22
kapasitas diri.
B. Kajian Tentang Religiusitas
Religiusitas menujuk pada tingkat keterikatan individu terhadap agamanya. Hal ini menunjukkan bahwa individu telah menghayati dan
menginternalisasikan ajaran agamanya sehingga berpengaruh dalam segala aspek kehidupannya. Pada perkembangannya religiusitas yang
dialami manusia
mempunyai ciri-ciri
khas sesuai
tingkat perkembangannya pula.
1. Definisi Religiusitas
Dikatakan Gazalba 1987 religiusitas berasal dari kata religi dalam bahasa latin “religio” yang akar katanya adalah religure yang
berarti mengikat. Dengan demikian, mengandung makna bahwa religi atau agama pada umumnya memiliki aturan-aturan dan kewajiban-
kewajiban yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh pemeluknya. Kesemuanya itu berfungsi mengikat seseorang atau sekelompok orang
dalam hubungnnya dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam sekitar. Agama mengandung arti ikatan yang harus dipegang dan
dipatuhi manusia. Ikatan yang dimaksud berasal dari suatu kekuatan yang lebih tinggi dari manusia sebagai kekuatan gaib yang tidak dapat
ditangkap dengan pancaindra, namun pengaruhnya yang besar sekali terhadapa kehidupan manusia sehari-hari.
Jika agama menunjuk pada aspek-aspek formal yang berkaitan dengan aturan dan kewajiban, maka religiusitas menunjuk pada aspek
religi yang telah dihayati oleh seseorang dalam hati. Pendapat tersebut
23
senada dengan Dister dalam Subandi 1988 yang mengartikan religiusitas sebagai keberagamaan karena adanya internalisasi agama
ke dalam diri seseorang. Monks 1989 mengartikan keberagamaan sebagai keterdekatan yang lebih tinggi dari manusia kepada Yang
Maha Kuasa yang memberikan perasaan aman. Shihab 1993 menyatakan bahwa agama adalah hubungan
antara mahluk dengan Khalik Tuhan yang berwujud ibadah yang dilakukan dalam sikap keseharian. Selanjutnya, Anshori 1980
memberikan arti agama secara detail, yakni agama sebagai suatu credo tata keyakinan atas adanya Yang Maha Mutlak dan suatu
sistem norma tata kaidah yang mengatur hubungan manusia dengan manusia dan alam sekitarnya, sesuai dengan tata keimanan dan tata
peribadatan tersebut. Menurut beberapa ahli di dalam diri manusia terdapat suatu
instink atau naluri yang disebut religiusitas instink, yaitu naluri untuk meyakini dan mengadakan penyembahan terhadap suatu kekuatan
yang ada di luar diri manusia Spinks, 1963;Subandi, 1988. Naluri inilah yang mendorong manusia melakukan kegiatan-kegiatan yang
sifatnya religius. Selanjutnya dorongan itu adalah instink religiusitas, tetapi mereka berpendapat bahwa naluri atau dorongan untuk
mencapai suatu keutuhan itulah yang merupakan akar dari religi. Pruyser
119
mengemukakan bahwa manusia pada dasarnya adalah mahluk religius atau manusia merupakan makhluk yang berkembang
24
menjadi religius. Jadi, pada dasarnya manusia merupakan makhluk yang beragama.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa religiusitas adalah ikatan antara
manusia dengan Tuhan, dimana manusia harus patuh karena Tuhan memiliki kekuatan di atas segalanya yang besar sekali pengaruhnya
terhadapa kehidupan manusia.
2. Aspek-Aspek Religiusitas