Adaptasi Petani dalam Menghadapi Variabilitas Cuaca

Adanya variabilitas cuaca tersebut juga didukung dengan data Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi yang menunjukkan bahwa data curah hujan selama 10 tahun terakhir yaitu pada tahun 2004 sampai dengan 2013 di wilayah Kabupaten Indramayu cenderung berubah. Perubahan terjadi terutama pada bulan masa tanam padi yaitu saat Musim Hujan MH dan Musim Kemarau I MK I. Bulan MH untuk menanam padi di Indramayu yaitu Oktober, November dan Desember sedangkan untuk bulan MK I yaitu Februari, Maret dan April. Perubahan ini menandakan bahwa petani sudah seharusnya melakukan startegi dan adaptasi terhadap variabilitas cuaca. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan dari variabilitas cuaca tersebut. Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MH bulan Oktober, November dan Desember di Kabupaten Indramayu dapat dilihat pada Gambar 10. Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi Dapat dilihat pada Gambar 10 bahwa curah hujan tertinggi selama 10 tahun terakhir untuk bulan Oktober yaitu pada tahun 2010, untuk bulan November curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2010 dan untuk bulan Desember curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2007. Perubahan pola curah hujan tersebut dapat mempengaruhi produktivitas padi yang mengakibatkan kerugian seperti terkena bencana banjir. Kerugian tersebut berdampak pada hasil panen yang berkurang dan menyebabkan petani mengeluarkan biaya yang lebih untuk melakukan replanting. Masa tanam padi selanjutnya adalah MK I yaitu pada bulan Februari, Gambar 10 Data curah hujan mm MH bulan Okober , November , Desember tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu 0,000 50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Cura h H uja n m m Tahun Maret dan April. Grafik curah hujan selama 10 tahun terakhir untuk MK I dapat dilihat pada Gambar 11. Sumber : Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Stasiun Jatiwangi Dapat dilihat pada Gambar 11 bahwa curah hujan tertinggi selama 10 tahun terakhir untuk bulan Februari yaitu terjadi pada tahun 2004, untuk bulan November curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan untuk bulan Desember curah hujan tertinggi terjadi pada tahun 2011.

6.1.2. Persepsi Kerugian Petani Akibat Variabilitas Cuaca

Responden pada umumnya menyadari adanya kerugian yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hal ini ditunjukkan dari 63 petani menilai sangat setuju bahwa terjadi penurunan produksi diakibatkan oleh variabilitas cuaca yang tidak menentu, 74 menilai sangat setuju bahwa terjadinya peningkatan biaya input diakibatkan oleh variabilitas cuaca dan sebanyak 79 petani menilai sangat setuju bahwa terjadinya peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Berdasarkan hasil survei tersebut menandakan bahwa mayoritas petani di Kabupaten Indramayu mengalami kerugian yang cukup besar yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hasil survei yang dilakukan oleh peneliti dapat dilihat pada Tabel 12. 0,000 100,000 200,000 300,000 400,000 500,000 600,000 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Cura h H uja nm m Tahun Gambar 11 Data curah hujan mm MH bulan Februari , Maret , April tahun 2004-2013 di Kabupaten Indramayu Tabel 12 Persepsi terhadap variabilitas cuaca Uraian Sangat Setuju Setuju Biasa Tidak Setuju Sangat Tidak Setuju Ʃ Ʃ Ʃ Ʃ Ʃ Persepsi Petani terhadap Variabilitas Cuaca Terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun terakhir 60 60 40 40 Terjadinya peningkatan frekuensi banjir dalam 5 tahun terakhir 54 54 43 43 3 3 Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5 tahun terakhir 58 58 34 34 8 8 Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan 59 59 37 37 4 4 Naiknya permukaan air laut 14 14 5 5 5 5 65 65 11 11 Persepsi Petani terhadap Dampak Variabilitas Cuaca Terjadi penurunan produksi akibat variabilitas cuaca yang tidak menentu 63 63 35 35 2 2 Peningkatan biaya input akibat variabilitas cuaca 74 74 24 24 1 1 1 1 Peningkatan jumlah dan jenis hama penyakit tanaman 79 79 21 21 Sumber: data primer, 2015 diolah Berdasarkan Tabel 12 terlihat bahwa mayoritas responden merasakan dampak yang diakibatkan oleh variabilitas cuaca. Hal ini dikarenakan responden yang mengalami kerugian akibat bencana banjir dan kekeringan yang melanda lahan mereka. Bencana tersebut menyebabkan para petani tidak mendapatkan pemasukan yang dihasilkan dari usaha tani padi. Bahkan mereka pun menanggung kerugian untuk membiayai penanaman kembali akibat bencana tersebut. Tabel 13 Hasil skala likert penilaian responden terhadap persepsi variabilitas cuaca Uraian Skor Penilaian Peringkat Persepsi terhadap variabilitas cuaca Terjadinya perubahan pola curah hujan dalam 5 tahun terakhir 460 Sangat setuju 1 Terjadinya peningkatan frekuensi banjir dalam 5 tahun terakhir 451 Sangat setuju 3 Terjadinya peningkatan frekuensi kekeringan dalam 5 tahun terakhir 450 Sangat setuju 4 Terjadinya perubahan pola tanam disebabkan oleh pergeseran curah hujan 455 Sangat setuju 2 Naiknya permukaan air laut 246 Tidak setuju 5