Faktor Pembatas MUKHLIS KAMAL and NURLISA A. BUTET

15 Namun menurut Connel 1973, tingginya keanekaragaman jenis karang tersebut umumnya berada dalam kondisi yang tidak seimbang, yang mana apabila ada gangguan maka keanekaragamannya akan turun. Keanekaragaman jenis karang yang tumbuh pada suatu area sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan dan tekanan lingkungan serta faktor-faktor pembatas lainnya.

2.2 Faktor Pembatas

Keanekaragaman, penyebaran dan pertumbuhan karang tergantung pada kondisi lingkungannya. Kondisi ini pada kenyataannya tidak selalu tetap, tetapi seringkali berubah karena adanya gangguan alam maupun aktivitas manusia. Gangguan dapat berupa faktor fisika atau kimia yang dapat mempengaruhi kehidupan atau laju pertumbuhan karang, antara lain adalah cahaya matahari, suhu, salinitas, dan sedimen. Sedangkan faktor biologis biasanya berupa predator atau pemangsanya. Mengingat binatang karang hermatific atau reef building corals hidupnya bersimbiosis dengan ganggang zooxantella yang melakukan proses fotosintesis, maka pengaruh cahaya adalah penting sekali. Proses fotosintesis bagi zooxanthellae tergantung dari penetrasi cahaya matahari yang masuk ke dalam kolom air, maka kedalaman dan kejernihan air merupakan faktor pembatas pertumbuhan dan perkembangan terumbu dan koloni karang. Sedangkan kejernihan air terkait dengan kandungan sedimen alam perairan, dimana kandungan sedimen yang tinggi akan menghambat penetrasi cahaya matahari sehingga mengurangi jumlah cahaya yang diperlukan untuk proses fotosintesis, di sisi lain endapan sedimen di permukaan koloni karang menyebabkan karang mengeluarkan banyak energi untuk membersihkan diri dari sedimen tersebut. Akibatnya karang kehilangan banyak energi, sementara proses fotosintesis untuk menghasilkan energi juga terhambat. Hal itulah yang menyebabkan karang terhambat pertumbuhannya Nybakken 1992. Suhu perairan juga merupakan faktor pembatas pertumbuhan karang. Hal ini terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan biota karang polip karang dan zooxanthellae . Biota karang masih dapat mentoleransi suhu tahunan maksimum sampai kira-kira 36 o C–40 o C dan suhu minimun sebesar 18 o C Nybakken 1992. 16 Menurut Supriharyono 2007, bahwa suhu yang paling baik untuk pertumbuhan karang sekitar antara 25 o C–29 o C. Tekanan hydrodinamis seperti arus dan gelombang akan memberikan pengaruh terhadap bentuk pertumbuhan karang dengan adanya kecenderungan semakin besar tekanan hydrodinamis, maka bentuk pertumbuhan karang lebih ke arah bentuk pertumbuhan mengerak encrusting Supriharyono 2007. Selain itu arus dibutuhkan untuk mendatangkan makanan berupa plankton. Menurut Nybakken 1992, pertumbuhan karang pada daerah berarus akan lebih baik dibandingkan dengan perairan tenang. Pada perairan yang selalu terkena ombak besar di dominasi oleh Pocillopora, Acropora atau Montastrea. Sedangkan yang yang mendominasi perairan yang tenang seperti goba, rataan terumbu dan lereng terumbu bagian bawah adalah Porites, Pavia, Montrastea atau Stylophora. Faktor lain yang membatasi perkembangan terumbu karang adalah salinitas. Salinitas merupakan faktor lain yang membatasi perkembangan terumbu karang. Kisaran salinitas pertumbuhan karang di Indonesia antara 29–33 ‰ Coles and Jokiel 1992. Karang hermatipik adalah organisme lautan sejati yang tidak dapat bertahan pada salinitas yang menyimpang dari salinitas air luat yang normal 32‰–35‰. Meskipun skala yang lebih kecil di daerah tropik, pemasukan air tawar secara teratur dari alairan sungai dapat menyebabkan pertumbuhan terumbu karang menjadi terhenti Nybakken 1992.

2.3 Kerusakan Terumbu Karang