reasoning, sifat – sifat dasar tersebut harus dilengkapi dengan penyusunan yang baik, gaya penulisan yang lancar, dan pengungkapan yang jelas.
Garis besar laporan naratif terdiri atas 4 empat bagian, yaitu ; Pendahuluan, Premis – premis penilaian, Penyajian data, dan Analisis data dan kesimpulan –
kesimpulan. biasanya dilengkapi dengan addenda lampiran – lampiran . Garis Besar Kerangka Laporan Penilaian Lengkap
30
Bagian satu : PENDAHULUAN a Surat Pengantar Letter of Transmittal
b Halaman Judul c Daftar isi
d Sertifikat Nilai e Ringkasan dari kesimpulan – kesimpulan
Bagian dua : PREMIS – PREMIS PENILAIAN a Asumsi – asumsi dan kondisi – kondisi pembatas
b Tujuan Penilaian c Definisi nilai dan tanggal perkiraan nilai
d Pernyataan bahwa perkiraan nilai adalah dengan tunai, dengan ekivalen, atau bentuk lainnya
e Hak – hak properti yang dinilai f Lingkup penilaian
30
Nur Dewi Alfiyanah, “Tesis Pelaksanaan Tanggungjawab Hukum Perusahaan Jasa Penilai dalam Kegiatan Penilaian di Propinsi Jawa Tengah”, Semarang: Universitas Diponegoro,
Semarang, 2008, h.42.
Bagian tiga : PENYAJIAN DATA a Identifikasi properti, deskripsi status hukum
b Identifikasi personal properti dan lain – lain yang bukan real properti c data wilayah, kota, lingkungan, dan lokasi
d data tapak site data e deskripsi mengenai pengembangan improvements
f Zoning g Data pajak – pajak
h Riwayat, termasuk penjualan dulu dan penawaran sekarang i Studi pasaran marketability study bila perlu
Bagian empat : ANALISIS DATA DAN KESIMPULAN – KESIMPULAN. a ”Highest and best use” dari tanah seakan – akan kosong
b “Highest and best use” properti dengan pengembangannya c Nilai tanah
d Pendekatan Perbandingan harga e Pendekatan kapitalisasi pendapatan
f Rekonsiliasi indilasi – indikasi nilai menjadi perkiraan nilai g Kualifikasi penilai
9. Tanggung Jawab Kantor Jasa Penilai Publik
Tanggungjawab adalah suatu akibat lebih lanjut dari suatu sikap tindak yang harus dilunasi oleh setiap pribadi yang telah bersikap tindak, dalam hal:
31
31
Purnadi Purbacaraka dan Ridwan Halim, Filsafat Hukum dalam Tanya Jawab, Jakarta : Rajawali, 1983, h.24.
a. Orang tersebut memang sudah mampu untuk bersikap dan bertindak sendiri, b. Orang tersebut memang harus dimintai tanggung jawab atas perbuatannya,
dalam arti : 1 Ia bukanlah orang yang belum dewasa,
2 Ia bukanlah orang dewasa yang dibawah pengampuan curatele, 3 Ia bukan orang dewasa yang berada di bawah kekuasaan pihak lain.
Dalam kaitannya dengan perbuatan hukum, pertanggung jawaban hukum dapat dibagi dalam beberapa macam yaitu ;
1 Pertanggungjawaban Perdata 2 Pertanggungjawaban Pidana
3 Pertanggungjawaban Administrasi Berdasarkan Kode Etik Penilai Indonesia KEPI ada beberapa macam
tanggung jawab yang harus dipatuhi, yaitu sebagai berikut : 1 Tanggung Jawab terhadap Integritas Pribadi Penilai
2 Tanggung Jawab terhadap Pemberi Tugas 3 Tanggung Jawab terhadap Sesama Penilai dan Usaha Jasa Penilai.
4 Tanggung Jawab terhadap Masyarakat.
10. Praktek – praktek yang Tidak Etis
32
a. Tidak etis jika, jasa penilai mengaitkan perhitungan upah jasanya dengan :
1 Hasil suatu perselisihan mengenai obyek yang dinilai. 2 Jumlah penurunan pajak dalam hal penentuan pajak adalah
berdasarkan laporan penelitian. 3 Hasil penjualan barang tertentu yang dinilainya.
4 Pada umumnya, semua usaha untuk menentukan upah jasanya yang berbeda berdasarkan jumlah yang diperlukan dalam pekerjaan
penilaian adalah tidak etis. b. Tidak etis bagi jasa penilai menerima pekerjaan penilaian terhadap
obyek-obyek tertentu, baik obyek-obyek tertentu dimana dia
mempunyai kepentingan baik saat ini ataupun kepentingan di kemudian hari. Penilaian terhadap obyek yang juga merupakan kepentingan dari
perusahaan penilai hanya bisa dilakukan apabila kepentingan ini atau kemungkinan memperoleh kepentingan dari obyek ini sebelumnya
dinyatakan dengan jelas kepada pihak pengguna jasa, dan pengguna jasa tetap memberikan penugasan kepadanya untuk melakukan
pekerjaan penilaian.
32
Nur Dewi Alfiyanah, “Tesis Pelaksanaan Tanggungjawab Hukum Perusahaan Jasa Penilai dalam Kegiatan Penilaian di Propinsi Jawa Tengah”, Semarang: Universitas Diponegoro,
Semarang, 2008, h.51