14
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Umum Syariah
1. Pengertian Bank Umum Syariah
Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut
tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.
1
Sedangkan bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.
2
Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdarkan fatwa yang dikelurakan
oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank syariah menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah
BUS, Unit Usaha Syariah UUS, dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah BPRS.
Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang
dibayarkan kepada nasabahnya tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian akad yang terdapat di perbankan syariah harus
tunduk kepada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariat Islam.
1
Bank Indonesia, “Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008”, diakses pada 11 Mei 2016 dari www.bi.go.id.
2
Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer, Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2008 h.75.
Bank syariah memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi dari pihak pemilik dana. Fungsi lainnya ialah
menyalurkan dana kepada pihak lain yang membutuhkan dana dalam bentuk jual beli maupun kerjasama usaha.
3
2. Sumber Hukum Bank Umum Syariah
Sumber hukum bank umum syariah diketahui dari beberapa sumber berikut :
a. Al Qur’an
Qs. Al- Baqarah ayat 275 :
275. orang-orang yang Makan mengambil riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran
tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli itu
sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan
dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan
urusannya terserah kepada Allah. orang yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di
dalamnya.
3
Ismail, Perbankan Syariah Jakarta : Kencana, 2011, h.32.
Qs. Al- Maidah ayat 1 :
1. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan
bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu
sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum- hukum menurut yang dikehendaki-Nya.
b. Hadits ى ن ل سر َّ ىَلص َّ هْيلع مَلس ْنع عْيب ةاصحْلا ْنع عْيب ررغْلا
“Rasulullah saw melarang jual beli yang berbentuk gharar.” HR. Muslim dan Abu Hurairah
c. Undang-Undang Negara Republik Indonesia
4
1 UU No. 72 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah menetapkan bahwa perbankan syariah di Indonesia menganut dual banking system.
2 UU No. 10 Tahun 1998 yang merupakan penyempurnaan dari UU di atas, yang peraturan pelaksanannya dituangkan dalam Surat Keputusan
Direktur Bank Indonesia dan dikuatkan dalam bentuk peraturan Bank Indonesia. Penggunaan istilah bank syariah sudah tegas disebutkan
“Bank Berdasarkan Prinsip Syariah” dan pada Pasal 1 butir 13 disebutkan berlakunya hukum Islam sebagai dasar transaksi di
perbankan syariah. 3 Teknik operasional produk dan transaksi syariah yang digunakan pada
bank syariah diatur oleh fatwa DSN MUI.
4
Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah ; Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia Jakarta : Penerbit Erlangga, 2010, h.21.