Bidan melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari, membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui dan tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. Bidan mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI KP-ASI
dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Pondok bersalin desa Polindes Depkes RI, 2007.
Pada kenyataannya bidan tidak memotivasi ibu untuk mulai menyusui bayinya segera setelah bersalin, dan tidak melakukan rawat gabung dengan bayinya tetapi
memisahkan ibu dengan bayinya untuk dimandikan dan diletakkan di ruangan lain kemudian bidan langsung memberikan susu formula kepada bayinya.
Helmiyah Umniyati dari Departemen Gizi Universitas YARSI 2005, mengatakan bahwa, hampir sepertiga dari jumlah ibu-ibu yang melahirkan anaknya di
rumah bidan 78, menerima sampel gratis susu formula dari bidan. Hal ini mengakibatkan posisi tawar ibu bersalin untuk memberikan ASI eksklusif menjadi
rendah.
2.2.2. Karakteristik Bidan Desa
Seorang bidan desa adalah termasuk individu dan mempunyai karakteristik. Karakteristik individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan
memengaruhi perilaku. Perilaku bidan desa akan memengaruhi kinerjanya dalam melakukan pelayanan kepada ibu. Menurut Gibson 1997, ada tiga variabel yang
memengaruhi kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi
Universitas Sumatera Utara
dan karakteristik psikologis. Variabel karakteristik individu meliputi kemampuan, keterampilan, latar belakang dan demografis, yaitu: Umur, jenis kelamin, status
pernikahan, tempat tinggal, pendidikan dan masa kerja, karakteristik organisasi terdiri dari kepemimpinan, pengawasan, sumber daya, dan imbalan sedangkan karakteristik
psikologis terdiri dari persepsi, pengetahuan, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Mengacu pada pemikiran teoritis tersebut maka pada penelitian ini peneliti membatasi karakteristik bidan desa yang diduga memengaruhi kinerja bidan desa
dalam pencapaian ASI eksklusif yaitu karakteristik individu dan karakteristik psikologis umur, masa kerja, tempat tinggal, pengetahuan dan sikap .
1. Karakteristik individu Bidan desa a. Umur
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan batas terakhir masa hidupnya. Faktor umur memengaruhi seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya, jika umur dihubungkan dengan tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin bertambahnya umur akan semakin bertambah pula pengetahuannya.
Seorang bidan desa yang terampil dalam melakukan pelayanan kepada ibu biasanya dikaitkan dengan faktor umur, semakin tua umurnya maka akan semakin
banyak pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama bekerja. Hurlock 2002, menyatakan bahwa umur adalah lamanya hidup dalam tahun
yang dihitung sejak dilahirkan. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Masa dewasa dini adalah masa pencaharian, kemantapan dan
Universitas Sumatera Utara
masa reproduktif dimana dimulainya suatu karier dan merupakan masa reproduksi. Masa dewasa madya dimulai umur 41-60 tahun, masa antara umur 41-60 tahun yaitu
setelah puas dari hasil yang diperoleh dan menikmati hasil dari kesuksesan mereka sampai mencapai usia 60-an. Masa dewasa lanjut usia lanjut dimulai pada umur
60 tahun sampai kematian, ini merupakan masa pensiun, pensiun selalu menyangkut perubahan peran, keinginan dan nilai perubahan secara keseluruhan terhadap pola
kehidupan setiap individu. b. Masa Kerja
Menurut Depkes RI 1996, Lama bekerja seorang bidan desa dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang sudah dimilikinya maka
pengetahuan bidan akan semakin bertambah pula. Semakin lama bekerja akan semakin banyak kasus yang ditangani, bidan akan semakin mahir dan terampil dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Rostianna Purba 2009, di Kabupaten Tapanuli Tengah bahwa masa kerja yang lama 10 tahun,
berpengaruh terhadap kinerja bidan desa karena semakin lama bidan bekerja semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa yang lalu Notoatmodjo, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Lamanya seorang bidan bekerja dapat diklasifikasikan dalam: a.
≤ 10 tahun yaitu bidan yang bekerja antara 0 – 10 tahun b.
10 tahun, yaitu bidan yang bekerja lebih dari 10 tahun Zulfansyah, 2008 Dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh seseorang selama
bekerja maka pengetahuan bidan juga bertambah pula, dengan pengetahuannya tersebut bidan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya dalam
melakukan pelayanan kepada ibu Depkes RI, 1996. c. Pengetahuan
Pengetahuan seorang bidan desa tentang pelayanan dan pemeliharaan ASI sangat memengaruhi ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nur Elvayani dan Sri Sumarmi 2003, di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan selatan yang mengatakan bahwa,
kurangnya informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan termasuk bidan desa membuat rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang mengakibatkan
ibu tidak mau memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Menurut Notoatmodjo 2005, pengetahuan merupakan dari hasil tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: Tahu know, memahami comprehension,
Universitas Sumatera Utara
aplikasi application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan evaluasi evaluation.
d. Sikap Sikap yang diberikan bidan kepada ibu terutama dalam pelayanan dan
pemeliharaan Air Susu Ibu ASI sangat penting. Bidan dapat memberi pengaruh positif dengan cara memperagakan sikap positif tersebut kepada ibu dan keluarganya,
sehingga mereka memandang bahwa kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh dalam suasana yang ramah
dan lingkungan yang menunjang Perinasia, 1994. Notoatmodjo 2005 mengatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respons
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sikap positif dan negatif. Individu yang
memiliki sikap positif terhadap suatu objek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan objek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap
yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu Ahmadi, 2002.
Penelitian Lubis 2006, tentang perilaku bidan desa di kecamatan Angkola Tapanuli Selatan menemukan bahwa sikap bidan desa berpengaruh terhadap kinerja
Universitas Sumatera Utara
dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan balita. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa, bidan yang mempunyai sikap negatif terhadap profesi bidan desa
memberikan pelayanan kurang baik kepada ibu dan balita, sebaliknya bidan desa yang mempunyai sikap positif memberikan pelayanan dengan baik kepada ibu dan
balita. Penelitian Diana Nur Afifah 2007, mengatakan bahwa, sikap bidan kurang
baik terhadap pelayanan dan pemeliharaan ASI. Hal ini terbukti dari hasil penelitian studi kualitatif di Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang menunjukkan bahwa
pemberian susu formula sebagai prelaktal sering dilakukan di Balai Pengobatan Swasta, Rumah Bersalin maupun Rumah Sakit. Alasan utama karena ASI belum
keluar dan bayi masih kesulitan menyusu sehingga bayi akan menangis bila dibiarkan saja dan bidan akan langsung memberikan nasihat kepada ibu untuk memberikan susu
formula terlebih dahulu. Pembuatan susu formula dilakukan sendiri oleh bidan atau perawat, dan mereka juga menyediakan jasa sterilisasi botol.
e. Tempat Tinggal Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan
diwajibkan tinggal di desa Polindes tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya
bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat Depkes RI, 1997. Pada kenyataannya ada bidan desa yang tidak tinggal di desa, hal ini
mengakibatkan pelayanan bidan kepada masyarakat tidak berjalan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Winarni 2007, menemukan bahwa lokasi tempat tinggal bidan berpengaruh terhadap peranan bidan desa dalam upaya menurunkan kematian ibu di
Kabupaten Aceh Utara. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahlan 2002, dimana bidan desa yang bertempat tinggal di desa atau polindes
memiliki kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan bidan desa yang tidak bertempat tinggal di Polindes.
Hal ini sangat logis karena dari beberapa fakta, bidan yang tidak bertempat tinggal di desa polindes sebagian waktu kerjanya habis tersita perjalanan pulang
pergi dari tempat tinggal ke polindes sehingga mengganggu kinerjanya.
2.3. Motivasi 2.3.1. Pengertian
Istilah motivasi motivation berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti “menggerakkan” to move. Motivasi berfungsi sebagai pendorong atau
penyebab seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan adanya motivasi maka seseorang dapat bekerja dengan lebih bersemangat dan lebih bergairah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Gibson 1997, mengemukakan bahwa, motivasi adalah kekuatan yang mendorong seorang karyawan yang menimbulkan dan
mengarahkan perilaku. Bidan desa dapat diasumsikan sebagai karyawan dalam organisasi
pemerintahan. Bidan desa memberikan pelayanan kesehatan dan kebidanan kepada masyarakat di desa, dan pemerintah menghargai hasil usaha kerja bidan dengan
Universitas Sumatera Utara