Praktek – praktek yang Tidak Etis

Menurut Antonio 37 , pembiayaan dapat dibagi menjadi dua berdasar sifat penggunaannya, yaitu: 1. Pembiayaan produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi, perdagangan, maupun investasi. 2. Pembiayaan konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut Antonio, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut: 1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: a. peningkatan produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif, yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; b. untuk keperluan perdagangan atau peningkatan utility of place dari suatu barang. 2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal capital goods serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu. 37 Muhammad Syafi’I Antoni, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, Jakarta:Buku Andalan. 2001, h.160. Menurut Rivai dan Veithzal 38 , terdapat tiga prinsip pembiayaan dalam melakukan akad pada lembaga keuangan syariah, yaitu: 1. Prinsip bagi hasil atau syirkah profit sharing Fasilitas pembiayaan yang disediakan oleh lembaga keuangan syariah tersebut berupa uang tunai atau barang yang dinilai dengan uang. Fasilitas pembiayaan apabila dilihat dari sisi jumlah, dapat menyediakan sebagian atau 100 dari modal yang diperlukan. Apabila dilihat dari sisi bagi hasilnya, ada dua jenis, yaitu revenue sharing atau profit sharing. Sedangkan dalam hal persentase bagi hasilnya dikenal dengan nisbah, yang dapat disepakati dengan nasabah pada saat akad pembayaran. 2. Prinsip jual-beli Prinsip jual-beli dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang. Tingkat keuntungan banklembaga keuangan syariah ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang di jual. 3. Prinsip sewa-menyewa Prinsip sewa-menyewa merupakan pemindahan hak guna atas barang atau jasa, melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan atas barang itu sendiri. 38 Rivai dan Veithzal, Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Perusahaan: dari Teori dan Praktik, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada. 2008, h.23.