang seperti ekspresi wajah, nada suara dan bahasa tubuh dan menentukan apa yang orang pikirkan dan rasakan. 6. Self efficacy, merupakan perasaan seseorang bahwa ia efektif di dunia. Hal ini merepresentasikan keyakinan seseorang bahwa ia dapat memecahkan permasalahan-permasalahan yang mungkin dialaminya dan keyakinan akan kemampuannya untuk berhasil. 7. Reaching out, merupakan keinginan mencapai apa yang dinginkan dan berani mencoba hal-hal baru. Karen Reivich dan Andrew Shatte. 2002:. Menunjukkan bahwa terdapat empat penggunaan resilience yaitu : 1. Untuk mengatasi hambatan-hambatan pada masa kanak-kanak seperti, broken home, kemiskinan, atau bahkan pengabaian secara emosional dan kekerasan fisik. 2. Untuk melewati kesulitan sehari-hari yang menimpa kita 3. Untuk bangkit dan menemukan cara untuk terus maju. 4. Untuk meraih peluang sehingga dapat mencapai hal-hal yang sesuai 22 kapasitas diri.

B. Kajian Tentang Religiusitas

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

AN ANALYSIS ON GRAMMATICAL ERROR IN WRITING MADE BY THE TENTH GRADE OF MULTIMEDIA CLASS IN SMK MUHAMMADIYAH 2 MALANG

26 336 20

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

PENYESUAIAN SOSIAL SISWA REGULER DENGAN ADANYA ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SD INKLUSI GUGUS 4 SUMBERSARI MALANG

64 523 26

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

PENGARUH DIMENSI KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN PELANGGAN DI CAFE MADAM WANG SECRET GARDEN MALANG

18 115 26