Permasalahan MUKHLIS KAMAL and NURLISA A. BUTET

7 serta masyarakat dalam upaya konservasi sumberdaya alam di wilayah pesisir terutama terumbu karang. Peran serta masyarakat adalah merupakan keikutsertaan masyarakat baik dalam bentuk pernyataan maupun kegiatan, sebagai akibat dari terjadinya interaksi sosial antara individu atau kelompok masyarakat yang lain dalam pembangunan. Partisipasi masyarakat merupakan bentuk upaya yang dilakukan masyarakat untuk ikut terlibat langsung dalam suatu kegiatan dan hasilnya akan secara langsung atau tidak langsung dapat dinikmati oleh masyarakat tersebut Wardoyo 1992. Penelitian kajian kondisi komunitas terumbu karang di Perairan Sitardas dan Daerah Perlindungan Laut Sitardas ini dilakukan untuk dapat memberikan arahan strategi upaya pengelolaan terumbu karang berbasis masyarakat, dengan melibatkan peran serta masyarakat dalam upaya pengelolaan serta pengawasan terhadap ekosistem terumbu karang, agar pemanfaatan sumberdaya pesisir secara lestari dan berkelanjutan.

1.2 Permasalahan

Dari hasil pengamatan yang dilakukan CRITC COREMAP – LIPI tahun 2008 kondisi ekosistem terumbu karang di wilayah Perairan Desa Sitardas mengalami kerusakan dan cenderung menurun kualitas dan kuantitasnya dari tahun pengamatan sebelumnya. Informasi yang diperoleh dari Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang, Sitardas 2007 diketahui adanya kerusakan terumbu karang di Desa Sitardas sangat berkaitan dengan aktifitas manusia di sekitar wilayah Perairan Desa Sitardas. Secara umum ada lima faktor fisik akibat aktifitas manusia yang menyebakan kerusakan terumbu karang di desa Sitardas yaitu i penggunaan racun pottasium; ii penggunaan bom; iii penambangan karang; iv pembuangan jangkar perahu; dan v sedimentasi. Adanya kerusakan terumbu karang di Perairan dan sekitar Daerah Perlindungan Laut Sitardas akibat aktifitas manusia, secara langsung telah mengakibatkan terpuruknya produksi perikanan di perairan tersebut. Permasalahan utama di Perairan Sitardas adalah kerusakan ekosistem terumbu karang baik di Perairan Sitardas maupun di kawasan DPL Sitardas. Kerusakan ini terjadi akibat kegiatan penangkapan ikan dengan menggunakan alat 8 tangkap yang merusak, seperti bom dan racun sianida atau biasa disebut masyarakat dengan nama air mas. Rendahnya pengetahuan masyarakat tentang pelestarian dan pengelolaan sumberdaya terumbu karang, minimnya pengawasan dan koordinasi antara masyarakat dan pihak terkait lainnya serta lemahnya supremasi hukum terhadap peraturan yang telah ditetapkan dalam peraturan Desa Sitardas untuk pengelolaan DPL Sitardas mengakibatkan kerusakan terus terjadi dari waktu kewaktu hingga saat ini. Kemudian hal ini diperburuk lagi oleh adanya akitifitas di daratan yang menyebabkan terjadinya sedimentasi menuju perairan laut melalui muara-muara sungai yang ada di Desa Sitardas. Dengan adanya permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui dan mengkaji kondisi kerusakan terumbu karang di wilayah ini. Penelitian ini belum memfokuskan bagaimana efektifitas pengelolaan ekosistem terumbu karang Daerah Perlindungan Laut Sitardas, karena bagaimanapun pembentukan DPL Sitardas baru dimulai pada Oktober 2008, yang berarti belum berjalan 1 satu tahun pada saat penelitian ini dilaksanakan, sehingga efektifitas pengelolaannya belum terlihat secara jelas dan nyata. Adanya kerusakan yang masih terjadi adalah merupakan dasar dalam melakukan kajian untuk memberikan saran dan rekomendasi bagi perbaikan upaya pengelolaan yang dapat dilakukan agar kerusakan yang lebih besar dapat dihindarkan.

1.3 Kerangka Pemikiran