ekonomi, sebesar 85 petani bergantung kepada bantuan yang diberikan oleh pemerintah. Hal ini membuktikan bahwa petani sangat mengharapkan bantuan
dari pemerintah.
6.4.1. Implikasi Kebijakan Adaptasi
Hasil studi tentang analisis nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca dan proses adaptasi yang dilakukan oleh petani studi kasus Kabupaten
Indramayu menunjukkan bahwa pilihan kebijakan yang perlu dilakukan oleh pemerintah, gapoktan, petani dan bagi perguruan tinggi sebagai berikut :
1. Pemerintah
Diperlukan adanya kebijakan dan program yang secara sistematis, konsiten, dan berkesinambungan efektif untuk meningkatkan kapasitas adaptasi petani
dalam menghadapi variabilitas cuaca. Agenda kebijakan dan program tersebut mencakup perbaikan infrastruktur fisik irigasi dan pemeliharaan irigasi. Selain
itu, perlunya penyediaan informasi cuaca yang lebih akurat dan dapat diakses oleh petani melalui Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika BMKG
Stasiun Jatiwangi. Perlunya perbaikan jadwal dan pemilihan jenis tanaman agar sesuai dengan ketersesiaan air serta lebih tahan terhadap serangan
organisme pengganggu tanaman. 2.
Gapoktan Diperlukan dukungan para Gapoktan untuk memperkuat sarana dan prasarana
pertanian khususnya padi yang rentan terhadap dampak variabilitas cuaca. Selain itu, perlunya penguatan anggota Gapoktan untuk menyalurkan
informasi kepada para petani mengenai kalender tanam yang tepat dan informasi cuaca.
3. Perguruan tinggi
Diperlukan pengembangan penangkar benih yang mampu menghasilkan benihvaritas tahan kekeringan dan berumur pendek di wilayah yang sangat
rawan terhadap kekeringan. Selain itu, perlunya mengkaji potensi dampak positif variabilitas cuaca. Dalam kajian tersebut perlu diungkapkan: 1
cakupan wilayah yang berpotensi mengalami dampak positif akibat variabilitas cuaca akibat musim kemarau panjang atau akibat musim hujan
berlebihan, 2 peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan
produksi pangan di wilayah tersebut, 3 teknologi spesifik lokasi yang dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang tersebut, serta 4 pengembangan
kelembagaan, sarana dan prasarana pertanian yang diperlukan.
7. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian maka didapatkan simpulan sebagai berikut :
1. Sebanyak 63 petani menilai sangat setuju dengan pernyataan bahwa
terjadi penurunan produsksi akibat variabilitas cuaca tidak menentu, 74 menilai sangat setuju dengan adanya pernyataan terjadi peningkatan biaya
input akibat variabilitas cuaca dan sebanyak 79 petani menilai sangat setuju dengan pernyataan bahwa terjadi peningkatan jumlah dan jenis
hama penyakit tanaman. 2.
Total kehilangan hasil terbesar yaitu saat terjadi puso akibat kekeringan dikarenakan petani tidak melakukan replanting seperti yang dilakukan saat
terjadi bencana banjir yang melanda lahan sawah petani. Total nilai kehilangan hasil padi akibat variabilitas cuaca di Kabupaten Indramayu
tahun 2014 diperkirakan sebesar Rp. 13.174.558 untuk setiap petani. Total nilai kerugian petani padi akibat variabilitas cuaca tahun 2014 di
Kabupaten Indramayu terbesar berada pada kelompok luas lahan kurang dari 1 hektar yaitu sebesar 58,62. Pendapatan rumah tangga petani padi
pada kelompok penguasaan lahan yang semakin luas yaitu lebih dari 1,5 hektar terjadi kecenderungan bahwa kontribusi pendapatan rumah tangga
disektor pertanian semakin rendah. Total rata-rata pendapatan rumah tangga petani padi di Kabupaten Indramayu untuk tahun 2014 yaitu
sebesar Rp. 64.551.024.
3. Faktor-faktor yang berpengaruh nyata pada besarnya nilai kerugian petani
padi terhadap variabilitas cuaca adalah umur tanam, musim dan ketinggian
lahan. 4.
Pola adaptasi ekonomi sebesar 41 petani melakukan adaptasi dengan cara menyewa lahan petani lain. Pada pola adaptasi ekologi, sebesar 63
petani melakukan adaptasi dengan cara melakukan upaya bersama membasmi penyakit. Pada pola adaptasi ekonomi, sebesar 85 petani
bergantung kepada bantuan yang diberikan oleh pemerintah.