10 Laut, karena hal ini akan memberikan pengakuan bagi keberadaan Daerah
Perlindungan Laut. Pengembangan Daerah Perlindungan Laut yang sukses tentunya akan menjamin pemanfaatan sumberdaya laut secara lestari dan
berkelanjutan.
1.4 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini akan mengkaji kondisi ekologi terumbu karang yaitu; persentase tutupan karang, kelimpahan ikan karang dan kelimpahan fauna benthic
lainnya di Perairan Sitardas dan Daerah Perlindungan Laut Sitardas. Penelitian ini juga melihat bagaimana hasil penelitian kondisi ekologi terumbu karang pada
tahun-tahun sebelumnya dari baseline ekologi Tapanuli Tengah 2004, monitoring ekologi Tapanuli Tengah 2007 dan 2008 yang telah dilakukan Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia LIPI. Kemudian juga mengakaji aspek sosial ekonomi yang berkaitan dengan pengelolaan terumbu karang melalui Daerah Perlindungan
Laut Sitardas sebagai data pendukung. Hasil penelitian data ekologi dan data sosial ekonomi akan dianalisa dalam merekomendasikan strategi pengelolaan
ekosistem terumbu karang ataupun pengembangan pengelolaan Daerah Perlindungan Laut Sitardas dimasa yang akan datang.
Tujuan dari penelitian ini adalah : 1.
Mengkaji kondisi terumbu karang yang ada di Perairan Desa Sitardas. 2.
Mengkaji kerusakan terumbu karang di Perairan Desa Sitardas. 3.
Menyusun rekomendasi strategi pengelolaan terumbu karang dalam upaya pengembangan Daerah Perlindungan Laut Sitardas.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekosistem Terumbu Karang
Ekosistem terumbu karang merupakan kumpulan binatang-binatang karang reef corals
yang hidup di dasar perairan yang mempunyai kemampuan cukup kuat untuk menahan gaya gelombang laut serta berasosiasi dengan algae dan
organisme lain seperti, ikan, lobster juga penyu. Karang adalah hewan yang hidup dalam Filum Coelenterata terdiri atas polip-polip yang hidup berkoloni maupun
soliter Goreau et al. 1982. Jaringan hidup karang tumbuh membentuk bangunan kerangka kapur yang tersusun oleh kalsium karbonat dalam bentuk aragonite
kristal serat CaCO
3
dan kalsit kristal CaCO
3
. Pada jaringan polip karang hermatifik terdapat alga Klas Dinoflagellata yakni Symbiodium microadriaticum
yang mengandung klorofil dan disebut zooxanthellae Falkowski et al. 1984. Zooxanthellae umumnya jarang terdapat pada jaringan endoderm dan ektoderm
ataupun mesoglia. Zooxanthellae ditemukan dalam jumlah besar dalam jaringan polip yang bersentuhan langsung dengan cahaya matahari seperti pada tentakel.
Berkaitan dengan terumbu karang, maka dibedakan antara karang reef corals
sebagai individu organisme dan terumbu karang coral reefs sebagai suatu ekosistem termasuk di dalamnya binatang-binatang karang Dawes 1981.
Kemudian berdasarkan geomorfologinya ekosistem terumbu karang dapat dibedakan menjadi tiga tipe yaitu, karang tepi fringing reef, karang penghalang
barrier reef dan karang cincin atoll. Terumbu karang tepi ditemukan hampir di seluruh pantai daerah tropis dan tumbuh menuju permukaan laut kearah laut lepas.
Terumbu karang khususnya terumbu karang tepi tumbuh subur di daerah dengan ombak yang cukup dan kedalaman tidak lebih 40 meter, sehingga berperan
penting sebagai pelindung pantai dari hempasan gelombang dan arus kuat yang berasal dari laut.
Selain itu terumbu karang mempunyai peran utama sebagai habitat, tempat mencari makan feeding ground, tempat asuhan dan pembesaran nursery
ground serta tempat pemijahan spawning ground bagi berbagai biota yang
hidup di terumbu karang Supriharyono 2007.
12 Pertumbuhan karang dibedakan atas tipe massive tumbuh sama besar
kesemua arah, columnar membentuk tiang, encrusting merayap di substrat, branching
membentuk percabangan atau menjari, foliaceusfolious menyerupai daun, laminar menyerupai meja dan free living. Pertumbuhan dari struktur
karang ini sangat bervariasi, tergantung kepada jenis hewan yang berasosiasi dan kondisi lingkungannya Vaughan dan Wells 1943 dalam van Woesik 2002.
Menurut Richmond 1997 karang bereproduksi secara seksual dan di luar kelamin aseksual. Reproduksi seksual melibatkan pembuahan telur karang oleh
sperma untuk membentuk larva yang berenang bebas. Larva-larva tersebut dapat beradaptasi dengan baik untuk distribusi serta tergantung dari jenis dan
kondisinya dapat menjadi bibit dimana mereka berasal, di dekat terumbu karang, atau terumbu karang yang ratusan kilometer jauhnya, namun distribusi ini
membutuhkan arus laut yang tepat untuk membuahi karang di hilir dan penting untuk menjaga keragaman genetik antara populasi karang dan terumbu karang.
Selain itu, cara reproduksi karang juga menentukan rentang di mana mereka dapat mengisi kembali karang lainnya, reproduksi karang secara aseksual
dari patahan-patahan karang menyebarkan secara lokal, sementara reproduksi karang secara seksual dari larva dapat menyebar melalui jarak yang lebih jauh
lebih Nystrom dan Folke 2001. Faktor spasial penting bagi ketahanan terumbu karang adalah hubungan
antar dan di dalam terumbu karang. Berdarkan keterkaitan biota yang ada pada ekosistem terumbu karang, maka populasi besar karang dan pembebasan larva
menciptakan keragaman genetik yang tinggi yang sangat penting untuk pemulihan dari gangguan. Terumbu karang memiliki species yang amat beragam dan
sebagian besar dari species tersebut bernilai ekonomis tinggi. Tingginya tingkat keanekaragaman tersebut disebabkan antara lain oleh besarnya variasi habitat
yang terdapat di dalam ekosistem terumbu karang. Terumbu karang memilki asosiasi yang kompleks dengan organisme lain, yaitu biota dan ikan yang hidup
disekelingnya. Kemudian biota dan substrat tersebut berinteraksi dengan sejumlah tipe habitat yang berbeda-beda pada terumbu karang dan semuanya berada di satu
sistem yang terjalin dalam hubungan fungsional yang harmonis dimana species yang paling banyak dijumpai adalah ikan.
13 Ikan karang terbagi dalam tiga kelompok, yaitu ikan target yang
merupakan ikan konsumsi, seperti famili Serranidae, Lutjanidae, Lethrinidae, Nemipteridae, Caesionidae, Siganidae, Haemulidae, Scaridae dan Acanthuridae.
Kemudian kelompok ikan yang digunakan sebagai indikator bagi kondisi kesehatan terumbu karang di suatu perairan, seperti famili Chaetodontidae.
Kelompok ketiga adalah ikan major sering disebut sebagai ikan hias yang berperan dalam rantai makanan, seperti famili Pomacentridae, Apogonidae,
Labridae dan Blennidae English et al. 1997. Goldman dan Talbot 1976 dalam Nybakken 1992 menyatakan bahwa banyak di antara karnivora yang hidup di
habitat terumbu karang tidak mengkhususkan makanannya pada satu sumber makanan tertentu, sebaliknya memangsa apa saja yang berguna bagi mereka.
Menurut Tamimi et al. 1993 distribusi spasial ikan-ikan karang ditentukan oleh karakteristik habitat dan interaksi ikan-ikan itu sendiri. Distribusi spasial beberapa
jenis ikan secara nyata dapat dideterminasi oleh karakteristik habitat tertentu. Secara deskriptif terumbu karang merupakan kelompok kehidupan
komunitas yang paling produktif dan paling beranekaragam di muka bumi dan banyak dijumpai di laut tropis yang hangat, jernih, dan dangkal. Melalui simbiosis
dengan alga bersel tunggal zooxantellae, karang menjadi sumber produktifitas primer dalam komunitas terumbu karang Richmond 1988.
Secara ekologis, terumbu karang juga dapat berfungsi melindungi komponen ekosistem pesisir lainnya lahan pantai dari gempuran gelombang dan
badai. Menurut TERANGI 2005 ekosistem terumbu karang mempunyai fungsi yang sangat penting bagi kehidupan di laut, diantaranya:
1. Sebagai pelindung pantai; terumbu karang yang tumbuh di daerah pasang surut
sangat berperan dalam mengurangi energi arus atau ombak yang datang ke pantai sehingga mencegah terjadinya erosi dan mendukung terbentuknya pantai
berpasir. 2.
Menyediakan makanan, tempat tinggal untuk berkembang biak, tempat asuhan dan perlindungan bagi makhluk laut.
Kemudian dalam Nybakken 1992, dikatakan bahwa terumbu karang memiliki fungsi ekologis sebagai pelindung pantai, menyediakan habitat untuk
berlindung, memijah dan mendapatkan makanan bagi berbagai jenis biota.
14 Terumbu karang merupakan ekosistem perairan tropis yang unik dengan nilai
estetika yang tinggi dibandingkan dengan ekosistem lainnya, memiliki warna dan desain yang sangat indah serta kaya akan keanekaragaman jenis biota.
Suharsono 2008 menyatakan bahwa karang tumbuh subur di perairan laut tropis, walaupun ada beberapa diantaranya yang juga di jumpai di perairan
laut subtropis seperti karang yang termasuk dalam filum Cnidaria, yaitu organisme yang memiliki penyengat. Secara umum filum Cnidaria terbagi atas
kelompok Hydrizoa dan Anthozoa. Hydrizoa terdiri dari Millepora karang api dan Stylasterina. Stylasterina biasanya kecil dan hidup di tempat yang
tersembunyi di dinding gua dan bukan merupakan karang pembentuk terumbu. Anthozoa
yang umumnya dikenal antara lain, Stolonifera contohnya karang suling Tubipora musica; Coenothecalia
contohnya karang biru Heliopora cooeruela; Sclerectinia
atau lebih di kenal sebagai karang keras yang meliputi jenis-jenis karang pembentuk terumbu karang utama. Kemudian Veron 2002, menyatakan
bahwa hewan karang adalah hewan sesille renik, umumnya berada dalam ekosistem bersama hewan laut lain seperti soft coral, hydra, anemone laut dan
lain-lain yang termasuk kedalam filum Cnidaria Coelentrata. Sebaran karang sebelah Barat Sumatera merupakan terumbu karang
dengan tipe terumbu karang lautan Hindia yang dicirikan dengan keanekaragaman yang relatif rendah. Karang tersebar mulai dari Pulau Weh di ujung Barat Pulau
Sumatera, sepanjang pantai Barat Sumatera atau berada di pulau yang tersebar di sebelah Barat Sumatera memanjang sejar dengan Pulau Sumatera. Pulau-pulau di
sebelah Barat Sumatera tidak seluruhnya dikelilingi oleh terumbu karang. Karang yang tumbuh umumnya berupa patches-patches pada lokasi-lokasi yang agak jauh
dari pulau Sumatera Suharsono 2008. Menurut Rosen 1971 dalam Supriharyono 2007 bahwa di dunia ini ada
tiga daerah pengelompokan karang, yang pertama di Indonesia Barat, yang kedua berada di Caribbea Atlantic, dan yang ketiga terletak di sebelah Selatan Samudra
Hindia Indo–Pacific. Indonesia memiliki keanekaragaman terumbu karang yang lebih tinggi dibandingkan dengan daerah lain yang terdapat di Samudra Hindia.
Secara umum species pembangun terumbu karang reef building corals yang tumbuh di Indo–Pacific cenderung lebih banyak dibandingkan dengan di Atlantic.
15 Namun menurut Connel 1973, tingginya keanekaragaman jenis karang tersebut
umumnya berada dalam kondisi yang tidak seimbang, yang mana apabila ada gangguan maka keanekaragamannya akan turun. Keanekaragaman jenis karang
yang tumbuh pada suatu area sangat dipengaruhi oleh kondisi perairan dan tekanan lingkungan serta faktor-faktor pembatas lainnya.
2.2 Faktor Pembatas