tersedianya tindakan untuk mengidentifikasi secara dini gejala terjadinya kegagalan komponen. Pada tahapan selanjutnya akan dilakukan pengolahan data
dan pemecahan masalah untuk memperbaiki sistem perawatan yang ada sekarang, sehingga produktivitas dapat ditingkatkan.
5.2.2. Reliability Centered Maintenance RCM
Dalam proses analisis dengan menggunakan RCM, terdapat langkah- langkah yang telah ditetapkan. Langkah-langkah tersebut adalah:
1. Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi 2. Pendefinisian Batasan Sistem
3. Penjelasan Sistem dan Blok Diagram Fungsi 4. Penjelasan Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi
5. Analisis Mode Kegagalan dan Efek Kegagalan FMEA 6. Analisis Cabang Logika LTA
7. Pemilihan Tindakan
5.2.2.1.Pemilihan Sistem dan Pengumpulan Informasi
Langkah pertama dalam proses RCM adalah pemilihan sistem dan pengumpulan informasi. Proses analisis RCM dilakukan pada level sistem, bukan
pada level komponen. Hal ini disebabkan analisis pada level komponen tidak memberikan informasi yang jelas terhadap kegagalan sistem. Sistem yang dipilih
pada penelitian ini adalah sistem produksi paku. Gambar 5.3. berikut ini adalah struktur pembagian sistem produksi paku pada PT. Intan Suar Kartika.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.2. Pembagian Sistem Produksi Paku
Sistem produksi paku pada PT. Intan Suar Kartika terdiri atas 5 subsistem yaitu subsistem pencucian wirerod, subsistem tarik kawat, subsistem pembuatan
paku, subsistem polish, dan subsistem packing. Perincian dari masing-masing subsistem akan diuraikan pada bagian penjelasan sistem.
5.2.2.2.Pendefinisian Batasan Sistem
Dalam proses RCM, definisi batasan sistem sangat penting karena dapat membedakan secara jelas antara sistem yang satu dengan yang lainnya agar dapat
membuat daftar komponen yang mendukung sistem tersebut. Hal ini dapat mencegah terjadinya tumpang tindih atau overlap.
Mesin dan peralatan utama yang digunakan dalam sistem produksi paku antara lain:
1. Blower 2. Drawing machine Mesin Tarik Kawat
3. Wire nail making machine Mesin Paku 4. Polish Machine
5. Conveyor
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.3.Penjelasan Sistem dan Blok Diagram Fungsi
Dalam tahap ini informasi yang harus dikembangkan yaitu penguraian sistem, blok diagram fungsi, dan System Work Breakdown Structure SWBS.
Suatu sistem dapat dideskripsikan dengan berdasarkan fungsi dari subsistemnya. Fungsi dari sistem produksi paku adalah untuk membuat paku
sesuai dengan ukuran yang diinginkan dari wirerod. Sedangkan fungsi subsistem yang mendukung jalannya fungsi utama adalah:
1. Pencucian Wirerod
Proses pencucian wirerod di PT. Intan Suar Kartika menggunakan alat berupa pickling acid Boxes,yaitu sederetan bak yang terdiri dari tiga buah bak
yang digunakan untuk membersihkan wirerod dari kotoran berupa karat, minyak dan debu. Masing-masing Bak-bak ini berisi larutan asam sulfat, air dan larutan
kapur tohor CaOH
2
. Bahan baku wirerod diangkut satu persatu dari bak yang satu ke bak
berikutnya dengan menggunakan alat material handling berupa hoist crane. Wirerod dalam bentuk gulungan besar dimasukkan ke dalam bak yang berisi asam
sulfat untuk dibersihkan dari karat dan kotoran lainnya. Wirerod direndam dalam larutan asam sulfat tersebut kurang lebih 1 menit. Setelah itu wirerod dimasukkan
ke dalam bak berikutnya yang berisi air untuk dicuci dan dibilas supaya bersih dari sisa asam yang masih melekat. Proses pencucian berlangsung selama 5 menit.
Setelah itu, dilanjutkan ke bak berikutnya yang berisi larutan kapur tohor dan dipasang pemanas gas untuk memanaskan campuran serta kipas pengaduk untuk
memutar larutan kapur agar tidak mengalami pengendapan. Panas yang dialirkan
Universitas Sumatera Utara
oleh pemanas gas berkisar 80
O
C selama 5 menit yang bertujuan untuk menetralisir wirerod agar tidak terjadi proses oksidasi logam yang dapat menyebabkan
pelapukan dan perkaratan pada wirerod. Kawat yang telah bebas dari karat dikeringkan dalam bak dryer dengan
jalan mengalirkan udara panas ke dalam bak dengan menggunakan 2 buah blower. Panas pengeringan sekitar 150
O
C selama 20 sampai 40 menit.
2. Proses Tarik Kawat
Setelah dari bak dryer, wirerod selanjutnya diangkut dengan lory ke stasiun tarik kawat drawing machine. Drawing machine adalah mesin khusus
untuk penarikan wirerod menjadi kawat dengan ukuran diameter tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Drawing machine dilengkapi dengan sejenis alat yang
disebut dengan dies box yang terdiri dari dua buah dies berbentuk cincin dengan ukuran diameter yang berbeda. Diameter tempat masuknya kawat lebih besar dari
diameter untuk keluar. Dengan adanya perbedaan diameter yang semakin kecil, akhirnya didapat kawat dengan ukuran yang dikehendaki.
Gulungan wirerod dimasukkan ke dalam keranjang besi dimana keranjang ini berada diatas piringan besi yang dapat berputar. Ujung wirerod dipasang pada
drawing machine dan dimulailah proses tarik kawat. Setiap melewati dies box diameter kawat akan berkurang secara bertahap. Misalnya untuk menghasilkan
kawat diameter 3,76 mm, maka wirerod diameter 5,5 mm akan berkurang secara bertahap pada dies kedua menjadi 5 mm, kemudian 4,27 mm, sampai akhirnya
menjadi 3,76 mm.
Universitas Sumatera Utara
Apabila dalam proses penarikan dijumpai kawat yang terputus atau terpisah, maka dapat dilakukan penyambungan dengan menggunakan welder
sejenis alat las listrik. Kualitas kawat yang mengalami penyambungan sama dengan kualitas kawat yang tidak disambung. Kawat yang dihasilkan setelah
melewati proses drawing machine disebut bahan setengah jadi. Dari proses tersebut, kawat dibawa ke tempat pembuatan paku.
3. Proses Pembuatan Paku
Pada proses pembuatan paku, paku akan dicetak atau dibentuk dengan mesin khusus pengubah kawat menjadi paku dengan ukuran tertentu. Mesin
pembuat paku ini bekerja secara otomatis dimana kawat yang masuk ke dalam mesin ini keluarnya sudah berupa paku.
Kawat gulungan yang berasal dari drawing machine dimasukkan dalam keranjang besi yang terletak diatas piringan besi yang dapat berputar. Piringan
besi tersebut kemudian dibawa ke stasiun pembuatan paku. Ujung kawat dari piringan besi tersebut dipasang pada working tools mesin yaitu wire feeding
rollers atau chucks atau penarik kawat untuk menarik kawat. Kawat ditarik masuk ke nail box yang membentuk leher paku kemudian die grip menjepit kawat,
sementara itu martil memukul kawat sehingga terbentuk kepala paku. Setelah itu cutter membentuk ujung runcing dari paku dan memotongnya. Kemudian paku
bergerak ke arah crank shaft dan connecting rod untuk dialirkan ke tempat keluaran pada mesin. Paku yang terbentuk ditampung dalam kotak aluminium
untuk dibawa ke stasiun kerja berikut untuk proses selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
Pada nails making machine atau mesin pembuat leher paku terdapat empat working tools yang sangat mempengaruhi mutu paku, yaitu feeding rollers
chucks, die grip, hammer dan cutter. Keempat working tools ini harus disusun sedemikian rupa sesuai dengan jenis paku yang akan dibuat agar sesuai dengan
spesifikasi yang diinginkan. Ukuran dari setiap working tools bervariasi sesuai dengan tipe mesin pembuat paku. Paku yang rusak berat dibawa ke tempat
penumpukan, sedangkan paku dengan kualitas yang baik dibawa ke mesin polish paku untuk mengilatkan paku.
4. Proses Polish
Proses polish berfungsi untuk mengilapkan paku yang telah selesai dikerjakan dimesin paku dan untuk menanggalkan sayap-sayap yang terdapat pada
ujung runcing paku. Proses ini menggunakan mesin polish yang terdiri dari tong polish persegi delapan, motor penggerak dan tutup jaring. Paku dimasukkan ke
dalam tong polish lalu dicampurkan dengan sekam padi. Dengan alat angkut hoist crane, tong polish yang telah ditutup rapat dipasangkan pada poros motor
penggerak dan diputar selama 30 menit. Setelah itu tutup tong polish ditukar dengan tutup jaring, fungsinya untuk mengeluarkan sekam padi sehingga yang
tertinggal hanya paku yang sudah bersih. Paku-paku yang telah selesai dipolish dikirim ke bagian pengepakan untuk
dikepak sesuai dengan berat dan ukurannya dan kemudian ditimbang dan dilanjutkan ke gudang produk jadi.
Universitas Sumatera Utara
5. Proses Packing
Setelah proses polish, paku diangkut dengan lori ke bagian pengepakan. Paku-paku tersebut kemudian dituang ke dalam sebuah bak khusus yang
selanjutnya sedikit demi sedikit jatuh ke atas mesin magnetik conveyor yang bergerak ke atas tempat timbangan berada. Pada saat terjadi penimbangan paku
sesuai dengan ukurannya, dari arah yang berlawanan conveyor membawa kotak- kotak kosong yang nantinya terisi setelah paku yang telah ditimbang di bagian
atas berjatuhan. Setelah kotak-kotak tadi terisi paku, conveyor membawanya ke timbangan
kedua. Pada timbangan kedua diperiksa oleh satu operator apakah telah sesuai dengan berat yang diinginkan, jika berlebih akan dikurangi dan jika kurang akan
ditambah. Selanjutnya kotak-kotak paku yang telah selesai pada penimbangan kedua diberikan band tape dan dilem listrik sehingga bersih dan kuat. Untuk
sementara kotak-kotak itu diletakkan diatas rak-rak papan yang selanjutnya diangkut ke gudang dengan menggunakan forklift.
Blok diagram fungsi dari sistem produksi paku dapat digambarkan seperti gambar 5.4 berikut ini
Gambar 5.4. Blok Diagram Fungsi Sistem Produksi Paku
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan penjabaran sistem ke dalam subsistem maka dapat dibentuk suatu System Work Breakdown Structure SWBS. Pada SWBS, akan
digambarkan komponen-komponen utama yang berhubungan dengan fungsi sistem. Gambar 5.5 berikut adalah struktur System Work Breakdown Structure
SWBS dari sistem produksi paku. System Work Breakdown Structure SWBS untuk setiap subsistem dari
sistem produksi paku dapat diuraikan masing-masing dalam bentuk tabel pada Tabel 5.3.
Tabel 5.3. SWBS Sistem Produksi Paku Kode
Mesin Kode
Part
A Blower
A.1 Electric Motor A.2 Kumparan
A.3 Kipas B
Drawing Machine B.1 Electric Motor
B.2 Lubrication System B.3 Bearing
B.4 Chuck B.5 Gear
B.6 Dies C
Nail Making Machine C.1 Electric Motor
C.2 Lubrication System C.3 Bearing
C.4 Chuck C.5 Gear
C.6 Die grip C.7 Hammer
C.8 Cutter D.
Polish Machine D.1 Electric Motor
D.2 Bantalan Polish D.3 Jaring polish
E Conveyor
E.1 Electric Motor E.2 Roller
E.3 Belt
Sumber: Bagian Perlengkapan Teknik PT. Intan Suar Kartika
Universitas Sumatera Utara
Gambar 5.5. System Work Breakdown System SWBS Sistem Produksi Paku
Universitas Sumatera Utara
5.2.2.4.Penjelasan Fungsi Sistem dan Kegagalan Fungsi
Berdasarkan SWBS untuk setiap subsistem dapat dikembangkan uraian fungsi dan kemungkinan kegagalan fungsi dari setiap subsistem-subsistem
produksi paku. Tabel 5.4. menunjukkan fungsi dan kegagalan fungsi subsistem pencucian wirerod, subsistem penarikan kawat, subsistem pembuatan paku,
subsistem polish, dan subsistem packing.
Tabel 5.4. Fungsi dan Kegagalan Fungsi Subsistem No.
Fungsi No. Kerusakan
Fungsi Uraian FungsiKegagalan Fungsi
1.1 Melakukan proses pencucian wirerod
1.1.1 Blower gagal mengalirkan panas
1.2 Menarik wirerod menjadi kawat dengan ukuran tertentu
1.2.1 Kawat tidak dapat ditarik
1.2.2 Kawat tidak mengalami perubahan ukuran
1.2.3 Putaran mesin tidak stabil
1.3 Membentuk paku dari kawat sesuai dengan spesifikasi
yang diberikan 1.3.1
Kawat tidak lurus 1.3.2
Kepala paku sompel 1.3.3
Ujung paku tidak terbentuk 1.4
Menanggalkan sisa sayap-sayap pada ujung runcing paku
1.4.1 Masih terdapat sisa sayap pada ujung runcing paku
1.5 Memasukkan paku-paku ke dalam kotak kemasan
sesuai dengan berat tertentu 1.5.1
Kotak-kotak kemasan tidak berjalan
Sumber: Bagian Perlengkapan Teknik PT. Intan Suar Kartika
Dari fungsi dan kegagalan fungsi sistem yang telah dibuat pada tabel 5.4 dapat dibuat matrix kegagalan fungsi. Matrix kegagalan fungsi sistem produksi
paku dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5.5. Matrix Kegagalan Fungsi Sistem Produksi Paku
Subsistem No. Kegagalan Fungsi
1.1.1 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.3.1 1.3.2 1.3.3 1.4.1 1.5.1