pencapaian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah dan Puskesmas
Kutabuluh Kabupaten Karo.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan cakupan ASI eksklusif yang rendah pada latar belakang diatas sehingga perlu dilakukan penelitian, bagaimana pengaruh karakteristik umur, masa
kerja, pengetahuan, sikap dan tempat tinggal dan motivasi motivasi internal: kebutuhan, tanggungjawab dan prestasi; motivasi eksternal: kondisi kerja, supervisi,
gaji, penghargaan produsen susu dan penghargaan pemerintah terhadap kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Tiga Panah dan
Puskesmas Kutabuluh Kabupaten Karo.
1.3 Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis pengaruh karakteristik umur, masa kerja, pengetahuan, sikap dan tempat tinggal dan motivasi motivasi internal: kebutuhan, tanggungjawab
dan prestasi; motivasi eksternal: kondisi kerja, supervisi, gaji, penghargaan produsen susu dan penghargaan pemerintah terhadap kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI
eksklusif di wilayah kerja puskesmas Tiga Panah dan Puskesmas Kutabuluh Kabupaten Karo.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh karakteristik umur, masa kerja, pengetahuan, sikap dan tempat tinggal dan motivasi motivasi internal: kebutuhan, tanggungjawab dan prestasi;
motivasi eksternal: kondisi kerja, supervisi, gaji, penghargaan produsen susu dan penghargaan pemerintah terhadap kinerja bidan desa dalam pencapaian ASI
eksklusif di wilayah kerja puskesmas Tiga Panah dan puskesmas Kutabuluh Kabupaten Karo.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan informasi dan pengembangan bagi peneliti sejenis dan
berkelanjutan yang dapat dijadikan acuan dalam meningkatkan cakupan ASI eksklusif
2. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah dan pembuat kebijakan untuk
menyusun perencanaan kegiatan tentang upaya peningkatan pencapaian cakupan ASI eksklusif di masa yang akan datang
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. ASI Eksklusif
ASI eksklusif atau lebih tepat disebut pemberian ASI secara eksklusif, artinya bayi hanya diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk,
madu, air teh, air putih, juga tanpa tambahan makanan padat, seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim mulai lahir sampai usia 6 bulan. Roesli,
2005.
2.1.1. Faktor-faktor Determinan yang memengaruhi pemberian ASI
Banyak faktor yang dapat memengaruhi pola menyusui Depkes RI, 2005; Roesli, 2005 yang dapat ditinjau dari 3 aspek adalah :
1. Aspek genetik faktor keturunan Faktor yang berasal dari dalam ibu sendiri termasuk didalamnya umur ibu,
keadaan kesehatan ibu, paritas, pemakaian kontrasepsi, psikis ibu dan pengetahuan Soetjiningsih, 1997.
Produksi ASI akan mengalami perubahan pada kenaikan jumlah paritas walaupun tidak bermakna, dimana pada anak pertama jumlah ASI sebanyak 580 ml
per 24 jam, anak kedua 654 ml per 24 jam, anak ketiga 603 ml per 24 jam, anak keempat 600 ml per 24 jam, anak kelima 506 ml per 24 jam Alkatiri, 2003.
Universitas Sumatera Utara
Pemakaian alat kontrasepsi juga dapat memengaruhi produksi ASI, khususnya jenis pil yang mengandung estrogen yang tinggi akan menurunkan
produksi ASI, oleh karenanya penggunaan kontrasepsi pada masa laktasi harus menggunakan urutan prioritas mulai dari MOW metode Operasi Wanita atau MOP
Metode operasi Pria bila tidak ingin punya anak lagi. AKDR Alat Kontrasepsi Dalam Rahim, suntikan depoprovera, susuk norplant, mini pil dan menggunakan pil
kombinasi bila ASI tidak dibutuhkan lagi atau setelah makanan tambahan diperkenalkan pada bayi dan mengandung estrogen rendah Soetjiningsih, 1997.
Keadaan psikis juga sangat menentukan dalam keberhasilan menyusui. Ibu yang mengalami kecemasan akan lebih sedikit mengeluarkan ASI- nya dibandingkan
yang tidak. Ibu yang kurang percaya diri tidak yakin bahwa ia mampu menyusui dengan baik, adanya tekanan batin, takut kehilangan daya tarik sebagai wanita,
kesemuanya ini dapat memengaruhi kegiatan menyusui Widodo, 2001. Pengetahuan ibu termasuk salah satu faktor yang mendukung dalam
pemberian ASI eksklusif. Ibu yang mendapatkan pendidikan mengenai ASI, biasanya mempunyai rentang waktu yang lama dalam pemberian ASI Roesli, 2005. Hal ini
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Dian 2006, di Puskesmas Sukawarna Bandung yang mengatakan bahwa, ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang
tentang ASI eksklusif menunjukkan perilaku yang kurang baik dalam pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
2. Aspek Lingkungan Faktor
ekstrinsik terdiri dari faktor sosial budaya masyarakat yang dapat
berpengaruh terhadap pemberian ASI. Strata sosial seperti adanya lapisan-lapisan di masyarakat yang digolongkan berdasarkan status ekonomi, kedudukan dan pekerjaan,
semua ini dapat memengaruhi pemberian ASI secara eksklusif. Adanya diskriminasi antara anak laki-laki dan perempuan yang berdampak pada perolehan ASI, ibu lebih
mengutamakan menyusui anak laki-laki daripada anak perempuan karena adanya budaya pengutamaan anak laki-laki Roesli, 2000.
Menurut penelitian Hasan Basri 2009, di Kecamatan Rumbai pesisir Pekan Baru, keyakinankepercayaan merupakan variabel yang memengaruhi tindakan
pemberian ASI eksklusif. 3. Aspek gaya hidup
Aspek ini merupakan salah satu dari perilaku yang tidak terlepas dari lingkungan sosial budaya dan keadaan si ibu itu sendiri. Mengikuti teman atau orang
terkemuka yang memberikan susu botol, merasa ketinggalan jaman jika menyusui bayinya adalah merupakan fenomena yang muncul di masyarakat. Faktor-faktor lain
yang memperkuat penggunaan susu botol adalah pengaruh kosmetologi, gengsi supaya kelihatan lebih modern dan tidak kalah pentingnya dari pengaruh iklan
Widodo, 2001. 4. Aspek pelayanan kesehatan
Petugas kesehatan termasuk bidan desa memegang peranan penting dalam menyukseskan program ASI eksklusif. Kurangnya tenaga kesehatan dapat
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan kurangnya tenaga yang dapat menjelaskan dan mendorong tentang manfaat pemberian ASI tetapi sebaliknya justru petugas kesehatan memberi
penerangan yang salah dengan menganjurkan pengganti ASI dengan susu formula. Kebijakan institusi yang tidak menyokong serta nasehat petugas kesehatan
yang bertentangan dan menghambat fisiologi laktasi adalah pencetus berakhirnya laktasi. Ketidakacuhan tenaga kesehatan serta program institusi pemerintah yang
tidak terarah dan tidak mendukung adalah salah satu penyebab utama penurunan penggunaan ASI. Informasi yang cukup dapat disampaikan melalui berbagai media,
namun akan lebih baik informasi ini berasal dari petugas kesehatan. Selain itu pemberian ASI pertama setelah anak lahir akan memengaruhi pemberian ASI
eksklusif. Tiga puluh menit setelah anak lahir sebaiknya langsung diperkenalkan dengan ASI karena akan memengaruhi produksi ASI yang disebabkan oleh
perangsangan terbentuknya ASI Sidi, 2004. Semakin cepat dan sering rangsangan tersebut akan memperlancar
pengeluaran ASI. Bayi yang disusui tiga puluh menit setelah dilahirkan atau sebelumnya akan memungkinkan untuk tidak memberikan makanan prelaktal pada
bayi. Tiga puluh menit pertama ini petugas kesehatan harus penuh berada di sisi ibu dan bayi karena waktu ini adalah sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI
Widodo, 2001. Hal ini sesuai dengan penelitian Srimaryati 2009, di Kota Medan yang mengatakan bahwa variabel penolong persalinan termasuk bidan desa adalah
paling berpengaruh secara signifikan terhadap pemberian ASI eksklusif.
Universitas Sumatera Utara
2.2. Bidan Desa
Definisi bidan menurut International Confederation of midwives ICM yang dianut dan diadopsi oleh seluruh organisasi bidan di seluruh dunia, dan diakui oleh
WHO dan Federation of International Gynecologist Obstetrician FIGO. Definisi tersebut secara berkala direview dalam pertemuan InternasionalKongres ICM.
Definisi terakhir disusun melalui kongres ICM ke 27, pada bulan juli tahun 2005 di Brisbane Australia ditetapkan sebagai berikut: Bidan adalah seseorang yang telah
mengikuti program pendidikan bidan yang diakui di negaranya, telah lulus dari pendidikan tersebut, serta memenuhi kualifikasi untuk didaftar register dan atau
memiliki izin yang sah lisensi untuk melakukan praktik bidan Depkes RI, 2007. Bidan desa adalah bidan yang ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai
wilayah kerja satu sampai dua desa, dan dalam melaksanakan tugas pelayanan medis baik di dalam maupun di luar jam kerjanya bidan harus bertanggungjawab, yang telah
disebarluaskan ke seluruh propinsi dengan surat Edaran Direktur Jenderal Kesehatan masyarakat No.429BinkesmasDJIII89 pada tanggal 29 Maret 1989 Sofyan, 2006.
Bidan sebagai tenaga profesional yang bertanggungjawab, bekerja sebagai mitra perempuan untuk memberikan dukungan, asuhan dan nasehat selama masa
hamil, masa persalinan, dan masa nifas, memimpin persalinan atas tanggungjawab sendiri dan memberikan asuhan kepada bayi baru lahir, dan bayi. Asuhan ini
mencakup upaya pencegahan, promosi persalinan normal, deteksi komplikasi pada ibu dan anak, dan akses bantuan medis atau bantuan lain yang sesuai, serta
melaksanakan tindakan kegawatdaruratan Depkes RI, 2007.
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Praktik Pelayanan Kebidanan
Keputusan Menteri kesehatan Republik Indonesia Nomor 900MENKESSK2002 tentang registrasi dan praktik Bidan menegaskan bahwa
pelayanan kebidanan kepada ibu adalah: 1 Penyuluhan dan konseling, 2 Pemeriksaan fisik, 3 Pelayanan antenatal pada kehamilan normal dan abnormal,
4 Pelayanan ibu nifas normal dan abnormal yang mencakup retensio plasenta, renjatan dan infeksi ringan, 5 Pelayanan dan pengobatan pada kelainan ginekologi
yang meliputi keputihan, perdarahan tidak teratur dan penundaan haid, 6 Pelayanan dan pemeliharaan Air Susu Ibu ASI.
2.2.1.1. Pelayanan dan pemeliharaan Air Susu Ibu ASI
Salah satu pelayanan bidan kepada ibu adalah pelayanan dan pemeliharaan Air Susu Ibu ASI. Seorang bidan harus memberikan pelayanan dan pemeliharaan
ASI kepada ibu dengan baik dan benar. Bidan harus memberikan nasehat dan asuhan yang dibutuhkan kepada wanita selama masa hamil, persalinan dan pasca persalinan.
Bidan memberikan penjelasan kepada ibu tentang manfaat menyusui dan penatalaksanaannya dimulai sejak masa kehamilan, masa bayi lahir sampai umur
2 tahun, termasuk cara mengatasi kesulitan menyusui. Bidan membantu ibu mulai menyusui bayinya segera setelah lahir melakukan Inisiasi Menyusu Dini dan juga
membantu ibu bagaimana cara menyusui yang benar. Pelayanan bidan selanjutnya adalah membantu ibu bagaimana caranya mempertahankan menyusui dan tidak
memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada bayi baru lahir.
Universitas Sumatera Utara
Bidan melaksanakan rawat gabung dengan mengupayakan ibu bersama bayi 24 jam sehari, membantu ibu menyusui semau bayi tanpa pembatasan terhadap lama
dan frekuensi menyusui dan tidak memberikan dot atau kempeng kepada bayi yang diberi ASI. Bidan mengupayakan terbentuknya Kelompok Pendukung ASI KP-ASI
dan rujuk ibu kepada kelompok tersebut ketika pulang dari Pondok bersalin desa Polindes Depkes RI, 2007.
Pada kenyataannya bidan tidak memotivasi ibu untuk mulai menyusui bayinya segera setelah bersalin, dan tidak melakukan rawat gabung dengan bayinya tetapi
memisahkan ibu dengan bayinya untuk dimandikan dan diletakkan di ruangan lain kemudian bidan langsung memberikan susu formula kepada bayinya.
Helmiyah Umniyati dari Departemen Gizi Universitas YARSI 2005, mengatakan bahwa, hampir sepertiga dari jumlah ibu-ibu yang melahirkan anaknya di
rumah bidan 78, menerima sampel gratis susu formula dari bidan. Hal ini mengakibatkan posisi tawar ibu bersalin untuk memberikan ASI eksklusif menjadi
rendah.
2.2.2. Karakteristik Bidan Desa
Seorang bidan desa adalah termasuk individu dan mempunyai karakteristik. Karakteristik individu merupakan faktor internal yang menggerakkan dan
memengaruhi perilaku. Perilaku bidan desa akan memengaruhi kinerjanya dalam melakukan pelayanan kepada ibu. Menurut Gibson 1997, ada tiga variabel yang
memengaruhi kinerja individu yaitu karakteristik individu, karakteristik organisasi
Universitas Sumatera Utara
dan karakteristik psikologis. Variabel karakteristik individu meliputi kemampuan, keterampilan, latar belakang dan demografis, yaitu: Umur, jenis kelamin, status
pernikahan, tempat tinggal, pendidikan dan masa kerja, karakteristik organisasi terdiri dari kepemimpinan, pengawasan, sumber daya, dan imbalan sedangkan karakteristik
psikologis terdiri dari persepsi, pengetahuan, sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi.
Mengacu pada pemikiran teoritis tersebut maka pada penelitian ini peneliti membatasi karakteristik bidan desa yang diduga memengaruhi kinerja bidan desa
dalam pencapaian ASI eksklusif yaitu karakteristik individu dan karakteristik psikologis umur, masa kerja, tempat tinggal, pengetahuan dan sikap .
1. Karakteristik individu Bidan desa a. Umur
Umur adalah usia seseorang yang dihitung sejak lahir sampai dengan batas terakhir masa hidupnya. Faktor umur memengaruhi seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya, jika umur dihubungkan dengan tingkat pengetahuan seseorang, maka semakin bertambahnya umur akan semakin bertambah pula pengetahuannya.
Seorang bidan desa yang terampil dalam melakukan pelayanan kepada ibu biasanya dikaitkan dengan faktor umur, semakin tua umurnya maka akan semakin
banyak pengetahuan dan pengalamannya yang diperoleh selama bekerja. Hurlock 2002, menyatakan bahwa umur adalah lamanya hidup dalam tahun
yang dihitung sejak dilahirkan. Masa dewasa dini dimulai pada umur 18 tahun sampai kira-kira umur 40 tahun. Masa dewasa dini adalah masa pencaharian, kemantapan dan
Universitas Sumatera Utara
masa reproduktif dimana dimulainya suatu karier dan merupakan masa reproduksi. Masa dewasa madya dimulai umur 41-60 tahun, masa antara umur 41-60 tahun yaitu
setelah puas dari hasil yang diperoleh dan menikmati hasil dari kesuksesan mereka sampai mencapai usia 60-an. Masa dewasa lanjut usia lanjut dimulai pada umur
60 tahun sampai kematian, ini merupakan masa pensiun, pensiun selalu menyangkut perubahan peran, keinginan dan nilai perubahan secara keseluruhan terhadap pola
kehidupan setiap individu. b. Masa Kerja
Menurut Depkes RI 1996, Lama bekerja seorang bidan desa dapat diidentikkan dengan banyaknya pengalaman yang sudah dimilikinya maka
pengetahuan bidan akan semakin bertambah pula. Semakin lama bekerja akan semakin banyak kasus yang ditangani, bidan akan semakin mahir dan terampil dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Hal ini sesuai dengan penelitian Rostianna Purba 2009, di Kabupaten Tapanuli Tengah bahwa masa kerja yang lama 10 tahun,
berpengaruh terhadap kinerja bidan desa karena semakin lama bidan bekerja semakin banyak pengalaman yang diperolehnya.
Pengalaman adalah guru yang baik, oleh sebab itu pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
pengetahuan. Pengalaman pribadi dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang
diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapi pada masa yang lalu Notoatmodjo, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Lamanya seorang bidan bekerja dapat diklasifikasikan dalam: a.
≤ 10 tahun yaitu bidan yang bekerja antara 0 – 10 tahun b.
10 tahun, yaitu bidan yang bekerja lebih dari 10 tahun Zulfansyah, 2008 Dengan semakin banyaknya pengalaman yang diperoleh seseorang selama
bekerja maka pengetahuan bidan juga bertambah pula, dengan pengetahuannya tersebut bidan dapat menyesuaikan diri dengan pekerjaan yang diembannya dalam
melakukan pelayanan kepada ibu Depkes RI, 1996. c. Pengetahuan
Pengetahuan seorang bidan desa tentang pelayanan dan pemeliharaan ASI sangat memengaruhi ibu dalam memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Nur Elvayani dan Sri Sumarmi 2003, di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan selatan yang mengatakan bahwa,
kurangnya informasi tentang ASI eksklusif dari petugas kesehatan termasuk bidan desa membuat rendahnya pengetahuan ibu tentang ASI eksklusif yang mengakibatkan
ibu tidak mau memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya. Menurut Notoatmodjo 2005, pengetahuan merupakan dari hasil tahu, dan ini
terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan,
pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan yang tercakup dalam domain
kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu: Tahu know, memahami comprehension,
Universitas Sumatera Utara
aplikasi application, analisis analysis, sintesis synthesis, dan evaluasi evaluation.
d. Sikap Sikap yang diberikan bidan kepada ibu terutama dalam pelayanan dan
pemeliharaan Air Susu Ibu ASI sangat penting. Bidan dapat memberi pengaruh positif dengan cara memperagakan sikap positif tersebut kepada ibu dan keluarganya,
sehingga mereka memandang bahwa kehamilan, melahirkan dan menyusui sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan yang diperoleh dalam suasana yang ramah
dan lingkungan yang menunjang Perinasia, 1994. Notoatmodjo 2005 mengatakan bahwa sikap merupakan reaksi atau respons
yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Sikap dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu sikap positif dan negatif. Individu yang
memiliki sikap positif terhadap suatu objek ia akan siap membantu, memperhatikan, berbuat sesuatu yang menguntungkan objek itu. Sebaliknya bila ia memiliki sikap
yang negatif terhadap suatu objek, maka ia akan mengecam, mencela, menyerang bahkan membinasakan obyek itu Ahmadi, 2002.
Penelitian Lubis 2006, tentang perilaku bidan desa di kecamatan Angkola Tapanuli Selatan menemukan bahwa sikap bidan desa berpengaruh terhadap kinerja
Universitas Sumatera Utara
dalam memberikan pelayanan kepada ibu dan balita. Hasil penelitian tersebut mengatakan bahwa, bidan yang mempunyai sikap negatif terhadap profesi bidan desa
memberikan pelayanan kurang baik kepada ibu dan balita, sebaliknya bidan desa yang mempunyai sikap positif memberikan pelayanan dengan baik kepada ibu dan
balita. Penelitian Diana Nur Afifah 2007, mengatakan bahwa, sikap bidan kurang
baik terhadap pelayanan dan pemeliharaan ASI. Hal ini terbukti dari hasil penelitian studi kualitatif di Kecamatan Tembalang Kota Semarang yang menunjukkan bahwa
pemberian susu formula sebagai prelaktal sering dilakukan di Balai Pengobatan Swasta, Rumah Bersalin maupun Rumah Sakit. Alasan utama karena ASI belum
keluar dan bayi masih kesulitan menyusu sehingga bayi akan menangis bila dibiarkan saja dan bidan akan langsung memberikan nasihat kepada ibu untuk memberikan susu
formula terlebih dahulu. Pembuatan susu formula dilakukan sendiri oleh bidan atau perawat, dan mereka juga menyediakan jasa sterilisasi botol.
e. Tempat Tinggal Sesuai dengan namanya bidan desa, maka bidan desa ditempatkan dan
diwajibkan tinggal di desa Polindes tersebut serta bertugas melayani masyarakat di wilayah kerjanya, yang meliputi 1 sampai 2 desa. Dalam melaksanakan tugasnya
bidan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Puskesmas setempat Depkes RI, 1997. Pada kenyataannya ada bidan desa yang tidak tinggal di desa, hal ini
mengakibatkan pelayanan bidan kepada masyarakat tidak berjalan dengan baik.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Winarni 2007, menemukan bahwa lokasi tempat tinggal bidan berpengaruh terhadap peranan bidan desa dalam upaya menurunkan kematian ibu di
Kabupaten Aceh Utara. Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Syahlan 2002, dimana bidan desa yang bertempat tinggal di desa atau polindes
memiliki kinerja yang lebih baik bila dibandingkan dengan bidan desa yang tidak bertempat tinggal di Polindes.
Hal ini sangat logis karena dari beberapa fakta, bidan yang tidak bertempat tinggal di desa polindes sebagian waktu kerjanya habis tersita perjalanan pulang
pergi dari tempat tinggal ke polindes sehingga mengganggu kinerjanya.
2.3. Motivasi 2.3.1. Pengertian
Istilah motivasi motivation berasal dari bahasa latin, yakni movere yang berarti “menggerakkan” to move. Motivasi berfungsi sebagai pendorong atau
penyebab seseorang untuk melakukan sesuatu. Dengan adanya motivasi maka seseorang dapat bekerja dengan lebih bersemangat dan lebih bergairah untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Gibson 1997, mengemukakan bahwa, motivasi adalah kekuatan yang mendorong seorang karyawan yang menimbulkan dan
mengarahkan perilaku. Bidan desa dapat diasumsikan sebagai karyawan dalam organisasi
pemerintahan. Bidan desa memberikan pelayanan kesehatan dan kebidanan kepada masyarakat di desa, dan pemerintah menghargai hasil usaha kerja bidan dengan
Universitas Sumatera Utara
memberikan gajiinsentif setiap bulan. Penerimaan gajiinsentif termasuk salah satu faktor pendorongmotivasi bagi bidan dalam bekerja. Gaji dapat dikatakan sebagai
imbalan dan merupakan salah satu faktor eksternal yang memengaruhi motivasi seseorang.
Pelayanan bidan yang baik kepada ibu dalam pemeliharaan Air Susu Ibu ASI juga dipengaruhi oleh berbagai motivasi baik dari dalam internal ataupun
dari luar eksternal bidan itu sendiri.
2.3.2. Teori Motivasi
Menurut Handoko 2001, jika dilihat atas dasar fungsinya motivasi terbagi atas: a motivasi internal dan b motivasi eksternal. Motivasi internal yaitu motivasi
yang berfungsi tanpa adanya rangsangan dari luar, dari dalam individu sudah ada suatu dorongan untuk melakukan tindakan dan motivasi eksternal yaitu motivasi
yang berfungsi dengan adanya faktor dorongan dari luar individu. Faktor yang berkaitan dengan motivasi internal yaitu kebutuhan, keinginan, prestasipencapaian,
penguatan, tanggungjawab, peningkatan status tugas itu sendiri dan kemungkinan berkembang sedangkan faktor motivasi eksternal yaitu faktor pengendaliansupervisi,
gajiupah, kondisi kerja, kebijaksanaan, pekerjaan yang mengandung penghargaan, pengembangan dan tanggungjawab Hicks dan Gullet, 2002.
Motivasi bidan desa dalam melakukan pelayanan kepada ibu dipengaruhi oleh faktor dari dalam dirinya dan juga faktor dari luar dirinya. Kebutuhan, keinginan dan
tanggungjawabnya terhadap pekerjaan akan memengaruhi motivasinya.
Universitas Sumatera Utara
Faktor dari luar seperti, gajiupah, kondisi kerja dan penghargaan yang diterimanya misalnya dari produsen susu atau pemerintah juga akan memengaruhi
motivasinya dalam melakukan pelayanan ASI kepada ibu. Salah satu faktor yang memengaruhi ketidakpuasan bidan dalam pelayanan ASI yaitu tidak adanya
penghargaan dari pemerintah sehingga penghargaan yang diperolehnya dari produsen susu akan memengaruhi pelayanan bidan dalam pelayanan ASI kepada bayi baru
lahir. Hal ini sesuai dengan penelitian Kasminah 2008, di Klinik Bersalin Kota Medan, bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara insentif dari produsen
susu dengan pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Teori dua faktor teori Motivasi Higiene dari Frederick Herzberg
menunjukkan adanya 2 kelompok faktor yang memengaruhi kerja seseorang dalam organisasi, yaitu faktor kepuasan satisfaction factors atau motivator dan faktor
bukan kepuasan dissatisfies sering disebut dengan pemeliharaan atau hygienic factors Siagian, 1995.
Faktor yang memengaruhi motivator adalah prestasi, pengakuan, pekerjaan itu sendiri, tanggung jawab, kemajuan, dan pengembangan potensi individu. Rangkaian
faktor motivator melukiskan hubungan seseorang dengan apa yang dikerjakannya yaitu kandungan kerjanya, prestasi pada tugasnya, penghargaan atas prestasi yang
dicapainya dan peningkatan dalam tugasnya. Faktor higiene adalah terdiri dari kebijakan dan administrasi perusahaan,
mutu pengendalian teknis supervisi, kondisi kerja, hubungan kerja, status kerja, keamanan kerja, kehidupan pribadi dan penggajian Handoko, 2001.
Universitas Sumatera Utara
Bidan desa dalam melakukan pelayanan kebidanan yang baik kepada ibu dipengaruhi oleh kepuasan dan tidak ada kepuasannya terhadap pekerjaannya.
Kepuasan terhadap pekerjaannya sejalan dengan menghadapi tantangan dalam melayani masyarakat sehingga bidan dapat memperoleh kesempatan untuk mencapai
hasil yang baik atau berprestasi, bidan menyenangi pekerjaannya, mempunyai tanggung jawab, diberikan kesempatan oleh pemerintah untuk mengembangkan
karirnya seperti promosi, pelatihan dan yang paling penting adalah bidan mendapat pengakuan dari pemerintah apabila melakukan pekerjaannya dengan baik. Pengakuan
atau penghargaan yang diberikan pemerintah bisa dilakukan dengan berbagai cara seperti surat penghargaan, hadiah berupa wang tunai, medali, kenaikan jabatan dan
lainnya. Ketidakpuasan bidan terhadap pekerjaannya biasanya menyangkut kondisi
kerjanya yang kurang mendukung misalnya fasilitas Pondok bersalin Desa Polindes yang tidak layak ditempati, alat-alat kesehatan yang diberikan tidak lengkap, selain
itu gajiinsentif yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan tugasnya dan memenuhi kebutuhan hidupnya, juga kekecewaan terhadap atasannya yang tidak bisa
bergaul dengannya dan tidak mampu membimbingnya dalam melakukan tugasnya. Faktor kepuasan dan ketidak puasan bidan dalam melakukan pekerjaannya
akan memengaruhinya dalam melakukan pelayanan ASI termasuk juga pelayanan ASI eksklusif kepada ibu.
Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amirudin 2008, di Kabupaten Aceh Barat yang mengatakan bahwa, ada hubungan bermakna antara
Universitas Sumatera Utara
prestasi, tanggungjawab, pengembangan, kondisi kerja, gaji dengan kinerja petugas konselor ASI eksklusif, dalam hal ini bidan desa termasuk petugas konselor ASI
eksklusif. Menurut Gibson 1997, motivasi atau dorongan kepada karyawan untuk
bersedia bekerja sama demi tercapainya tujuan bersama terdiri dari 2 macam yaitu: a Motivasi finansial yaitu dorongan yang dilakukan dengan memberikan imbalan
finansial kepada karyawan. Imbalan tersebut sering disebut insentif; dan b Motivasi non finansial yaitu dorongan yang diwujudkan tidak dalam bentuk finansial akan
tetapi berupa hal-hal seperti pujian, penghargaan, pendekatan manusiawi dan lain sebagainya.
Bidan adalah termasuk karyawan yang juga membutuhkan motivasi finansial termasuk gajiinsentif yang cukup dalam melakukan pelayanannya kepada
masyarakat dan juga motivasi non finansial seperti pujian dan penghargaan dari pemerintah. Bidan yang mampu meningkatkan cakupan ASI eksklusif membutuhkan
pengakuan dan penghargaan dari pemerintah tetapi pada kenyataannya mereka tidak diakui dan dihargai oleh pemerintah.
Hal ini sesuai dengan penelitian yg dilakukan oleh Sumantie, 2005 di rumah sakit wilayah Klaten dan Yogyakarta yang menyatakan bahwa, imbalan langsung
seperti variabel gajiinsentif dan imbalan tidak langsung seperti bentuk pelatihan, promosi atau pengembangan karir, secara individual berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja dan produktivitas kerja petugas.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kinerja Bidan dalam Pencapaian ASI Eksklusif
Gibson 1996, menyatakan kinerja adalah hasil yang diinginkan dari perilaku. Kinerja individu merupakan dasar dari kinerja organisasi. Perilaku bidan
desa dalam pelayanan ASI akan berpengaruh terhadap hasil kerja organisasi dalam pencapaian cakupan ASI eksklusif.
2.5. Landasan Teori