Pengaruh Pembiayaan Bagi Hasil, Pendapatan Islam, Investasi Islam, dan Rasio Zakat Terhadap Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah

(1)

PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL, PENDAPATAN ISLAM, INVESTASI ISLAM, DAN RASIO ZAKAT TERHADAP TINGKAT

KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.Sy)

RAMA PRIMANITA ARISTY NIM 1112046100126

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(2)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Syariah dan Hukum Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Gelar Sarjana Ekonomi (S.E.Sy)

Oleh :

RAMA PRIMANITA ARISTY NIM. 1112046100126

Di Bawah Bimbingan

RR. Tini Anggraeni, ST, M. Si

KONSENTRASI PERBANKAN SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA


(3)

(4)

(5)

v ABSTRAK

RAMA PRIMANITA ARISTY. NIM 1112046100126. PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL, PENDAPATAN ISLAM, INVESTASI ISLAM, DAN RASIO ZAKAT TERHADAP TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM SYARIAH. Skripsi, Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Konsenterasi Perbankan Syariah. Fakultas Syariah dan Hukum. Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 1437 H/2016 M.

Kepatuhan syariah yang merupakan salah satu unsur dalam penilaian mengenai tingkat kesehatan bank syariah yang memberikan kewajiban pada bank syariah untuk menjaga sekaligus meningkatkannya (UU No 21/2008). Pemeliharaan tingkat kesehatan bank syariah akan berbanding lurus dengan pemeliharaan kepercayaan masyarakat, sehingga bila bank syariah lalai dalam menjaga tingkat kesehatanannya, termasuk bila bank lalai menerapkan prinsip syariah, maka masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap bank tersebut. Maka dari itu dengan pesatnya perkembangan perbankan syariah yang harus tetap menjaga kepercayaan stakeholder tetapi juga harus mematuhi regulasi-regulasi syariah dari Bank Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh syariah

compliance terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah. Syariah compliance

diproksikan dengan variabel Pembiayaan Bagi Hasil (PBH), Pendapatan Islam (PI), Investasi Islam (IS) dan Rasio Zakat (RZ). Kesehatan keuangan menggunakan faktor kuantitatif dari penilaian tingkat kesehatan berdasarkan PBI No. 9/1/PBI/2007.

Data yang digunakan adalah data sekunder berupa laporan keuangan publikasi tahunan dari website masing-masing bank umum syariah dari tahun 2010 sampai tahun 2014. Metode yang digunakan dalam skripsi ini adalah Regresi Data Panel menggunakan program Eviews 8.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan bagi hasil, pendapatan Islam, dan investasi Islam berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan. Sedangkan rasio zakat tidak berpengaruh signifikan terhadap kesehatan keuangan. Secara simultan, syariah compliance berpengaruh signifikan terhadap tingkat kesehatan Bank Umum Syariah periode 2010-2014.

Kata Kunci : Pembiayaan Bagi Hasil, Pendapatan Islam, Investasi Islam, Rasio Zakat, Syariah Compliance, Kesehatan Keuangan..

Pembimbing : Rr. Tini Anggraeni, ST, M.Si Daftar Pustaka : 2001 s/d 2015


(6)

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT atas berkat, rahmat, dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesiakan penulisan skripsi ini. Skripsi ini adalah sebagai syarat kelulusan dalam jenjang strata 1 di Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Jakarta. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari kekurangan yang disebabkan keterbatasan yang penulis miliki. Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna sehingga penulis membutuhkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kemajuan pendidikan di masa yang akan datang.

Penyelesian penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang sangat membantu. Oleh karena itu, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, penulis sampaikan rasa terima kasih yang terdalam kepada :

1. Bapak Dr. Asep Saepudin Jahar, MA, selaku Dekan Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Bapak A.M Hasan Ali, MA dan Abdurrauf, Lc, MA sebagai Ketua dan Sekretaris Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam), Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak membantu selama perkuliahan sampai terselesaikannya skripsi ini.


(7)

vii

3. Ibu dosen pembimbing, Ir. Rr. Tini Anggraeni, ST. M.Si., yang bersedia memberikan waktu, bimbingan dan ilmu kepada saya sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

4. Pemimpin Perpustakaan, baik perpustakaan umum maupun perpustakaan fakultas yang telah memfasilitasi penulis dalam hal studi kepustakaan.

5. My beloved parents, Ismisari dan Maryono. I dedicate this thesis for them. They

are my best support system ever. Because of them, I always have courage and passion for have a better future and become a better person. Never ending thank

for your prayers, Bu, Pak.

6. Adik satu-satunya, Putri Berliana Aristy. Tetap semangat sekolahnya dan jadilah kebanggan keluarga.

7. Keluarga besar Kartodikromo who always support me to do the best. Such a blessing I have family like them.

8. My besties… Wulan, Yuli, Nia, Lia. Thank you for always cheer me up through

my ups and downs. Walaupun sudah mulai jarang bertemu tapi di manapun

kalian berada, semoga Allah selalu memeluk kalian semua dalam kebaikan. 9. Teman-teman seperjuangan di Perbankan Syariah 2012, especially PSC, terima

kasih untuk semua pembelajaran, kenangan, dan mohon maaf atas semua kesalahan. Terkhusus, Seta, Hanna, Wiwin, Farhah, Syarah, Henis, Fadhil, Acan, dan Mugni. Thank you for every experience, help, share, and hilarious moment. It’s a pleasure of mine to have and meet you all. Silaturahminya dijaga terus ya, ceu.


(8)

viii

10. Teman-teman KKN Shine, Mely, Indah, Ana, Ratu, Ayub, Dirga, Adit, Fadhel, Bari, Aan, Sibon, dan Kadut. Sebulan menjadi keluarga di Desa Cinagara, so many things we’ve been done together. Thank you for the good old days.

11.Last, another greatest gratitude goes to Rizki Ahmad, thankyou for always has

my back.

12.Pihak-pihak lain yang tidak dapat saya sebutkan satu-persatu namun tidak mengurangi rasa terimakasih saya.

Semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang bermanfaat bagi kepentingan masyarakat pada umumnya dan ekonomi syariah pada khususnya.

Ciputat, September 2016


(9)

ix DAFTAR ISI

COVER ... i

PEGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 9

C. Batasan dan Rumusan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 11

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Sistematika Penulisan ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

A. Bank Umum Syariah ... 14

1. Pengertian Bank Umum Syariah ... 14

2. Sumber Hukum Bank Umum Syariah ... 15

3. Tujuan Bank Umum Syariah ... 17

4. Produk-Produk Bank Umum Syariah ... 18

B. Syariah Compliance ... 20

C. Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah ... 30

1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah ... 30


(10)

x

D. Review Studi Terdahulu ... 39

E. Kerangka Pemikiran ... 43

F. Hipotesis ... 44

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

A. Ruang Lingkup Penelitian ... 46

B. Jenis dan Sumber Data ... 47

C. Teknik Pengumpulan Data ... 50

D. Variabel Penelitian ... 51

E. Metode Analisis Data ... 56

1. Uji Stasioner Data ... 56

2. Uji Asumsi Klasik ... 57

3. Regresi Data Panel ... 63

4. Pengujian Hipotesis ... 69

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 72

A. Analisis Deskriptif Statistik ... 72

B. Pergerakan Variabel Penelitian ... 73

C. Uji Stasioneritas ... 79

D. Uji Asumsi Klasik ... 80

E. Pemilihan Model Regresi Data Panel ... 85

F. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel ... 91

G. Persamaan Model Regresi ... 97

H. Pembahasan Hasil Penelitian ... 103

BAB V PENUTUP ... 108

A. Kesimpulan ... 108

B. Saran ... 109

DAFTAR PUSTAKA ... 111 LAMPIRAN


(11)

xi

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1.1 Tingkat Kepatuhan Bank Umum Syariah 3

terhadap Prinsip-Prinsip Syariah

Tabel 1.2 Perkembangan Jumlah dan Kantor Perbankan 4 Syariah Nasional Tahun 2010-2015

Tabel 1.3 Kesehatan Keuangan Bank Umum Syariah 5 Tahun 2007-2012

Tabel 2.1 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor 32 Permodalan

Tabel 2.2 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor 33 Kualitas Aset

Tabel 2.3 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor 34 Rentabilitas

Tabel 2.4 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor 35 Likuiditas

Tabel 2.5 Peringkat Faktor Kesehatan Bank 36

Tabel 2.6 Predikat Kesehatan Keuangan 36

Tabel 2.7 Matriks Skala Penilaian Faktor Keuangan 37 Tabel 2.8 Matriks Penentuan Nilai Kredit Faktor Keuangan 38 Tabel 2.9 Bobot Penilaian Faktor Keuangan 38

Tabel 2.10 Review Studi Terdahulu 39

Tabel 3.1 Populasi Bank Umum Syariah 48

Tabel 3.2 Karakteristik Pengambilan Sampel 49


(12)

xii

Tabel 3.4 Matriks Kriteria Penilaian Peringkat Rasio CAR 54 Tabel 3.5 Matriks Kriteria Penilaian Peringkat Rasio NPF 55 Tabel 3.6 Matriks Kriteria Penilaian Peringkat Rasio BOPO 56 Tabel 3.7 Matriks Kriteria Penilaian Peringkat Rasio STM 56

Tabel 4.1 Sampel Bank Umum Syariah 73

Tabel 4.2 Tingkat Stasioneritas ADF 80

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas 81

Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas 82

Tabel 4.5 Hasil Uji White 84

Tabel 4.6 Hasil Uji Breusch-Godfrey 85

Tabel 4.7 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan 86

Common Effect (PLS)

Tabel 4.8 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan 87 Fixed eEffect

Tabel 4.9 Hasil Uji Chow 88

Tabel 4.10 Hasil Regresi Data Panel Menggunakan 89 Random Effect

Tabel 4.11 Hasil Uji Hausman 91

Tabel 4.12 Hasil Uji T 92

Tabel 4.13 Hasil Uji F 95

Tabel 4.14 Tabel Koefisien Determinasi 96

Tabel 4.15 Model Regresi 97


(13)

xiii

DAFTAR GAMBAR

halaman Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 43 Gambar 4.1 Pergerakan Variabel Pembiayaan Bagi Hasil 74 Gambar 4.2 Pergerakan Variabel Pendapatan Islam 75 Gambar 4.3 Pergerakan Variabel Investasi Islam 76 Gambar 4.4 Pergerakan Variabel Rasio Zakat 77 Gambar 4.5 Pergerakan Variabel Kesehatan Keuangan 78


(14)

1

A. Latar Belakang Masalah

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariah Islam. Dengan kata lain, dalam menjalankan usahanya bank syariah menggunakan pola bagi hasil (profit loss sharing) yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan maupun dalam produk lainnya dan menghindari unsur bunga di dalamnya.1

Salah satu pilar penting dalam pengembangan bank syariah adalah syariah compliance. Pilar inilah yang menjadi pembeda utama antara lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional. Untuk menjamin teraplikasinya prinsip-prinsip syariah di lembaga perbankan dan keuangan syariah, diperlukan pengawasan syariah yang diperankan oleh Dewan Pengawas Syariah (DPS). Pemerintah telah mengeluarkan dua Undang-Undang yang memposisikan Dewan Pengawas Syariah secara strategis untuk memastikan kepatuhan akan prinsip-prinsip syariah di lembaga perbankan dan keuangan syariah. Kedua Undang-Undang tersebut ialah UU

1


(15)

2

No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas dan UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Sebagai Undang-Undang yang khusus mengatur perbankan syariah, dalam UU No. 21 Tahun 2008 diatur mengenai masalah kepatuhan syariah (syariah compliance) yang kewenangannya berada pada Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang direpresentasikan melalui Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus dibentuk pada masing-masing Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Untuk menindaklanjuti implementasi fatwa yang dikeluarkan MUI ke dalam Peraturan Bank Indonesia, di dalam internal Bank Indonesia dibentuk komite perbankan syariah, yang keanggotaannya terdiri atas perwakilan dari Bank Indonesia, Departemen Agama, dan unsur masyarakat yang komposisinya berimbang.

Kepatuhan syariah itu dituangkan dalam Fatwa DSN MUI yang implementasinya dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia antara lain PBI No.10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah. Kemudian Surat Edaran Bank Indonesia No.10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

Penilaian kepatuhan bank syariah di Indonesia salah satunya dapat diukur dari Laporan Tahunan Dewan Pengawas Syariah (DPS). Analisis laporan tahunan ini dibuat oleh Irawan Febianto (2011).2 Sebagai

2 Irawan Febianto, “Analisis Laporan Tahunan Dewan Pengawas Syariah (DPS) Pada


(16)

pendahuluan, Irawan memaparkan poin-poin yang mesti dipahami terkait konten yang menjadi titik evaluasi DPS. Dalam makalah, Irawan membuat tabel perbandingan yang merinci poin-poin yang memenuhi standar atau tidak terhadap tiap bank. Kemudian berdasarkan kelengkapannya, dikonversi dalam presentase kelengkapan standar. Hasilnya terlihat di Tabel 1.1

Tabel 1.1

Tingkat Kepatuhan Bank Umum Syariah terhadap Prinsip-Prinsip Syariah

Bank Umum Syariah

Tingkat Kesesuain

dengan Prinsip Syariah

Bank Umum Syariah

Tingkat Kesesuain

dengan Prinsip Syariah Bank Muamalat Indonesia 45,45 % BNI Syariah 36,36 % Bank Syariah Mandiri 81,82 % BJB Syariah 45,45 % Bank Mega Syariah 45,45 % Bank Syariah Bukopin 54,55%

BRI Syariah 72,73 % Panin Bank Syariah 54,55 %

BCA Syariah 36,36 % Bank Victoria Syariah 72,73 % Sumber : Irawan (2011)

Berdasarkan angka di atas, terlihat belum ada bank syariah yang mencapai tingkat kesesuaian 100%, hal itu mengindikasikan pelaksanaan kepatuhan syariah oleh perbankan syariah memang masih harus terus

Syariah (FRPS) Bank Indonesia, Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Islam (PSEBI) FEB Universitas Padjajaran, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), & Ikatan Ahli Ekonomi Islam (IAEI), Bandung, 15-16 Desember 2011.


(17)

4

ditingkatkan. Apalagi industri perbankan syariah baru memasuki fase tumbuh dan kembang.

Perkembangan jumlah Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) selama periode tahun 2010 sampai dengan 2015 mengalami perubahan, jumlah jaringan kantor pun meningkat. Dengan jumlah BUS sebanyak 12 bank dan UUS sebanyak 22 bank, pelayanan bank syariah menjadi semakin luas dengan bertambahnya jumlah kantor perbankan syariah.

Tabel 1.2

Perkembangan Jumlah dan Kantor Perbankan Syariah Nasional Tahun 2010-2015

Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015

Di samping perkembangan di atas, perkembangan bank umum syariah harusnya juga diikuti dengan peningkatan tingkat kesehatan. Kesehatan suatu bank merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik pemilik, pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank dan Bank Indonesia (BI) selaku otoritas pengawasan bank. Kesehatan bank adalah kemampuan suatu

Jumlah Perbankan Syariah

Tahun

2010 2011 2012 2013 2014 2015

Bank Umum Syariah 11 11 11 11 12 12

Jumlah Kantor 1401 1401 1745 1998 2163 1990 Unit Usaha Syariah 24 24 24 23 22 22

Jumlah Kantor 336 336 517 590 320 311 Bank Pembiayaan

Rakyat Syariah

155 155 158 163 163 163 Jumlah Kantor 364 364 401 402 437 446 Total Kantor 2101 2101 2663 2990 3107 2944


(18)

bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku.3 Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tentang sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum berdasarkan prinsip syariah dan penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah yang syarat risiko yaitu Peraturan Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011. Kesehatan keuangan bank umum syariah dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3

Tabel Kesehatan Keuangan Bank Umum Syariah Tahun 2007-2012

No. Bank Umum

Syariah

2007 2008 2009 2010 2011 2012 1. Bank Muamalat

Indonesia

77 86 74 86 83 80

2. Bank Syariah Mandiri

57 63 83 80 80 86

3. Bank Syariah Mega 91 79 74 65 71 65

4. Bank Rakyat Indonesia Syariah

- - 83 65 68 68

5. Bank Syariah Bukopin

- - 86 74 88 74

6. Bank Panin Syariah - - - 85 91 88

7. Bank Central Asia Syariah

- - - 76 85 76

8. Bank Jabar Banten Syariah

- - - 91 97 94

9. Bank Negara Indonesia Syariah

- - - 80 74 83

10. Bank Victoria Syariah

- - - 91 71 77

11. Maybank Syariah - - - - 62 68

Rata-Rata 78.49

Sumber: Dinastian Hari Pramanto (2014)

3


(19)

6

Dari Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa bank umum syariah mempunyai rata-rata tingkat kesehatan keuangan selama periode 2007 – 2012 sebesar 78.49 yang berarti kondisi BUS memiliki kategori cukup sehat. BUS yang menjadi sampel selama periode 2007 – 2012 selalu mengalami nilai kesehatan keuangan yang fluktuatif berturut-turut setiap periodenya. Nilai tingkat kesehatan keuangan BUS yang berada pada rata-rata tingkat kesehatan keuangan 78.49 menunjukan bahwa BUS sudah mendekati nilai kesehatan keuangan optimal meskipun belum mencapai nilai kesehatan keuangan optimal yaitu 100.

Hal ini yang menjadi permasalahan pada perbankan syariah, dimana kinerja bank syariah dari tahun 2007 – 2012 belum mengalami kesehatan keuangan optimal, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor – faktor apa saja yang dapat mempengaruhi tingkat kesehatan keuangan bank dan juga rekomendasi yang tepat agar bank syariah dapat mencapai kesehatan keuangan yang optimal.

Berdasarkan kasus di atas, menurut Falikhatun (2012) faktor yang mempengaruhi kesehatan finansial yaitu rasio investasi Islam, rasio pendapatan Islam, rasio pembiayaan bagi hasil dan rasio kesejahteraan direksi-karyawan. Menurut Hameed et.al (2004) faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keuangan terdiri dari tiga faktor yaitu indikator kepatuhan syariah (syariah compliance), indikator tata kelola perusahaan


(20)

(corporate governance) dan indikator sosial (social/environment). Menurut Dinastian Hari Pramanto (2014) melakukan studi tentang pengaruh kepatuhan prinsip-prinsip syariah terhadap kesehatan finansial entitas perbankan di Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepatuhan prinsip-prinsip syariah berpengaruh terhadap kesehatan finansial entitas perbankan.

Beberapa faktor yang dijelaskan di atas maka penelitian ini mengambil faktor kepatuhan syariah.Kepatuhan syariah (syariah compliance) merupakan manifestasi pemenuhan seluruh prinsip syariah dalam lembaga yang memiliki wujud karakteristik, integritas dan kredibilitas di bank syariah. Di mana budaya kepatuhan tersebut adalah nilai, perilaku dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan bank syariah terhadap seluruh ketentuan Bank Indonesia.4 Syariah compliance digunakan sebagai variabel pada penelitian ini karena para nasabah meragukan akan konsistensi penerapan prinsip syariah maka para pengelola bank umum syariah harus benar-benar menerapkan prinsip-prinsip syariah yang dikeluarkan Bank Indonesia tanpa adanya keresahan terhadap resiko kelangsungan usaha dan kesehatan keuangannya.

Pada penelitian ini penulis mencoba mengembangkan penelitian yang dilakukan oleh Falikhatun dan Assegaf (2012) dan Dinastian Hari Pramanto (2014). Dari kedua penelitian itu terjadi perbedaan hasil yaitu pada

4

Bank Indonesia, Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 Tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum, Tanggal 12 Januari 2011.


(21)

8

pembiayaan bagi hasil yang pada penelitian Falikhatun dan Assegaf berpengaruh tidak signifikan dan pada penelitian Dinastian Hari Pramanto berpengaruh signifikan. Perbedaan dengan penelitian-penelitian tersebut, penulis membatasi dengan menggunakan penilaian kuantitatif yaitu rasio investasi Islam, rasio pendapatan Islam, rasio pembiayaan bagi hasil. Penulis juga menambahkan rasio zakat pada penelitian ini. Sedangkan, variabel dependen dalam hal ini kesehatan keuangan perbankan menggunakan faktor-faktor kualitas aset yang diwakili oleh Non Performing (NPF), likuiditas yang diwakili oleh Short Term Mismatch (STM), dan rentabilitas yang diwakili oleh Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO). Penulis juga menambahkan faktor permodalan yaitu Captial Adequacy Ratio (CAR). Penelitian ini juga menambahkan sampel seluruh bank umum syariah di Indonesia yang menerbitkan Laporan Keuangan periode 2010 sampai 2014.

Pada penelitian terdahulu lebih banyak menitikberatkan pada satu hal saja yaitu implementasi prinsip syariah dan penelitian terkait kinerja keuangan. Tidak banyak yang memadukan keduanya seperti yang dilakukan pada penelitian ini. Kepatuhan syariah yang merupakan salah satu unsur dalam penilaian mengenai tingkat kesehatan bank syariah yang memberikan kewajiban pada bank syariah untuk menjaga sekaligus meningkatkannya (UU No 21/2008). Pemeliharaan tingkat kesehatan bank syariah akan berbanding lurus dengan pemeliharaan kepercayaan masyarakat, sehingga bila bank


(22)

syariah lalai dalam menjaga tingkat kesehatanannya, termasuk bila bank lalai menerapkan prinsip syariah, maka masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap bank tersebut. Maka dari itu dengan pesatnya perkembangan perbankan syariah yang harus tetap menjaga kepercayaan stakeholder tetapi juga harus mematuhi regulasi-regulasi syariah dari Bank Indonesia memotivasi penulis untuk meneliti sejauh mana pengaruh penerapan prinsip syariah terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah di Indonesia maka penulis akan melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL, PENDAPATAN ISLAM, INVESTASI ISLAM, DAN RASIO ZAKAT TERHADAP TINGKAT KESEHATAN

BANK UMUM SYARIAH”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

a. Apakah Bank Indonesia / Otoritas Jasa Keuangan sudah menetapkan metode untuk mengukur syariah compliance secara kuantitatif?

b. Apakah kesehatan perbankan bisa diketahui tanpa menyertakan faktorr manajemennya?

c. Bagaimana kesehatan bank umum syariah bila diukur menggunakan ketentuan PBI No.9/1/PBI/2007?


(23)

10

d. Bagaimana kepatuhan bank umum syariah bila diukur menggunakan rasio

syariah compliance?

C. Batasan dan Rumusan Masalah a. Batasan Masalah

1. Objek penelitian dibatasi pada 11 Bank Umum Syariah dan tidak termasuk Unit Usaha Syariah.

2. Informasi yang digunakan untuk mengukur syariah compliance dan kesehatan keuangan adalah berdasar Laporan Publikasi Keuangan Bank selama periode 2010-2014. Data yang diambil adalah laporan tahunan masing-masing bank yang dipublikasikan di website masing-masing bank.

3. Ukuran syariah compliance dibatasi pada rasio investasi Islam, rasio pendapatan Islam, rasio pembiayaan bagi hasil, dan rasio zakat.

4. Ukuran kesehatan keuangan dibatasi pada variabel yang dapat diukur secara kuantitatif yaitu Captial Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing (mewakili rasio kualitas aset), Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (mewakili rasio rentabilitas), dan Short Term Mismatch (mewakili rasio likuiditas). b. Rumusan Masalah


(24)

1. Apakah variabel pembiayaan bagi hasil, pendapatan Islam, investasi Islam dan rasio zakat berpengaruh secara parsial terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah?

2. Apakah variabel pembiayaan bagi hasil, pendapatan Islam, investasi Islam dan rasio zakat berpengaruh secara simultan terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah?

3. Variabel mana yang paling berpengaruh terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh masing – masing variabel pembiayaan bagi hasil, pendapatan Islam, investasi Islam dan rasio zakat terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.

2. Untuk mengetahui pengaruh secara simultan variabel pembiayaan bagi hasil, pendapatan Islam, investasi Islam dan rasio zakat terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.

3. Untuk mengetahui variabel yang paling berpengaruh terhadap kesehatan keuangan bank umum syariah.

E. Manfaat Penelitian


(25)

12

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat berupa tambahan kepustakaan atau referensi empiris bagi peneliti selanjutnya sebagai khazanah ilmu pengetahuan mengenai pengaruh syariah compliance terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.

b. Manfaat bagi institusi perbankan

Memberikan kontribusi kepada Bank Indonesia sebagai otoritas tertinggi dalam mengatur, mengawasi, dan menilai tingkat kesehatan bank. Serta bagi institusi perbankan untuk dapat mengingkatkan tingkat kesehatan bank dan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah.

c. Manfaat bagi masyarakat dan investor

Memberikan informasi dan masukan bagi para investor saat ini, investor potensial serta pembuat keputusan investasi lainnya dalam membuat keputusan berinvestasi, dengan mengetahui kinerja perbankan dari kepatuhan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip syariah dan analisis rasio-rasio keuangan perbankan.

F. Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan

Bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitain, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(26)

Bab ini berisi landasan teori penunjang penelitian seperti konsep bank syariah, konsep syariah compliance, dan tingkat kesehatan bank syariah.

BAB III Metode Penelitian

Bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan meliputi definisi konsep dan operasionalisasi variabel, jenis data dan skala pengukurannya, model penelitian, teknik sampling, teknik pengumpulan data, teknik analisis dan uji hipotesis.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab ini merupakan inti dari penelitian berisi tentang gambaran objek penelitian, hasil analisis data dan pembahasan. Pada bab ini data-data yang telah dikumpulkan, dianalisis dengan dengan alat analisis yang telah disiapkan.

BAB V Penutup

Bab ini berisi uraian kesimpulan dan saran. Bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka dan lampiran.


(27)

14

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Bank Umum Syariah

1. Pengertian Bank Umum Syariah

Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008 menyatakan bahwa perbankan syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank syariah dan unit usaha syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.1 Sedangkan bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang operasionalnya berdasarkan prinsip-prinsip syariah.2 Prinsip-prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdarkan fatwa yang dikelurakan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah. Bank syariah menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

Bank syariah memberikan layanan bebas bunga kepada para nasabahnya. Imbalan yang diterima oleh bank syariah maupun yang dibayarkan kepada nasabahnya tergantung dari akad dan perjanjian antara nasabah dan bank. Perjanjian (akad) yang terdapat di perbankan syariah harus tunduk kepada syarat dan rukun akad sebagaimana diatur dalam syariat Islam.

1 Bank Indonesia, “Undang-Undang Perbankan Syariah Nomor 21 Tahun 2008”, diakses pada 11 Mei 2016 dari www.bi.go.id.

2

Muhammad Sholahuddin dan Lukman Hakim, Lembaga Ekonomi dan Keuangan Syariah Kontemporer, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, 2008) h.75.


(28)

Bank syariah memiliki fungsi menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk titipan dan investasi dari pihak pemilik dana. Fungsi lainnya ialah menyalurkan dana kepada pihak lain yang membutuhkan dana dalam bentuk jual beli maupun kerjasama usaha.3

2. Sumber Hukum Bank Umum Syariah

Sumber hukum bank umum syariah diketahui dari beberapa sumber berikut :

a. Al Qur’an

 Qs. Al- Baqarah ayat 275 :

                                                                                    

275. orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.

3


(29)

16

 Qs. Al- Maidah ayat 1 :

                                           

1. Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. Dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. (yang demikian itu) dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.

b. Hadits

ى ن ل سر َّىَلص َّ هْيلع مَلس ْنع عْيب ةاصحْلا ْنع عْيب ررغْلا

“Rasulullah saw melarang jual beli yang berbentuk gharar.” (HR. Muslim

dan Abu Hurairah)

c. Undang-Undang Negara Republik Indonesia4

1) UU No. 72 Tahun 1992 tentang Perbankan Syariah menetapkan bahwa perbankan syariah di Indonesia menganut dual banking system.

2) UU No. 10 Tahun 1998 yang merupakan penyempurnaan dari UU di atas, yang peraturan pelaksanannya dituangkan dalam Surat Keputusan Direktur Bank Indonesia dan dikuatkan dalam bentuk peraturan Bank Indonesia. Penggunaan istilah bank syariah sudah tegas disebutkan

“Bank Berdasarkan Prinsip Syariah” dan pada Pasal 1 butir 13 disebutkan berlakunya hukum Islam sebagai dasar transaksi di perbankan syariah.

3) Teknik operasional produk dan transaksi syariah yang digunakan pada bank syariah diatur oleh fatwa DSN MUI.

4

Amir Machmud dan Rukmana, Bank Syariah ; Teori, Kebijakan, dan Studi Empiris di Indonesia (Jakarta : Penerbit Erlangga, 2010), h.21.


(30)

4) Eksistensi bank syariah diperkuat dengan adanya UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia yang memungkinkan kebijakan moneter berdasarkan prinsip syariah.

5) UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Bank syariah memiliki sistem operasional yang berbeda dengan bank konvensional.

3. Tujuan Bank Umum Syariah

Secara umum, tujuan berdirinya bank umum syariah adalah dapat memberikan sumbangan terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat melalui pembiayaan-pembiayaan yang dikeluarkan oleh bank syariah.

Adapun secara khusus tujuan bank syariah, diantaranya5 :

a. Menjadi perekat nasionalisme baru, artinya bank syariah dapat menjadi fasilitator aktif bagi terbentuknya jaringan usaha ekonomi kerakyatan. b. Memberdayakan ekonomi masyarakat dan beroperasi secara transparan,

artinya pengelolaan bank syariah harus didasarkan pada visi ekonomi kerakyatan dan upaya ini terwujud apabila ada mekanisme operasi yang transparan.

c. Memberikan return yang lebih baik, artinya investasi bank syariah tidak memberikan janji yang pasti mengenai return yang diberikan kepada investor karena tergantung besarnya return. Apabila keuntungan lebih besar, investor akan ikut menikmatinya dalam jumlah yang lebih besar.

5

Muhammad, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi (Yogyakarta : UII Press, 2005), h.60.


(31)

18

d. Mendorong penurunan spekulasi di pasar keuangan, artinya bank syariah lebih mengarahkan dananya untuk transaksi produktif.

e. Mendorong pemerataan pendapatan, artinya salah satu transaksi yang membedakan bank syariah dengan bank konvensional adalah pengumpulan dana Zakat, Infak dan sedekah (ZIS). Peranan ZIS sendiri diantaranya untuk memeratakan pendapatan masyarakat.

f. Meningkatkan efisiensi mobilisasi dana.

g. Uswah hasanah sebagai implementasi moral dalam penyelenggaraan

usaha bank.

4. Produk-Produk Bank Umum Syariah

Secara garis besar, pengembangan produk-produk bank syariah dikelompokkann menjadi tiga yaitu :

a. Produk Penghimpunan Dana

Prinsip-prinsip yang digunakan dalam produk ini meliputi prinsip

wadiah dan mudharabah :

1) Prinsip Wadiah

Al-wadiah terbagi menjadi dua macam yaitu al-wadiah yad

adh-Dhamanah dan al-wadiah yad al-Amanah. Al-wadiah yad al-Amanah

yaitu pihak yang menerima titipan tidak boleh menggunakan dan memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan, tetapi harus benar-benar menjaga sesuai kelaziman. Pihak penerima titipan dapat membebankan biaya kepada penitip sebagai biaya penitipan. Sedangkan al-wadiah yad


(32)

memanfaatkan uang atau barang yang dititipkan. Tentunya pihak bank dalam hal ini mendapatkan bagi hasil dari pengguna dana. Bank dapat memberikan insentif kepada penitip dalam bentuk bonus.6

2) Prinsip Mudharabah

Akad lain yang digunakan adalah prinsip investasi yaitu akad

mudharabah. Tujuan dari akad mudharabah adalah kerjasama antara

pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana (mudharib), dalam hal ini bank. Secara garis besar, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yaitu prinsip mudharabah dibagi menjadi dua jenis, yaitu : mudharabah

mutlaqah dan mudharabah muqayyadah.

b. Produk Penyaluran Dana

Produk penyaluran dana di bank syariah dapat dikembangkan dengan tiga model, yaitu :

1) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk memiliki barang dilakukan dengan prinsip bagi hasil.

2) Transaksi pembiayaan yang ditujukan untuk mendapatkan jasa dilakukan dengan prinsip sewa.

3) Transaksi pembiayaan sebagai usaha kerjasama yang ditujukan untuk mendapatkan barang dan jasa dengan prinsip bagi hasil.

Adapun prinsip-prinsip yang digunakan produk-produk bank syariah dalam pola penyaluran dana, antara lain :

6 Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Jakarta : Gema Insani, 2001), h. 89.


(33)

20

1) Prinsip jual beli (tijaroh) : prinsip jual beli dikembangkan menjadi tiga bentuk prinsip pembiayaan, yaitu : pembiayaan murabahah,

salam, dan istishna.

2) Prinsip sewa (ijarah) : dua kaidah penting dalam prinsip ini, yaitu

al-Ijarah dan al-ijarah muntahiya bit-thamlik.

3) Prinsip bagi hasil (syirkah) : prinsip ini meliputi beberapa jenis prinsip, yaitu : musyarakah dan mudharabah.

4) Akad pelengkap : akad pelengkap dikembangkan sebagai akad pelayanan jasa. Akad ini dilakukan dengan beberapa prinsip transaksi, yaitu : wakalah, kafalah, hiwalah (alih utang-piutang), rahn (gadai),

qardh (pinjaman kebaikan)

B. Syariah Compliance

Tuntutan pemenuhan prinsip syariah (syariah compliance), bila dirujuk pada sejarah perkembangan bank syariah, alasan pokok dari keberadaan perbankan syariah adalah munculnya kesadaran masyarakat muslim yang ingin menjalankan seluruh aktivitas keuangannya berdasarkan Al- Quran dan Sunnah. Oleh karena itulah jaminan mengenai pemenuhan terhadap syariah

(syariah compliance) dari seluruh aktivitas pengelolaan dana nasabah oleh

bank syariah merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan usaha bank syariah. Pemenuhan terhadap nilai-nilai syariah menjadi aspek yang membedakan sistem konvensional dan syariah.

Kepatuhan syariah (syariah compliance) merupakan manifestasi pemenuhan seluruh prinsip syariah dalam lembaga yang memiliki wujud


(34)

karakteristik, integritas dan kredibilitas di bank syariah. Dimana budaya kepatuhan tersebut adalah nilai, perilaku dan tindakan yang mendukung terciptanya kepatuhan bank syariah terhadap seluruh ketentuan Bank Indonesia.7

Secara umum kepatuhan syariah itu dituangkan dalam Fatwa DSN MUI yang implementasinya dituangkan dalam Peraturan Bank Indonesia/PBI.Adapun keberadaan perbankan syariah terikat dengan PBI tersebut. Secara garis besar hal itu tertuang dalam peraturan berikut:

1. PBI No. 9/19/PBI/2008 tanggal 17 Desember 2007 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah

2. Peraturan Bank Indonesia Nomor 10/32/PBI/2008 tentang Komite Perbankan Syariah.

3. Surat Edaran No. 10/14/DPbS tanggal 17 Maret 2008 tentang Pelaksanaan Prinsip Syariah dalam Kegiatan Penghimpunan Dana dan Penyaluran Dana serta Pelayanan Jasa Bank Syariah.

4. Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum.

Pengelolaan bank syariah tidak bisa terlepas dari pemenuhan prinsip-prinsip syariah, terutama dalam pelaksanaan fungsi intermediasi, operasional pengumpulan dan penyaluran dana masyarakat tidak boleh tanpa menerapkan

7

Bank Indonesia, “Peraturan Bank Indonesia Nomor 13/2/PBI/2011 Tentang Pelaksanaan Fungsi Kepatuhan Bank Umum”, diakses pada 12 Mei 2016 dari www.bi.go.id.


(35)

22

prinsip-prinsip syariah. Ketidakpatuhan terhadap prinsip syariah dapat berdampak negatif pada kondisi bank syariah itu sendiri karena berpotensi untuk menciptakan kegagalan bank atau insolvency yang dapat berakibat pada terganggunya sistem keuangan negara.8 Selain itu, kepatuhan syariah juga merupakan salah satu unsur dalam penilaian mengenai tingkat kesehatan bank syariah yang memberikan kewajiban pada bank syariah untuk menjaga sekaligus meningkatkannya (UU No 21/2008).

Pemeliharaan tingkat kesehatan bank syariah akan berbanding lurus dengan pemeliharaan kepercayaan masyarakat, sehingga bila bank syariah lalai dalam menjaga tingkat kesehatanannya, termasuk bila bank lalai menerapkan prinsip syariah, maka masyarakat akan kehilangan kepercayaan terhadap bank tersebut. Dari sudut pandang masyarakat, khususnya pengguna jasa bank syariah, kepatuhan syariah merupakan inti dari integritas dan kredibilitas bank syariah. Eksistensi intitusi keuangan syariah khususnya bank syariah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Islam akan pelaksanaan ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah) termasuk dalam kegiatan penyaluran dana melalui bank syariah. Kepercayaan dan keyakinan masyarakat pada bank syariah didasarkan dan dipertahankan melalui pelaksanaan prinsip hukum Islam yang diadaptasi dalam aturan operasional institusi tersebut. Tanpa adanya kepatuhan terhadap prinsip syariah, masyarakat akan kehilangan keistimewaan yang mereka cari sehingga akan

8

Aan Zainul Anwar dan Mohammad Yunies Edward, “Analisis Syariah Compliance Pembiayaan Murabahah Pada Gabungan Koperasi BMT Mitra Se-Kabupaten Jepara”, The Third Univesity Research Colloqiuium, Th. 2016, h.259.


(36)

berpengaruh pada keputusan mereka untuk memilih ataupun terus melanjutkan pemanfaatan jasa yang diberikan oleh bank syariah. Ketidakpatuhan terhadap prinsip syariah akan berdampak negatif citra bank syariah dan berpotensi untuk ditinggalkan oleh nasabah potensial ataupun nasabah yang telah menggunakan jasa bank syariah sebelumnya.

Dari penjelasan di atas, indikator syariah compliance yang akan digunakan yaitu pembiayaan bagi hasil, pendapatan Islam, investasi Islam, dan rasio zakat.

1. Pembiayaan Bagi Hasil

Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil yang sering dibahas dalam literatur fiqh dan umumnya disalurkan perbankan syariah terdiri dari dua jenis, yaitu pembiayaan mudharabah dan musyarakah.9 Mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara pemilik dana (shahibul maal) dan pengelola dana

(mudharib) untuk melakukan kegiatan usaha, dengan pembagian laba atas

dasar nisbah bagi hasil menurut kesepakatan kedua belah pihak, sedangkan bila terjadi kerugian akan ditanggung oleh pemilik dana, kecuali jika disebabkan oleh misconduct, negligence atau violation oleh pengelola dana. Sementara itu, musyarakah adalah akad kerja sama diantara pemilik modal untuk mencampurkan modal mereka dengan pembagian keuntungan

9

IrawanFebianto, and Rahmatina A. Kasri. 2007. Why Do Islamic Banks Tend to Avoid Profit and Loss Sharing Arrangements?. Proceeding of the 2nd Islamic Conference 2007 (iECONS2007) organized by Faculty of Economics and Muamalat , Islamic Science University of Malaysia.h.2.


(37)

24

berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya, sedangkan kerugian ditanggung semua pemilik modal berdasarkan porsi modal masing-masing.10

Pada umumnya, pembiayaan bagi hasil belum dapat mendominasi pembiayaan yang diberikan bank syariah secara keseluruhan. Hanya negara tertentu saja yang sudah mampu menempatkan pembiayaan bagi hasil tersebut pada porsi tertinggi dari total pembiayaan keseluruhan. Sebagai contoh negara Sudan yang dinilai telah memiliki sistem perbankan syariah yang mapan sehingga mampu membuat batasan tentang maksimum porsi pembiayaan murabahah yang disalurkan yaitu hanya 30%, dan menentukan porsi yang lebih besar untuk pembiayaan bagi hasil11 Masalah masih rendahnya porsi pembiayaan bagi hasil atau dominasi pembiayaan nonbagi hasil terutama murabahah pada portofolio pembiayaan bank syariah ternyata merupakan fenomena global, tidak terkecuali di Indonesia. Fenomena ini disebabkan karena pembiayaan berbasis bagi hasil cenderung memiliki risiko lebih besar jika dibandingkan dengan pembiayaan lainnya. Walaupun prinsip bagi hasil menjadi ciri khas bank syariah, namun risiko yang dihadapi cukup besar yaitu

10

Nurhayati, S, dan Wasilah. Akuntansi Syariah di Indonesia (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h.134.

11


(38)

risiko terjadinya moral hazard dan biaya transaksi tinggi, sebagaimana dikemukakan oleh Sadr dan Iqbal (2002) dalam Muda dan Ismail (2010)12

Rasio pembiayaan bagi hasil digunakan untuk mengukur besarnya fungsi intermediasi bank syariah melalui penyaluran dana dengan akad profit

sharing. Menurut Hameed et al., (2004) karena sasaran utama dari bank

syariah adalah profit sharing, maka sangat penting untuk mengidentifikasi sejauh mana bank syariah telah mencapai sasaran ini. Sedangkan menurut Samad dan Hasan (2000) semakin tinggi rasio pembiayaan ini menunjukkan komitmen kepada pembangunan komunitas yang lebih tinggi. Nilai rasio ini dihitung dengan membagi jumlah pembiayaan mudharabah dan musyarakah dengan total pembiayaan. Total pembiayaan mencakup transaksi bagi hasil, sewa-menyewa, jual beli, pinjam-meminjam, dan multijasa. Dengan demikian secara umum semakin besar hasil rasio ini maka kontribusi bank syariah untuk pengembangan sektor usaha dan pembangunan ekonomi umat semakin besar.13

2. Pendapatan Islam

Pendapatan bank syariah diperoleh dari produk-produk yang ada di bank syariah. Menurut PSAK No.59 tentang Akuntansi Perbankan Syariah, sumber pendapatan bank syariah adalah pendapatan operasional utama dan pendapatan operasional lainnya. Pendapatan operasional utama terdiri dari

12

Ruhaini Muda and Abdul Ghafar Ismail. 2010. Profit-Loss Sharing and Value Creation in Islamic Banks. Journal of Business and Policy Research Volume 5. Number 2. December 2010.

13

Sinta Yuliani, “Analisis Pengaruh Kinerja Kuangan Terhadap Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia Tahun 2006-2010,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Depok, 2012), h. 33.


(39)

26

pendapatan jual beli (pendapatan marjin murabahah, pendapatan bersih salam paralel, dan pendapatan bersih istishna paralel0, pendapatan dari sewa (pendapatan bersih ijarah), pendapatan dari bagi hasil (pendapatan bagi hasil mudharabah dan pendapatan bagi hasil musyarakah), dan pendapatan operasional utama lainnya.

Sesuai dengan akad-akad penyaluran pembiayaan di bank syariah, maka hasil penyaluran dana yang dilakukan oleh bank syariah dapat memberikan pendapatan bank. Hal ini dikatakan sebagau sumber-sumber pendapatan bank syariah. Dengan demikian, sumber pendapatan bank syariah dapat diperoleh dari :

a) Bagi hasil atas kontrak mudharabah dan kontrak musyarakah. b) Keuntungan atas kontrak jual beli (al ba’i)

c) Hasil sewa atas kontrak ijarah dan ijarah muntahiya bittamlik d) Fee dan biaya administrasi atas jasa-jasa lainnya.14

Pendapatan bank syariah ditentukan oleh produktivitas masing-masing bank syariah dalam mengelola dana nasabah. Bank syariah dituntut untuk dapat mengelola dana yang dipercayakan oleh nasabah sehingga dapat memberikan penghasilan yang menguntungkan bagi nasabah. Akan tetapi, pengelolaan dana nasabah harus dilakukan dengan cara yang sesuai syariah Islam.

14

Muhammad. “Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah Edisi Revisi”. (Yogyakarta: UII Press, 2005), h. 276


(40)

Melalui rasio pendapatan Islam kita dapat mengetahui besarnya pendapatan yang diperoleh bank syariah yang berasal dari transaksi halal dan nonhalal, yaitu transaksi yang mengandung riba, gharar, dan sebagainya. Rasio ini dapat digunakan sebagai indikator pemenuhan prinsip-prinsip kepatuhan syariah oleh bank syariah. Pendapatan merupakan hasil yang didapatkan bank dari aktivitas mengelola aktiva produktif. Umumnya pada bank umum syariah masih memiliki pendapatan yang bersifat nonhalal yaitu terdiri dari pendapatan bunga dan denda terhadap debitur yang lalai dalam pembayaran utangnya. Pendapatan nonhalal tersebut dipisahkan dari dari pendapatan syariah oleh BUS kemudian dikelompokkan sebagai dana kebajikan (qardhul hasan). Shahul et al., (2003) dalam Hameed et al., (2004) menyatakan bahwa jika bank syariah memiliki pendapatan yang bersumber dari transaksi yang dilarang, bank syariah harus mengungkapkan informasi terkait pendapatan tersebut, dari mana sumbernya, bagaimana dana tersebut digunakan, dan yang lebih penting lagi adalah prosedur yang dapat dilakukan untuk menghindari transaksi yang dilarang oleh syariah Islam tersebut. Oleh sebab itu, merupakan sebuah kewajiban baik bagi BUS untuk meminimalisir atau menghilangkan pendapatan nonhalal sebagai bentuk pemenuhan terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah.15

3. Investasi Islam

15

Indriatun, “Analisis Perbandingan Kinerja Sosial dan Islamic Social ReportingPada Bank Syariah di Indonesia,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia Depok, 2013), h. 30.


(41)

28

Investasi merupakan bentuk aktif dari ekonomi syariah. Sebab setiap harta ada zakatnya, jika harta tersebut didiamkan maka lambat laun akan termakan oleh zakatnya. Salah satu hikmah dari zakat ini adalah mendorong untuk setiap muslim menginvestasikan hartanya. Harta yang diinvestasikan tidak akan termakan oleh zakat, kecuali keuntungannya saja.

Dalam investasi mengenal harga. Harga adalah nilai jual atau beli dari sesuatu yang diperdagangkan. Selisih harga beli terhadap harga jual disebut profit margin. Harga terbentuk setelah terjadinya mekanisme pasar.

Suatu pernyataan penting al-Ghozali sebagai ulama’ besar adalah keuntungan merupakan kompensasi dari kepayahan perjalanan, risiko bisnis dan ancaman keselamatan diri pengusaha. Sehingga sangat wajar seseorang memperoleh keuntungan yang merupakan kompensasi dari risiko yang ditanggungnya.

Ibnu Taimiyah berpendapat bahwa penawaran bisa datang dari produk domestik dan impor. Perubahan dalam penawaran digambarkan sebagai peningkatan atau penurunan dalam jumlah barang yang ditawarkan, sedangkan permintaan sangat ditentukan harapan dan pendapatan. Besar kecilnya kenaikan harga tergantung besarnya perubahan penawaran dan atau permintaan. Bila seluruh transaksi sudah sesuai dengan aturan, kenaikan harga yang terjadi merupakan kehendak Allah SWT.

Prinsip-prinsip Islam dalam muamalah yang harus diperhatikan oleh pelaku investasi syariah (pihak terkait) adalah16 :

16


(42)

a) Tidak mencari rizki pada hal yang haram, baik dari segi zatnya maupun cara mendapatkannya, serta tidak menggunakannya untuk hal-hal yang haram.

b) Tidak mendzalimi dan tidak didzalimi.

c) Keadilan pendistribusian kemakmuran.

d) Transaksi dilakukan atas dasar ridha sama ridha.

e) Tidak ada unsur riba, maysir (perjudian/spekulasi), dan gharar (ketidakjelasan/samar-samar).

Di dalam industri perbankan, investasi dapat disebut aktiva produktif, yakni penanaman dana BUS dalam rupiah berdasarkan prinsip syariah dalam bentuk pembiayaan, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia, dan penempatan pada bank lain.17 Melalui rasio investasi Islam kita dapat mengetahui besarnya dana bank syariah yang ditempatkan dalam surat berharga syariah atau non-syariah dari keseluruhan surat berharga yang dimiliki oleh bank syariah. Surat berharga digunakan sebagai proksi dari total investasi karena jenis investasi ini dimiliki oleh seluruh bank syariah. Selain itu, surat berharga merupakan investasi yang bersifat sukarela bagi bank syariah, dimana tidak ada aturan dari pihak eksternal yang mewajibkan bank syariah untuk memiliki sejumlah tertentu investasi dalam surat berharga. Oleh kerana itu, rasio investasi Islam dapat digunakan sebagai salah satu indikator pemenuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah. Semakin tinggi rasio ini, maka

17

Rifqi Muhammad, Akuntansi Keuangan Syariah (Yogyakarta : P3EI Press, 2008), h.137.


(43)

30

kepatuhan bank syariah terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah semakin baik.18

4. Rasio Zakat

Rasio ini bertujuan untuk mengukur besarnya kontribusi zakat perusahaan bank syariah. Zakat adalah sarana paling penting untuk menghimpun dan mendistribusikan kekayaan. Zakat merupakan pajak wajib dan, sebagaimana telah kita ketahui, termasuk dalam lima rukun Islam. Jumlah zakat yang disepakati secara umum adalah adalah 2,5 persen dari taksiran aset yang dijuasa selama setahun penuh (setalah dikurangi penggeluaran atau nishab)19. Semakin tinggi komponen ini mengindikasikan zakat performance bank syariah yang baik.20 Kepatuhan terhadap prinsip syariah harus didasarkan pada zakat yang dibayarkan oleh bank untuk menggantikan indikator konvensional yaitu laba per saham.

C. Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah

1. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah

Kesehatan bank diartikan sebagai kemampuan suatu bank untuk melakukan kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua kewajibannya dengan baik dengan cara-cara yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Pengertian tentang kesehatan bank tersebut

18

Ibid., h. 31. 19

Djawahir Hejazziey, Perbankan Syariah Dalam Teori dan Praktik (Yogyakarta : Deepublish, 2014), h.28.

20

Muhammad Tri Sutrisno, “Analisis Rasio Sebagai Pengukur Kinerja Sosial di Bank Muamalat Indonesia,” (Skripsi S1 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas Surabaya, 2012), h. 9.


(44)

merupakan suatu batasan yang sangat luas, karena kesehatan bank mencakup kesehatan suatu bank untuk melaksanakan seluruh kegiatan usaha perbankannya.21 Kegiatan tersebut meliputi:

a) Kemampuan menghimpun dana dari masyarakat, dari lembaga lain dan modal sendiri;

b) Kemampuan mengelola dana;

c) Kemampuan menyalurkan dana ke masyarakat;

d) Kemampuan memenuhi kewajiban kepada masyarakat, karyawan, pemilik modal, dan pihak lain;

e) Pemenuhan peraturan perbankan yang berlaku.

Bank Indonesia melakukan sistem penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah melalui beberapa aspek rasio keuangan yang digunakan. Salah satu alasan pentingnya penilaian kesehatan bank adalah untuk menilai apakah kinerja bank tersebut telah dilakukan berdasarkan asas-asas perbankan yang sehat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku.22

Penilaian kesehatan bank adalah penilaian atas suatu kondisi laporan keuangan bank pada periode dan saat tertentu sesuai dengan standar Bank Indonesia dalam Peraturan Bank Indonesia No. 9/1/PBI/2007 tanggal 24 Januari 2007 tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah. Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.

21

Budisantoso, dkk, Bank dan Lembaga Keuangan Lain (Jakarta : Salemba Empat, 2006), h. 51.

22

Frianto Pandia, Manajemen Dana dan Kesehatan Bank (Jakarta : Rineka Cipta, 2012), h.222.


(45)

32

9/24/DPbs tentang penilaian tingkat kesehatan bank umum syariah mencakup penilaian terhadap faktor-faktor yang terdiri dari :

a. Permodalan (Capital)

Modal adalah salah satu faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usaha dan menampung risiko kemungkinan kerugian.Besarnya permodalan dipengaruhi atas kemampuan dan kepatuhan suatu bank terhadap KPMM (kewajiban Pemenuhan Modal Minimum) yang saat itu berlaku sebesar 8%.23Rasio permodalan ini berfungsi untuk mengukur kemampuan bank dalam menyerap kerugian-kerugian yang tidak dapat dihindari lagi serta dapat pula digunakan untuk mengukur besar kecilnya kekayaan bank tersebut atau kekayaan yang dimiliki oleh para pemegang saham. Penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilik kecukupan modal bank dalam mengamankan eksposur risiko posisi dan mengantisipasi eksposur risiko yang akan muncul melalui penilaian kuantatif dan kualitatif atas rasio/komponen berikut :

Tabel 2.1 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor Permodalan

No. Jenis Rasio Komponen

1. Rasio Utama Kecukupan Modal (CAR)

2. Rasio Penunjang Proyeksi Kecukupan Modal (CAR) 3. Rasio Pengamatan a. Kecukupan Equity

b. Kecukupan Modal Inti Terhadap Dana Pihak Ketiga

c. Fungsi Intermediasi atas Dana Investasi dengan Metode Profit-Sharing.

Sumber: Surat Edaran Ban Indonesia No.9/29/DPbS Tahun 2007

23


(46)

b. Kualitas Aset

Aset atau aktiva produktif adalah penanaman dana bank syariah baik dalam rupiah maupun valuta asing untuk memperoleh penghasilan, dalam bentuk pembiayaan, surat berharga syariah, penempatan, penyertaan modal, penyertaan modal sementara, komitmen dan kontinjensi pada transaksi rekening administrative, Sertifikat Wadiah Bank Indonesia serta bentuk penyediaan dan lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu.24Penilaian kualitas aset dimaksudkan untuk menilai kondisi aset bank, termasuk antisipasi atas risiko gagal bayar dari pembiayaan (credit risk) yang akan muncul melalui penilaian kuantatif dan kualitatif atas rasio/komponen berikut:

Tabel 2.2 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor Kualitas Aset

No. Jenis Rasio Komponen

1. Rasio Utama Kualitas Aktiva Produktif (KAP) 2. Rasio Penunjang Pembiayaan Bermasalah (NPF)

3. Rasio Pengamatan a. Rata-rata tingkat pengembalian hapus buku

b. Nasabah pembiayaan bermasalah Sumber: Surat Edaran Ban Indonesia No.9/29/DPbS Tahun 2007 c. Manajemen

Penilaian terhadap faktor manajemen mencakup dua komponen, yaitu manajemen umum dan manajemen risiko.25 Juga kepatuhan bank terhadap ketentuan yang berlaku, komitmen kepada Bank Indonesia

24

Muhammad, op. cit.,h.118. 25


(47)

34

maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip syariah termasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial.26

d. Rentabilitas

Rentabilitas merupakan metode penilaian yang digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam meningkatkan labanya melalui semua kemampuan dan sumber sehingga diketahui tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank tersebut. melalui penilaian kuantatif dan kualitatif atas rasio/komponen berikut:

Tabel 2.3 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor Rentabilitas

No. Jenis Rasio Komponen

1. Rasio Utama Tingkat Efisiensi Operasional (REO)

2. Rasio Penunjang a. Aset yang menghasilkan pendapatan (IGA)

b. Net Margin Operasional Utama (NSOM) 3. Rasio Pengamatan a. Biaya tenaga kerja terhadap total

pemnbiayaan (BTK)

b. Return on Assets (ROA)

c. Return on Equity (ROE)

d. Return on Investment Account Holder

Sumber: Surat Edaran Ban Indonesia No.9/29/DPbS Tahun 2007 e. Likuiditas

Rasio likuiditas digunakan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kebijakan-kebijakannya terutama kewajiban jangka pendeknya.Suatu bank dikatakan likuid apabila bank tersebut memenuhi kebijakan hutangnya, dapat membayar kembali semua simpanan nasabah,

26 Bank Indonesia, “

Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/1/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah”, diakses pada 14 Mei 2016 dari www.bi.go.id.


(48)

serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek dan kecukupan manajemen risiko likuditas melalui penilaian kuantatif dan kualitatif atas rasio/komponen berikut:

Tabel 2.4 Rasio dan Komponen-Komponen Faktor Likuiditas

No. Jenis Rasio Komponen

1. Rasio Utama Cash ratio

2. Rasio Penunjang Short-term mismatch

Sumber: Surat Edaran Ban Indonesia No.9/29/DPbS Tahun 2007 f. Sensitivitas Terhadap Resiko Pasar

Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dimaksudkan untuk menilai kemampuan keuangan bank dalam mengantisipasi perubahan risiko pasar yang disebabkan oleh pergerakan nilai tukar. Penilaian sensitivitas atas risiko pasar dilakukan dengan menilai besarnya kelebihan modal yang digunakan untuk menutup risiko bank dibandingkan dengan besarnya risiko kerugian yang timbul dari pengaruh perubahan risiko pasar.27

2. Penilaian Tingkat Kesehatan

Setelah ditetapkan peringkat pada masing-masing faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, dan likuiditas sebagai berikut :

27

Desi Nur Pratiwi, “Analisis Kinerja Kuangan Bank Syariah Dengan CAMELS,” (Skripsi S1 Fakultas Ekonomi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2013), h. 4.


(49)

36

Tabel 2.5 Peringkat Faktor Kesehatan Bank

Permodalan Kualitas Aset Rentabilitas Likuiditas Peringkat 1 CAR ≥ 11% NPF≤7% BOPO≤83% STM>25% Peringkat 2 9,5%≤CAR<11% 7% < NPF≤

10% 83% < BOPO≤ 85% 20% <STM≤ 25%

Peringkat 3 8%≤CAR<9,5% 10%<NPF≤13% 85%< BOPO≤ 87%

15%< STM≤20% Peringkat 4 6,5%≤CAR<8% 13%<NPF≤16% 87%< BOPO≤

89%

10%< STM≤15% Peringkat 5 CAR<6,5% NPF>16% BOPO>89% STM≤10%

Kemudian dilakukan penentuan nilai kredit berdasarkan peringkat. Penentuan nilai kredit ini digunakan untuk mendapatkan nilai bobot setelah dikalikan dengan bobot. Total nilai bobot akan menentukan peringkat faktor keuangan secara keseluruhan berdasarkan skala penilaian tingkat kesehatan bank. Skala penilaian ditetapkan dalam empat golongan predikat tingkat kesehatan bank pada tabel berikut :

Tabel 2.6 Predikat Kesehatan Keuangan Bank28

Keterangan Nilai Bobot

Sehat 81 s/d 100

Cukup Sehat 66 s/d < 81

Kurang Sehat 51 s/d < 66

Tidak Sehat 0 s/d < 51

Sumber: Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Mengacu Ketentuan BI.

28


(50)

Berdasarkan skala penilaian tingkat kesehatan bank dan assesment dari penulis, berikut disajikan matriks skala penilaian faktor keuangan dan matriks kriteria penetapan peringkat faktor keuangan :

Tabel 2.7 Matriks Skala Penilaian Faktor Keuangan Matriks Skala Penilaian Faktor Keuangan

Nilai Bobot 100 - <80 80 - <60 60 - <40 40 – <20 20 - 0

Peringkat 1 2 3 4 5

Dalam tata cara penilaian kesehatan bank umum syariah berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No.9/24/DPbs, khususnya pada pengukuran kinerja keuangan , tidak disertakan ketentuan mengenai penentuan kredit atas peringkat masing-masing faktor permodalan, kualitas asset, rentabilitas, dan likuiditas. Oleh karena itu, penulis melakukan assessment berdasarkan skala penilaian di atas dan juag atas penelitian yang dilakukan oleh Dinastian Hari Pramanto (2014) dan Azis Budi Setiawan (2008) dalam menentukan nilai kredit untuk masing-masing faktor. Selain itu, penulis juga mempertimbangkan ketentuan dalam penerapan peringkat masing-masing faktor keuangan. Dalam menentukan nilai kredit, peringkat masing-masing faktor akan disesuaikan dengan matriks penilaian yang akan dijelaskan oleh tabel berikut :


(51)

38

Tabel 2.8 Matriks Penentuan Nilai Kredit Faktor Keuangan Matriks Skala Penilaian Faktor Keuangan

Peringkat 1 2 3 4 5

Nilai Kredit 100 80 60 40 20

Setelah diketahui nilai kredit dari masing-masing faktor keuangan, selanjutnya nilai kredit dikalikan dengan bobot masing-masing faktor untuk menghitung nilai kumulatif tingkat kesehatan bank syariah perlu dibuat pembobotan untuk masing-masing faktor keuangan. Berdasarkan ketentuan BI (2007) pembobotan tersebut dijelaskan pada tabel berikut :

Tabel 2.9 Bobot Penilaian Faktor Keuangan

No. Keterangan Bobot

1 Permodalan 25%

2 Kualitas Aset 50%

3 Rentabilitas 10%

4 Likuiditas 15%

Sumber: Penyesuaian dengan mengacu pada Lampiran SE-BI No.9/24/DPbS, 2007.


(52)

D. Review Studi Terdahulu

Tabel 2.10 Review Studi Terdahulu

No. Penelitian Metode Penelitian Persamaan dan

Perbedaan 1. Hameed et al

(2004) dalam

penelitiannya mengungkapkan alternative pengungkapan

penilaian dari kinerja pada bank Islam. Dalam penelitiannya Hameed

mengungkapkan bahwa bank-bank syariah saat ini tidak hanya melayani kebutuhan stakeholder tetapi harus lebih memastikan kegiatan mereka sesuai dengan prinsip syariah.

Penelitian tersebut membandingkan Bahrain Islamic Bank dengan Bank Islam

Malaysia Berhad

dengan menggunakan

Islamic Disclosure

Index (IDI). Indeks

penilaian prinsip

syariah yang

diungkapkan Hameed terdiri dari tiga faktor yaitu indikator kepatuhan syariah, indikator tata kelola perusahaan dan indikator sosial. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa kinerja Bahrain

Kuantitatif, Islamicity

Performance Index

menggunakan analisis rasio pada tujuh indikator yaitu profit sharing ratio, zakat performance ratio,

equitable distribution

ratio, director employee ratio, Islamic vs non Islamic investment, dan Islamic vs non Islamic

income, dan AAOIFI

index.

Persamaannya sama-sama menggunakan variabel pendapatan Islam, pembiayaan bagi hasil, investasi Islam, dan rasio zakat. Perbedaannya adalah penelitian sebelumnya tidak menggunakan kesehatan keuangan perbankan. Perbedaan selanjutnya adalah pada objek penelitan, periode penelitian, dan metode penelitian.


(53)

40

Islamic Bank (BIB) lebih baik daripada Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB). 2. Falikhatun (2012)

melakukan penelitian terkait pengaruh antara implementasi prinsip-prinsip syariah dengan menggunakan rasio investasi Islam, rasio pendapatan Islam, rasio pembiayaan bagi hasil dan rasio kesejahteraan direksi karyawan sebagai proksi terhadap kesehatan finansial perbankan syariah di Indonesia tahun

2007-2010 dengan

menggunakan sample penelitian adalah seluruh Bank Umum Syariah dan Unit usaha Syariah di Indonesia. Secara keseluruhan hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa implementasi prinsip-prinsip syariah berpengaruh terhadap kesehatan finansial pada perbankan syariah dan unit usaha syariah di Indonesia.

Kuantitatif, dengan uji asumsi klasik dan mengolah data dengan regresi linear berganda. Variabel dependen yaitu kesehatan finansial menggunakan rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP), Net Profit Margin (NOM), Rasio Efisiensi Kegiatan Operasional (REO), Short Term

Mismatch (STM).

Variabel independen yaitu prinsip-prinsip syariah menggunakan rasio Rasio Investasi Islami (IIR), Rasio Pembiayaan Bagi Hasil (PFR), Rasio Pendapatan Islami (IsIR), Rasio Kesejahteraan Direksi – Karyawan (DEWR)

Persamaannya sama-sama menggunakan variabel pendapatan Islam, pembiayaan bagi hasil, dan investasi Islam juga sama-sama mengukur kesehatan keuangan. Perbedaannya adalah pada periode penelitian, dan metode penelitian. Penelitian sebelumnya juga tidak menggunakan faktor permodalan berupa CAR dan tidak menggunakan rasio zakat.

3. Azis Budi Setiawan (2009) melakukan stdi tentang Kesehatan Finansial dan Kinerja Sosial Bank Umum Syariah di Indonesia. Sampelnya adalah Bank Muamalat dan

Kuantitatif, dengan analisis perbandingan. Variabel kesehatan finansial diproksikan dengan kualitas asset, rentabilitas, dan likuiditas. Kemudian kinerja sosial diproksikan

Persamaannya sama-sama mengukur kesehatan keuangan bank. Perbedaannya adalah penelitian ini adalah penelitian perbandingan.


(54)

Bank Mandiri Syariah. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kesehatan finansial BMI lebih baik daripada BSM namun tingkat kinerja social BSM lebih baik daripada BMI.

dengan aspek Kontribusi Pembangunan Ekonomi (KPE), Kontribusi Kepada Masyarakat (KKM), Kontribusi Untuk Stakeholder (KUS), Peningkatan Kapasitas SDI dan Riset (PKSR) serta Distribusi Pembangunan Ekonomi. 4. Asrori (2014)

melakukan studi tentang Implementasi

Islamic Corporate

Governance dan

Implikasinya

Terhadap Kinerja Bank Syariah. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa implementasi Islamic Corporate

Governance

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) berpengaruh positif terhadap kinerja kinerja bank syariah yang diukur dengan pembiayaan bagi hasil dan zakat tapi tidak berpengaruh positif

jika diukur

menggunakan

Pendapatan Islam.

Islamic Corporate

Governance

kepatuhan syariah berpengaruh positif terhadap kinerja kinerja bank syariah yang diukur dengan pembiayaan bagi hasil, zakat, dan

Kuantitatif, dengan uji asumsi klasik dan mengolah data dengan regresi linear berganda. Variabel dependen yaitu kinerja bank syariah. Variabel independen yaitu PB, PI, zakat, ROA, ROE, PM.

Persamaannya sama-sama menggunakan variabel pendapatan Islam, pembiayaan bagi hasil, dan zakat juga sama-sama mengukur rasio keuangan ROE. Perbedaan selanjutnya adalah periode penelitian, dan metode penelitian.


(55)

42

pendapatan Islam. Sedangkan Islamic Corporate

Governance

pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan kepatuhan syariah tidak berpengaruh positif jika diukur dengan ROA, ROE, dan PM.

5. Dinastian Hari Pramanto (2014) melakukan studi tentang Pengaruh Kepatuhan Prinsip-Prinsip Syariah terhadap Kesehatan Finansial Entitas

Perbankan di

Indonesia. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa kepatuhan prinsip-prinsip syariah berpengaruh terhadap kesehatan financial entitas perbankan.

Kuantitatif dengan desain penelitian korelasional, variabel independen adalah, Islamic Income

Ratio (IsIR), Profit

Sharing Financing Ratio (PFR), Profit Sharing

Funding Ratio (PDR)

dan variabel dependen berupa kesehatan financial diwakili oleh STM, REO, dan NPF.

Persamaannya sama-sama menggunakan variabel pendapatan Islam, pembiayaan bagi hasil, dan investasi Islam dan juga sama-sama mengukur kesehatan keuangan. Perbedaannya adalah pada periode penelitian, dan metode penelitian. Penelitian sebelumnya juga tidak menggunakan faktor permodalan yaitu CAR dan juga tidak menggunakan

rasio zakat. 6. Defri Duantika (2015)

melakukan studi tentang Perbandingan Kinerja Bank Syariah berdasarkan RGEC

dan Islamicity

Performance Index di

Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri periode 2010-2014. Kesimpulannya

kinerja kedua bank dinilai baik dan pada pengukuran kinerja syariah, Bank Syariah

Kuantitatif dan statistik dengan kinerja keuangan menggunakan rasio NPF, FDR, ROA, NOM, dan CAR. Kinerja syariah diukur menggunakan rasio ZPR, EDR, PDR, Islamic vs non Islamic investment, dan Islamic vs non Islamic income.

Persamaannya sama-sama mengukur kesehatan keuangan bank. Perbedaannya adalah penelitian ini adalah penelitian perbandingan.


(56)

Mandiri lebih baik dari Bank Muamalat.

E. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bank Umum Syariah

Pembiayaan Bagi Hasil (X1)

Pendapatan Islam (X2)

Investasi Islam (X3)

Rasio Zakat (X4)

Kesehatan Keuangan (Y)

Uji Stasioner Data

Uji Asumsi Klasik

Uji Common Effect Uji Fixed Effect Uji Random Effect

Uji Hausman

Uji Chow


(57)

44

F. Hipotesis

Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahn penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.29 Dalam kerangka berfikir ilmiah, hipotesis diajukan setelah merumuskan masalah karena pada hakekatnya hipotesis adalah jawaban sementara yang belum tentu benar dan perlu dibuktikan kebenarannya melalui penelitian.

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh serta hubungan yang positif antara dua variabel atau lebih perlu dirumuskan suatu hipotesis. Adapun hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel Pembiayaan Bagi Hasil (X1)

H0 : tidak terdapat pengaruh secara signifikan dari pembiayaan bagi hasil

terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.

H1 : terdapat pengaruh secara signifikan dari pembiayaan bagi hasil

terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah. 2. Variabel Pendapatan Islam (X2)

H0 : tidak terdapat pengaruh secara signifikan dari pendapatan Islam

terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.

H1 : terdapat pengaruh secara signifikan dari pendapatan Islam terhadap

tingkat kesehatan bank umum syariah. 3. Variabel Investasi Islam (X3)

29

Suharsimi Arikunto,Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), h. 64.


(58)

H0 : tidak terdapat pengaruh secara signifikan dari investasi Islam

terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.

H1 : terdapat pengaruh secara signifikan dari investasi Islam terhadap

tingkat kesehatan bank umum syariah. 4. Variabel Rasio Zakat (X4)

H0 : tidak terdapat pengaruh secara signifikan dari rasio zakat terhadap

tingkat kesehatan bank umum syariah.

H1: terdapat pengaruh secara signifikan dari rasio zakat terhadap tingkat

kesehatan bank umum syariah.

5. Variabel Pembiayaan Bagi Hasil (X1), Pendapatan Islam (X2), Investasi

Islam (X3), Rasio Zakat (X4)

H0 : tidak terdapat pengaruh signifikan secara simultan dari pembiayaan

bagi hasil, pendapatan Islam, investasi Islam, dan rasio zakat terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.

H1: terdapat pengaruh signifikan secara simultan dari pembiayaan bagi

hasil, pendapatan Islam, investasi Islam, dan rasio zakat terhadap tingkat kesehatan bank umum syariah.


(59)

46

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini termasuk ke dalam penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berkenaan dengan data kuantitatif berupa angka yang dapat digunakan dengan operasi matematika.1 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji hipotesis yang diajukan mengenai pengaruh syariah compliance terhadap tingkat kesehatan sebagai variabel dependen.

Objek penelitian ini adalah 11 Bank Umum Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dari tahun 2010 sampai 2014. Penelitian ini mencakup komponen-komponen yang terdapat dalam data laporan keuangan tahunan bank umum syariah yang terdapat pada website masing-masing bank.

Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi data panel dan diolah menggunakan EViews 8. Variabel yang digunakan dalam mengukur

syariah compliance adalah variabel Pembiayaan Bagi Hasil (PBH),

Pendapatan Islam (PI), Investasi Islam (IS), dan Rasio Zakat (RZ). Sedangkan variabel yang digunakan dalam mengukur tingkat kesehatan adalah Non

Performing (NPF), Short Term Mismatch (STM), Biaya Operasional terhadap

Pendapatan Operasional (BOPO), dan Captial Adequacy Ratio (CAR).

1


(60)

B. Jenis dan Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis penelitian yang bersifat kuantitatif, yakni dengan melakukan kajian terhadap data dan informasi yang diperoleh serta memberikan penilaian terhadap data dan informasi yang diperoleh serta memberikan penilaian terhadap permasalahan tersebut. Data kuantitatif yaitu informasi yang dinyatakan berupa satuan angka (numerik), bersifat diskrit (bulat/utuh) atau kontinu (pecahan/interval).2

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Di mana data sekunder merupakan data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengelola data tersebut.3 Seluruh data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan jenis data antar waktu (time series) dan data antar perusahaan (cross section). Di mana data runtut waktu atau time series adalah data yang secara kronologis disusun menurut waktu pada suatu variabel tertentu.4 Data cross section yaitu data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu yang dapat menggambarkan tentang perkembangan suatu kejadian/kegiatan tertentu.

2

Tony Wijaya, Metodologi Penelitian Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2013), h.20.

3

Soeratno dan Lincolin Arsyad, Metodologi Penelitian untuk Ekonomi dan Bisnis (Yogyakarta : UPP Akademi Manajemen Perusahaan YKPN, 2003), h.76.

4


(61)

48

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.5 Berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah per Mei 2016, jumlah Bank Umum Syariah (BUS) adalah sejumlah 12 BUS. Waktu pengamatan penelitian ini yaitu dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2014.

Berikut ini adalah daftar Bank Umum Syariah yang ada di Indonesia: Tabel 3.1

Populasi Bank Umum Syariah

No. Bank Umum Syariah

1 PT. Bank Syariah Mandiri

2 PT. Bank Syariah Muamalat Indonesia 3 PT. Bank Syariah BNI

4 PT. Bank Syariah BRI

5 PT. Bank Syariah Mega Indonesia 6 PT. Bank Jabar dan Banten

7 PT. Bank Panin Syariah 8 PT. Bank Syariah Bukopin 9 PT. Bank Victoria Syariah 10 PT. BCA Syariah

11 PT. Maybank Indonesia Syariah

12 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN) Syariah Sumber: Statistik Perbankan Syariah 2015

5


(1)

122

Bank Mega Syariah 2010 78 Bank Syariah Mandiri 2010 83

2011 76 2011 90

2012 87 2012 90

2013 86 2013 100

2014 82 2014 86

Bank Muamalat 2010 84 Bukopin Syariah 2010 77

2011 86 2011 92

2012 83 2012 82

2013 96 2013 77

2014 72 2014 82

BCA Syariah 2010 100 Maybank Syariah 2010 100

2011 100 2011 91

2012 96 2012 84

2013 100 2013 90

2014 100 2014 80

Bank Jabar Banten Syariah 2010 86 Bank Panin Syariah 2010 92

2011 98 2011 100

2012 82 2012 100

2013 96 2013 100

2014 72 2014 100

BNI Syariah 2010 84 Bank Victoria Syariah 2010 98

2011 86 2011 88

2012 94 2012 84

2013 94 2013 73

2014 98 2014 72

BRI Syariah 2010 82

2011 79

2012 78

2013 79


(2)

Lampiran 3

Tabel Rasio Syariah Compliance

Bank Umum Syariah

Tahun PBH PI IS RZ Bank Umum

Syariah

Tahu n

PBH PI IS RZ

Bank Mega Syariah

2010 0.04 0.99 0.96 0.03 Bank Syariah

Mandiri

2010 0.36 0.99 0.55 0.03

2011 0.02 0.99 0.94 0.03 2011 0.27 0.99 0.78 0.03

2012 0.01 1.00 0.98 0.03 2012 0.23 0.99 0.62 0.03

2013 0.01 0.99 0.96 0.03 2013 0.13 1.00 0.95 0.03

2014 0.01 0.99 0.93 0.03 2014 0.13 0.99 0.96 0.03

Bank Muamalat 2010 0.46 1.00 0.95 0.01 Bukopin

Syariah

2010 0.25 1.00 0.95 0.02

2011 0.44 1.00 0.95 0.02 2011 0.25 0.99 0.89 0.02

2012 0.46 1.00 0.72 0.02 2012 0.24 0.99 0.83 0.02

2013 0.52 0.99 0.88 0.02 2013 0.33 0.99 0.90 0.02

2014 0.51 0.99 0.87 0.12 2014 0.39 0.99 0.95 0.02

BCA Syariah 2010 0.56 1.00 0.99 0.01 Maybank

Syariah

2010 0.20 1.00 0.89 0.02

2011 0.38 1.00 0.98 0.02 2011 0.20 0.99 0.94 0.02

2012 0.52 1.00 0.99 0.01 2012 0.16 0.99 0.92 0.02

2013 0.55 1.00 0.99 0.02 2013 0.15 0.99 0.93 0.02

2014 0.51 1.00 1.00 0.02 2014 0.15 0.99 0.96 0.02

Bank Jabar Banten Syariah

2010 0.30 1.00 0.97 0.02 Bank Panin

Syariah

2010 0.82 1.00 1.00 0.02

2011 0.30 0.99 0.95 0.02 2011 0.45 1.00 0.65 0.02

2012 0.37 0.99 0.95 0.01 2012 0.49 1.00 0.99 0.02

2013 0.27 0.99 0.98 0.01 2013 0.52 1.00 1.00 0.01

2014 0.21 0.99 0.93 0.02 2014 0.87 1.00 1.00 0.03

BNI Syariah 2010 0.20 1.00 0.94 0.02 Bank Victoria

Syariah

2010 0.06 1.00 0.97 0.02

2011 0.19 1.00 0.82 0.03 2011 0.09 0.99 0.95 0.02

2012 0.18 0.99 0.90 0.02 2012 0.17 1.00 0.88 0.02

2013 0.17 0.99 0.92 0.01 2013 0.32 1.00 0.89 0.02


(3)

BRI Syariah 2010 0.24 1.00 0.98 0.02

2011 0.19 1.00 0.72 0.10

2012 0.23 1.00 0.75 0.02

2013 0.29 0.99 0.37 0.03


(4)

Lampiran 4

Hasil Uji Stasioner Data 1. Hasil Uji Akar Investasi Islam

Null Hypothesis: IS has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.717248 0.0064

Test critical values: 1% level -3.557472

5% level -2.916566

10% level -2.596116

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

2. Hasil Uji Akar Pembiayaan Bagi Hasil

Null Hypothesis: PBH has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -4.596842 0.0005

Test critical values: 1% level -3.557472

5% level -2.916566

10% level -2.596116


(5)

3. Hasil Uji Akar Pendapatan Islam

Null Hypothesis: PI has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 1 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -3.332874 0.0182

Test critical values: 1% level -3.560019

5% level -2.917650

10% level -2.596689

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

4. Hasil Uji Akar Rasio Zakat

Null Hypothesis: RZ has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.044887 0.0000

Test critical values: 1% level -3.557472

5% level -2.916566

10% level -2.596116

*MacKinnon (1996) one-sided p-values.

5. Hasil Uji Akar Kesehatan Keuangan

Null Hypothesis: KK has a unit root Exogenous: Constant

Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10)

t-Statistic Prob.*

Augmented Dickey-Fuller test statistic -5.183939 0.0001

Test critical values: 1% level -3.557472

5% level -2.916566

10% level -2.596116


(6)

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Aset Bank Syariah dan Prinsip Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan oleh Bank – Bank Umum Syariah di Sumatera Utara

0 25 88

PENGARUH PENILAIAN KESEHATAN BANK TERHADAP TINGKAT BAGI HASIL SIMPANAN MUDHARABAH PADA BANK UMUM SYARIAH DAN BANK UMUM DENGAN UNIT SYARIAH DI INDONESIA.

0 4 10

PENGARUH DEPOSITO MUDHARABAH, SPREAD BAGI HASIL, DAN TINGKAT BAGI HASIL TERHADAP PEMBIAYAAN Pengaruh Deposito Mudharabah, Spread Bagi Hasil, Dan Tingkat Bagi Hasil Terhadap Pembiayaan Berbasis Bagi Hasil (Studi Empiris pada Bank Syariah di Indones

10 23 17

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, PEMBIAYAAN BAGI HASIL DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA.

1 13 28

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, PEMBIAYAAN BAGI HASIL DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil Dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah Di Indon

0 2 16

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, PEMBIAYAAN BAGI HASIL DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi Hasil Dan Rasio Non Performing Financing (NPF) Terhadap Profitabilitas (ROA) Bank Umum Syariah Di Indone

1 5 14

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI DAN PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH.

4 5 43

PENGARUH PEMBIAYAAN BAGI HASIL TERHADAP PROFITABILITAS BANK SYARIAH.

0 1 24

PENGARUH RASIO KESEHATAN BANK TERHADAP VOLUME PEMBIAYAAN BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA TAHUN

0 0 16

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, PEMBIAYAAN BAGI HASIL DAN RASIO NON PERFORMING FINANCING TERHADAP PROFITABILITAS BANK UMUM SYARIAH DI INDONESIA

0 0 16