Dampak Perubahan Pola Curah Hujan dan Kejadian Cuaca Ekstrim

2.5.1. Perubahan Pola Tanam Sebagai Upaya Adaptasi terhadap

Variabilitas Cuaca Pola tanam pertanian merupakan salah satu dampak dari fenomena variabilitas cuaca akibat perubahan pola curah hujan. Perubahan pola curah hujan ini akan berdampak pada pergeseran waktu tanam serta perubahan pola tanam pertanian. Jawa Barat dan Jawa Timur secara umum memiliki pasokan air yang lebih banyak, memiliki intensitas tanam yang lebih tinggi dibandingkan empat provinsi lainnya di luar Jawa, namun di Jawa Barat dan Jawa Timur telah terjadi perubahan pola tanam yang sebelumnya padi-padi-padi menjadi padi-padi- palawija. Namun perubahan pola tanam ini tidak dilakukan oleh empat provinsi lainnya, walaupun mereka merasakan adanya variabilitas cuaca, yakni curah hujan dan penurunan muka air tanah. Dengan begitu, mereka tetap mengusahakan lahannya hanya dua kali tanam per tahun berupa padi-padi atau padi-palawija Kurniawati 2011. Menurut Las et al. 2007 sebagian besar areal tanam padi menggunakan pola tanam padi-padi dimana pada musim tanam kedua sangat tergantung pada ketersediaan air irigasi. Kekeringan yang terjadi pada musim kedua akan mengubah pola tanam petani sehingga mengganggu kesinambungan stok pangan nasional. Kesinambungan produksi beras dalam beberapa tahun terakhir sering terganggu akibat dampak ENSO dan IOD. Naylor et al. 2001, 2007 dalam studinya menyatakan bahwa penetapan awal musim tanam padi merupakan salah satu strategi penting dalam budidaya pertanian di Indonesia khususnya tanaman pangan yang berpengaruh dengan adanya anomali iklim dan cuaca. Kalender tanam digunakan sebagai penetapan awal musim tanam yang secara tradisional telah lama dikembangkan oleh petani secara turun temurun dengan istilah berbeda di setiap daerah. Namun demikian, kalender tanam tidak sepenuhnya dijadikan acuan oleh para petani melihat bahwa variabilitas cuaca menyulitkan untuk menemukan indikator penanda musim. Fluktuasi curah hujan yang sangat dinamis akibat adanya anomali cuaca menyebabkan terjadinya pergeseran awal musim hujan dan musim kemarau. Dampak tersebut mengakibatkan perubahan pola tanam yang dapat mempengaruhi maju laju waktu tanam sehingga sangat menyulitkan petani yang biasanya mengacu pada kalender tanam. Penyusunan kalender tanam dibutuhkan bagi petani tanaman pangan untuk mengetahui waktu dan pola tanam di daerahnya selama setahun. Kalender tanam digunakan untuk memberikan informasi komoditas yang biasa ditanam pada suatu wilayah dari mulai persiapan lahan sampai dengan panen selama setahun. Melihat dampak variabilitas cuaca yang sangat mempengaruhi ketahanan pangan di Indonesia serta untuk mendukung daya tahan sektor pertanian terhadap ancaman variabilitas cuaca, maka dibutuhkan suatu upaya strategis yang dapat mengatasi dan mengantisipasi dampak variabilitas cuaca tersebut. Upaya yang sangat penting dilakukan yaitu dengan memahami karakteristik cuaca wilayah dengan baik. Dengan cara seperti itu maka dapat diketahui kalender tanam untuk mengetahui waktu dan pola tanam di sentra-sentra produksi padi di wilayah Indonesia, baik pada wilayah monsual maupun equatorial Anwarie 2010.

2.6. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berfungsi sebagai pendukung untuk melakukan penelitian dan membandingkan hasil penelitian yang penulis lakukan dengan hasil-hasil yang telah dilakukan oleh orang lain yang menunjang atau memperkuat. Banyak penelitian yang menggunakan metode analisis deskriptif terhadap suatu dampak yang ditimbulkan terutama pada suatu sektor pertanian pangan. Akan tetapi penelitian tentang Analisis Nilai Kerugian Petani Padi Akibat Variabilitas Cuaca dan Proses Adaptasi yang dilakukan oleh Petani memiliki perbedaan dari segi lokasi penelitian, studi kasus, dan metode. Handoko et al. 2008 melakukan studi mengenai keterkaitan perubahan iklim dan produksi pangan strategis. Hasil penelitian ini mengungkapkan sepuluh skenario perubahan iklim dan program adaptasi pertanian yang dikembangkan bertujuan untuk menganalisis proyeksi surplus defisit pangan strategis yang akan terjadi hingga tahun 2050. Hasilnya menunjukkan bahwa faktor perubahan suhu udara memiliki potensi dampak negatif lebih besar dibandingkan dengan faktor perubahan curah hujan dalam mempengaruhi surplus defisit pangan Indonesia. Osmaleli 2010 melakukan penelitian mengenai analisis dampak perubahan iklim lokal dan kesejahteraan nelayan, Kecamatan Labuan, Kabupaten Pandeglang, Propinsi Banten. Dampak perubahan iklim lokal yang terjadi ditandai