6.2.1. Perubahan Produktivitas
Penghitungan kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca yang berdampak pada produktivitas usahatani memerlukan data produktivitas baik yang terkena
dampak kekeringan dan kebanjiran maupun yang tidak terkena dampak. Adanya kerugian tersebut dapat menunjukkan bahwa variabilitas cuaca memberikan
dampak negatif terhadap kegiatan usaha tani dan non pertanian yang mengakibatkan penurunan produktivitas sehingga dapat mengurangi pendapatan
rumah tangga usahatani. Nilai kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca yang berdampak pada lahan padi tersebut dapat dilihat pada Tabel 14.
Tabel 14 Kehilangan hasil akibat variabilitas cuaca kekeringan dan kebanjiran di Kabupaten Indramayu tahun 2014
Sumber: Data primer diolah, 2015
Berdasakan Tabel 14 dapat dilihat bahwa puso akibat kekeringan yaitu sebesar 0,862 hektar sedangkan puso akibat bencana banjir yaitu sebesar 0,739
hektar. Total rata-rata kehilangan hasil untuk setiap petani di Kabupaten Indramayu adalah sebesar Rp 13.174.558,-. Angka tersebut terbilang cukup besar
sehingga pemerintah sudah seharusnya melakukan upaya strategi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca bersama para petani.
6.2.2. Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca
Puso yang terjadi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014 menyebabkan kerugian yang cukup besar bagi petani. Berbagai cara telah dilakukan oleh petani
sebagai upaya untuk mengurangi nilai kerugian yang mereka dapatkan. Namun hasilnya tidak merubah besarnya nilai kerugian. Keadaan seperti ini tentunya akan
berdampak pada sumber pendapatan usahatani padi dan bagi kesejahteraan para petani di Kabupaten Indramayu. Berikut adalah Tabel 15 yang menunjukkan total
nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca pada tahun 2014.
Bencana Luas tanam
ha Puso
ha Rata-rata
produktivitas tonha
Kehilangan hasil Rp
Kekeringan 1,177
0,862 2,54
7.927.905 Kebanjiran
1,177 0,739
1,96 5.246.654
Total rata-rata 13.174.558
Tabel 15 Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu tahun 2014
Pendapatan usahatani Kelompok luas lahan
1hektar 1-1,5 hektar
1,5 hektar Tidak terkena puso
17.426.615 33.719.500
71.504.000 Terkena puso
10.216.769 19.556.250
34.914.333 Total kerugian
0,58627387 0,57996856
0,48828504 Total kerugian
58,62 57,99
48,82 Sumber : Data primer diolah, 2015
Keterangan : kondisi normal 2 kali tanam puso tahun 2014
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa setiap penguasaan kelompok luas lahan memiliki pendapatan usahatani yang berbeda-beda. Pada pendapatan
usahatani yang tidak mengalami puso dalam satu tahun memiliki nilai yang jauh berbeda jika dibandingkan dengan pendapatan usahtani yang mengalami puso.
Keadaan ini terjadi di Kabupaten Indramayu pada tahun 2014 yang mengakibatkan dua kali puso saat musim rendeng dan musim sadon. Pada Tabel
18 dapat dilihat bahwa total kerugian petani padi tertinggi akibat variabilitas cuaca pada tahun 2014 berada pada penguasaan lahan kurang dari satu hektar yaitu
sebesar 58,62.
6.2.3. Struktur Pendapatan Rumah Tangga Petani Padi
Secara agregat pendapatan rumah tangga petani padi diperoleh dari dua sumber pendapatan, yaitu sumber pendapatan dari sektor pertanian dan non
pertanian. Sumber pendapatan pertanian yang terdiri dari usaha pertanian dikelompokan menjadi tiga yaitu usahatani sawah, usahatani kebun dan usaha
ternak, dan diluar usaha pertanian seperti berburuh tani. Sumber pendapatan non pertanian terdiri dari usaha non pertanian dagang, industri dan jasa, Pegawai
NegeriTNI, pendapatan dari sumbangan dan lainnya. Sebagian besar rata-rata petani padi di Kabupaten Indramayu menanam tanaman padi sebagai pekerjaan
utama mereka dan hasilnya sebagian digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari. Untuk melihat pendapatan rumah tangga petani padi di
Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Tabel 16.