12
struktur baru, yang pada hakikatnya menunjukkan adanya perubahan sosial yang mengarah pada perbaikan tatanan dalam masyarakat.
2.2 Tinjauan Pemberdayaan Petani
2.2.1 Pengertian Pemberdayaan
Banyak pengertian pemberdayaan yang dikemukakan oleh para ahli, semua pengertian tersebut mengarah pada bagaimana meningkatkan taraf hidup masyarakat agar
lebih sejahtera. Pemberdayaan harus menjadi tujuan program pengembangan masyarakat. Pemberdayaan atau empowerment, berasal dari kata daya power. Daya dalam arti
kekuatan, dalam kamus bahasa diartikan sebagai berkontribusi waktu, tenaga, usaha melalui kegiatan kegiatan yang berkenan dengan perlindungan-perlindungan hukum,
memberikan seseorang atau sesuatu kekuatan atau persetujuan melakukan sesuatu, menyediakan seseorang dengan sumber daya, otoritas dan peluang untuk melakukan
sesuatu, membuat sesuatu menjadi mungkin dan layak. Makna pemberdayaan adalah “membantu” komunitas dengan sumberdaya,
kesempatan, keahlian dan pengetahuan agar kapasitas komunitas meningkat sehingga dapat berpartisipasi untuk menentukan masa depan warga komunitas sumardjo, 2008;
chozin et al., 2009; Suharto, 2005. Diperlukan kapasitas masyarakat dalam proses pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan secara mandiri. Untuk maksud
tersebut disamping diperlukan peluang, kesempatan dan kewenangan juga kemampuan, yang kesemuanya memerlukan proses yang disebut sebagai pemberdayaan
empowerment. Dilihat dari aspek manusia sebagai aktor utama proses pembangunan, maka pemberdayaan juga dapat berarti proses untuk mengaktualisasikan agar dapat
Universitas Sumatera Utara
13
terpenuhi kehidupan sesuai harkat dan martabat manusia, didalamnya terkandung tiga nilai yaitu kelestarian hidup, harga diri dan kebebasan Soetomo, 2006: 403.
Secara konseptual pemberdayaan adalah upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain memberdayakan adalah memampukan dan memandirikan masyarakat. Pada hakikatnya pemberdayaan
merupakan penciptaan suasana iklim yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang. Logika ini didasarkan pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama
sekali tanpa memiliki daya. Pemberdayaan harus menjadi tujuan dari semua pembangunan masyarakat. Pengembangan masyarakat, bagaimanapun, dapat memiliki
tujuan pemberdayaan lebih sederhana. Setiap peningkatan pemberdayaan untuk bagian yang lebih kurang beruntung dari masyarakat akan membantu untuk membawa
masyarakat yang lebih adil secara sosial, dan pemberdayaan anggota masyarakat lokal berbasis struktur untuk diletakkan ditempat. Demikian pula, setiap srategi yang
memperkuat struktur yang menentang pemberdayaan mungkin justru melemahkan dari pada memperkuat kegiatan masyarakat. Bila dilihat lebih luas, pemberdayaan sering
disamakan dengan perolehan kekuatan dan akses terhadap sumber daya untuk mencari nafkah.
Untuk memahami proses pemberdayaan secara lebih proporsional, Korten 1987 : 7 merumuskan pengertian power sebagai kemampuan untuk mengubah kondisi masa
depan melalui tindakan dan pengambilan keputusan. Pembangunan itu sendiri ditafsirkan sebagai upaya membangun power oleh suatu masyarakat, antara lain dalam bentuk
peningkatan kemampuan untuk mengubah kondisi masa depan. Dengan demikian, power
Universitas Sumatera Utara
14
dapat digambarkan sebagai sumber daya dan hasil dari proses pembangunan itu sendiri. Berdasarkan pemikiran tersebut, power dalam proses pembangunan dapat diartikan
sebagai penguasaan atau control terhadap sumber daya, pengelolaan sumber daya dan hasil serta manfaat yang diperoleh. Menurut Korten, memahami power tidak cukup dari
dimensi distributif, tetapi juga dari dimensi generative. Dalam dimensi distributif, berdasarkan terminologi personal, power dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang
untuk mempengaruhi orang lain. Sebagai dasar pemahaman pengertian pemberdayaan dalam pembangunan, power dalam dimensi generatif justru lebih penting. Suatu
kelompok hanya akan memperoleh tambahan atau peningkatan power dengan mengurangi power kelompok lain. Apabila mengikuti pandangan bahwa dalam proses
pembangunan dikenal dengan adanya 3 stakeholders yaitu, Negara, Swasta, dan Masyarakat, maka dalam paradigma pembangunan konvensional peranan negara paling
dominan dibanding dua stakeholders yang lain. Dalam paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat, komposisi peranan tersebut diharapkan lebih imbang dan
proporsional. Hal itu dapat dilakukan dengan mengurangi peranan negara disatu pihak dan meningkatkan peranan masyarakat di pihak lain Soetomo 2006:405.
Menurut Jim Ife, konsep pemberdayaan memiliki hubungan erat dua konsep pokok yakni: konsep power daya dan konsep disadvantaged ketimpangan. Pengertian
pemberdayaan dapat dijelaskan dengan menggunakan empat perspektif yaitu : perspektif pluralis, elitis, strukturalis dan post-strukturalis Zubaedi, 2013: 25 .
a. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif pluralis adalah suatu proses
untuk menolong individu dan kelompok-kelompok masyarakat yang kurang beruntung agar mereka dapat bersaing secara lebih efektif dengan
Universitas Sumatera Utara
15
kepentingan-kepentingan lain. Upaya pemberdayaan yang dilakukan adalah menolong mereka dengan pembelajaran, menggunakan keahlian dalam
melobi, menggunakan media yang berhubungan dengan tindakan politik dan memahami bagaimana bekerjanya sistem aturan main. Oleh karena itu,
diperlukan upaya untuk meningkatkan kapasitas masyarakat agar dapat bersaing secara wajar sehingga tidak ada yang menang atau kalah. Dengan
kata lain, pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk mengajarkan kelompok atau individu bagaimana bersaing didalam peraturan how to
compate within the rules. b.
Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif elitis adalah suatu upaya untuk bergabung dan memengaruhi kalangan elite seperti para pemuka atau
tokoh masyarakat, pejabat, orang kaya, dan lain-lain, membentuk aliansi dengan elite, melakukan konfrontasi dan mengupayakan perubahan pada
kalangan elite. Upaya ini dilakukan mengingat masyarakat menjadi tak berdaya karena adanya power dan kontrol yang kuat dari para elite terhadap
media, pendidikan, partai politik, kebijakan publik, birokrasi, dan parlemen. c.
Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektid strukturalis adalah suatu agenda perjuangan yang lebih menantang karena tujuan pemberdayaan dapat
dicapai apabila bentuk-bentuk ketimpangan strukutral deliminasi. Umumnya, masyarakat menjadi tidak berdaya lantaran adanya sebuah struktur sosial yang
mendominasi dan menindas mereka, baik karena alasan kelas sosial, gender, rasa tau etnik.
Universitas Sumatera Utara
16
d. Pemberdayaan masyarakat ditinjau dari perspektif post-strukturalis adalah
suatu proses yang menantang dan mengubah diskursus. Pemberdayaan lebih ditekankanpada aspek intelektualitas ketimbang aktivitas atau praktis.
2.2.2 Pendekatan Pemberdayaan