9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Struktural Fungsional Robert K Merton
Merton memulai analisa fungsionalnya dengan menunjuk perbendaharaan yang tidak tepat serta beberapa asumsi atau postulat kabur yang terkandung dalam teori
fungsionalisme. Merton mengeluh terhadap kenyataan bahwa “ sebuah istilah terlalu sering digunakan untuk melambangkan konsep-konsep yang berbeda-beda, seperti halnya
dengan konsep yang sama digunakan simbol dari istilah-istilah yang berbeda”. Paradigma analisa fungsional Merton, mencoba membuat batasan-batasan beberapa
konsep analitis dasar dari bagi analisa fungsional dan menjelaskan beberapa ketidakpastian arti yang terdapat di dalam postulat-postulat kaum fungsional. Merton
mengutip tiga postulat yang terdapat di dalam analisa fungsional yang kemudian disempurnakannya satu demi satu. Postulat pertama, adalah kesatuan fungsional
masyarakat yang dapat dibatasi sebagai ”suatu keadaan di mana seluruh bagian dari sistem sosial bekerja sama dalam suatu tingkat keselarasan atau konsistensi internal yang
memadai, tanpa menghasilkan konflik yang berkepanjangan yang tidak dapat diatasi atau diatur. Merton menegaskan bahwa kesatuan fungsional yang sempurna dari suatu
masyarakat adalah ”bertentangan dengan fakta”. Sebagai contoh dia mengutip beberapa kebiasaan masyarakat yabg bersifat fungsional bagi suatu kelompok menunjang integrasi
dan kohesi suatu kelompok akan tetapi disfungsional bagi mempercepat kehancuran bagi kelompok lain. Postulat kedua, yaitu fungsionalisme universal, berkaitan dengan
Universitas Sumatera Utara
10
postulat pertama. Fungsionalisme universal menganggap bahwa “ seluruh bentuk sosial dan kebudayaan yang sudah baku memiliki fungsi-fungsi positif”. Sebagaimana sudah
kita ketahui, merton memperkenalkan konsep disfungsi maupun fungsi positif. Beberapa perilaku sosial jelas bersifat disfungsional. Merton menganjurkan agar elemen-elemen
kultural seharusnya dipertimbangkan menurut kriteria keseimbangan konsekuensi- konsekuensi fungsional net balance of functional consequences yang menimbang
fungsi positif terhadap fungsi negatif. Postulat ketiga yang melengkapi trio postulat fungsionalisme. Adalah postulat indispensability . ia menyatakan bahwa “ dalam setiap
tipe peradaban, setiap kebiasaan, ide, obyek materil, dan kepercayaan memenuhi beberapa fungsi penting, memiliki sejumlah tugas yang harus dijalankan, dan merupakan
bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dalam kegiatan system sebagai keseluruhan Poloma, 2010: 35-37.
a.
Strategi Dasar Analisis Strukturalisme Fungsional
Teori Fungsionalisme Struktural yang dikemukakan oleh Robert K. Merton ternyata memiliki perbedaan apabila dibandingkan dengan pemikiran pendahulu dan
gurunya, yaitu Talcott Parsons. Apabila Talcott Parsons dalam teorinya lebih menekankan pada orientasi subjektif individu dalam perilaku maka Robert K. Merton
menitikberatkan pada konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku. Menurut Robert K. Merton konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam
perilaku itu ada yang mengarah pada integrasi dan keseimbangan fungsi manifest, akan tetapi ada pula konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku itu yang
tidak dimaksudkan dan tidak diketahui fungsi laten . Oleh karena itu, menurut
Universitas Sumatera Utara
11
pendapatnya konsekuensi-konsekuensi objek dari individu dalam perilaku tersebut ada yang bersifat fungsional dan ada pula yang bersifat disfungsional. Anggapan yang
demikian itu merupakan ciri khas yang membedakan antara pendekatan Robert K. Merton dengan pendekatan fungsionalisme struktural yang lainnya. perlu diketahui
bahwa Teori Fungsional Taraf Menengah yang ia cetuskan tersebut, merupakan pendekatan yang sesuai untuk meneliti hal-hal yang bersifat kecil atau khusus dan
bersifat empiris dalam sosiologi. b.
Disfungsi dan Perubahan Sosial
Menurut Robert K. Merton dinyatakan bahwa konsekuensi-konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku dapat bersifat fungsional dan dapat pula bersifat
disfungsional. Konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku mampu mengarah pada integrasi dan keseimbangan, sedangkan konsekuensi objektif dari individu dalam perilaku
yang bersifat disfungsional akan memperlemah integrasi. Konsekuensi-konsekuensi objektif yang bersifat disfungsional akan menyebabkan timbulnya ketegangan atau
pertentangan dalam sistem sosial. Ketegangan tersebut muncul akibat adanya saling berhadapan antara konsekuensi yang bersifat disfungsional. Dengan adanya ketegangan
tersebut maka akan mengundang munculnya struktur dari yang bersifat alternatif sebagai substitusi untuk menetralisasi ketegangan. Perlu diketahui bahwa adanya ketegangan-
ketegangan yang mengakibatkan adanya struktur-struktur baru tersebut akan berarti bahwa konsekuensi objektif yang bersifat disfungsional itu akan mengakibatkan adanya
perubahan-perubahan sosial. Di samping itu disfungsi juga akan menyebabkan timbulnya anomie dan masalah sosial. Kenyataan tersebut juga mengandung arti timbulnya struktur-
Universitas Sumatera Utara
12
struktur baru, yang pada hakikatnya menunjukkan adanya perubahan sosial yang mengarah pada perbaikan tatanan dalam masyarakat.
2.2 Tinjauan Pemberdayaan Petani