Penerapan ISO 14001 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa

sebagai pendingin mesin. Air dari hasil pendinginan tersebut kemudian diolah dengan sistem sirkulasi. Untuk limbah cair dari pengolahan batu bara diolah dengan coal separator, sedangkan untuk oli bekas diolah dengan oil separator. Gambar 6. Pengolahan limbah cair di PT Indocement Tunggal Prakarsa

4.2 Penerapan ISO 14001 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa

Penerapan ISO 14001 pada PT Indocement berbentuk dokumen manual sistem manajemen. Dokumen ini menggambarkan kebijakan perusahaan, struktur Indocement, elemen sistem manajemen Indocement untuk mendukung penerapan sistem manajemen mutu, K3, keamanan, lingkungan dan masyarakat. Dokumen ini merupakan dokumen terkendali yang didistribusikan kepada semua PlantDivisi Manager, Department Head danatau personel yang terkait jika diperlukan. Saran dan usulan tinjauan mengenai dokumen ini dialamatkan ke Management Representative untuk ditinjau sebelum disahkan oleh Human Resources Director. Revisi yang telah disetujui akan dikirimkan ke pemegang dokumen yang telah ditetapkan. Perubahan dokumen ini akan direkam, didistribusikan dan dipelihara oleh Management Representative. Sistem manajemen Indocement diterapkan di semua kegiatan operasi Indocement di Citeureup - Bogor, Palimanan - Cirebon dan Tarjun - Kota Baru - Kalimantan Selatan dan kantor pusat seperti pada Gambar 7. Gambar 7. Kegiatan produk atau jasa pada PT Indocement Tunggal Prakarsa berdasarkan Sistem Manajemen Lingkungan Penerapan ISO 14001 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa secara umum dapat dijelaskan melalui klausul-klausul dalam ISO 14001 itu sendiri, salah satunya seperti kegiatan atau proses yang dijelaskan pada Gambar 8. Identifikasi dampak thd Lingkungan Identifikasi UU standar Identifikasi Penilaian Aspek lingkungan Kebijak an Manual Peningkatan Manajemen Darurat Pengendalian Kesiagaan Tanggap Darurat Prosedur Pengendalian Operasional PELAKSANAAN PEMANTAUAN, PENGUKURAN AUDIT Aspek Lingkungan Penting Tujuan Program Kesesu aian Rekaman, Analisa Data Peluang Perbaikan Peningkatan berlanjut tinjauan managemen P L A N D O C H E C K Tinjauan koreksi pencegahan M A N A G E M E N T C O N T R O L Kegiatan, produkjasa A C T I O N Gambar 8. Kegiatan proses pengoperasian EP berdasarkan penerapan ISO 14001 : 2004 pada PT Indocement Tunggal Prakarsa M A N A J E M E N K O T R O L Proses kegiatan : Pengoperasian EP Identifikasi Aspek Lingkungan 4.3.1 Aspek lingkungan : debu Dampak lingkungan : pencemaran udara Sumber Aspek : Pengoperasian EP Peraturan mengenai debu emisi 4.3.2 : keputusan Menteri LH No. Kep-13- MENLH31995 Evaluasi Aspek Lingkungan penting 4.3.1. Aspek penting : debu ; RPN : 100 RPN ≥ 64 Terdapat peraturan yang mengatur mengenai emisi debu Tujuan 4.3.3 : memenuhi perundangan tentang NAB emisi debu Target 4.3.3 ; emisi 80 mgNm 3 Program 4.3.3 : penggunaan DC tipe EP dengan tipe Bag Filter. Pelatihan pendidikan, motivasi bekerja, kepedulian karyawan Pengendalian : SOP pengoperasian EP dan perawatan EP kontrol lingkungan kerja Prosedur kesiagaan dan tanggap darurat Resiko lingkungan Kebijakan lingkungan 4.2 Implementasi 4.4 Pemantauan 4.5.1, pengukuran emisi 4.5.1, dan audit 4.5.5 Pemenuhan 4.5.2 Rekaman 4.5.4, analisis Data 4.5.3, dan perbaikan 4.5.3 Tinjauan koreksi dan pencegahan Tinjauan manajemen 4.5.6 A C T I O N C H E C K D O P L A N peningkatan Manajemen Darurat Pengendalian Adapun penjelasan dari setiap proses pengoperasian EP adalah sebagai berikut : Kebijakan Lingkungan 4.2 Kebijakan PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. terhadap keselamatan dan kesehatan kerja, keamanan, lingkungan, dan komunitas adalah: 1. Senantiasa menjalankan perusahaan untuk selalu mematuhi undang-undang peraturan yang berlaku di Indonesia dan standar yang relevan. 2. Senantiasa menjalankan perusahaan dengan melaksanakan pengendalian risiko untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, selamat, dan sehat. 3. Senantiasa berupaya untuk menghemat sumber daya alam, mengutamakan keselamatan, keamanan, dan kesehatan kerja, serta mengendalikan dan mengurangi dampak lingkungan terutama emisi debu melalui kegiatan perbaikan secara terus-menerus. 4. Senantiasa berusaha meningkatkan program untuk menciptakan hubungan kerja sama yang harmonis dengan lingkungan sekitar. Identifikasi Aspek Lingkungan 4.3.1 dan Evaluasi Aspek Lingkungan Penting 4.3.1 1. Kegiatan yang diidentifikasi adalah transportasi dan penyimpanan semen. Kegiatan ini dilakukan saat proses produksi di finish mill. 2. Kegiatan transportasi dan penyimpanan semen diidentifikasi dapat memiliki emisi debu. 3. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan tersebut adalah pencemaran udara dan dapat mempengaruhi lingkungan dan kesehatan masyarakat. 4. Debu yang ditimbulkan pada kegiatan transportasi dan penyimpanan semen ini bersumber dari pengoperasian EP. 5. Transportasi dan penyimpanan semen termasuk kegiatan yang sering dilakukan harian. Kegiatan ini diidentifikasi bernilai 5 pada penilaian tingkat kemungkinan occurance. 6. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dari kegiatan ini memiliki tingkat keparahan bernilai 5. Artinya dampak lingkungan yang terjadi dapat berakibat cidera fatal 6 bulan bila pekerja terpapar debu emisi. 7. Pengendalian yang telah dilakukan adalah pembuatan SOP pengoperasian EP Finish Mill dan perawatan EP. 8. Tingkat keberhasilan dari pengendalian tersebut bernilai 4. Artinya pengendalian tersebut hanya memenuhi sebagian peraturan standar dan memiliki kinerja lingkungan tahunan sebesar 60-79 . 9. Perhitungan Angka Prioritas Resiko RPN: RPN = O x S x D = 5 x 5 x 4 RPN = 100 RPN 64 10. Debu emisi yang ditimbulkan menjadi aspek lingkungan penting. Undang-undang dan Peraturan 4.3.2 Peraturan yang mengatur mengenai debu emisi adalah Keputusan Menteri LH no.Kep-13MENLH31995. Baku mutu total partikel adalah 80 mgm3. Tujuan, Target, dan Program Manajemen Lingkungan 4.3.3 1. Berdasarkan Angka Prioritas Resiko RPN yang melebihi 64, maka perlu dibuat suatu program manajemen lingkungan. 2. Action plan yang dilakukan setelah mengidentifikasi kegiatan tersebut adalah peningkatan melalui program K4LM. Program peningkatan tersebut diberi judul “Penggantian DC Tipe EP dengan Tipe Bag Filter di Finish Mill 3.” 3. Tujuan dari program tersebut adalah untuk memenuhi perundangan tentang nilai ambang batas emisi debu. 4. Sasaran dari program tersebut adalah mengurangi emisi debu yang terbuang sesuai dengan nilai ambang batas 80 mgm 3 5. Program ini direncanakan selesai atau dapat dicapai pada Desember 2009. Namun, program ini tertunda hingga tahun 2010 karena menyesuaikan jadwal . finish mill 4A dan 4B berhenti bersamaan dalam waktu 1 bulan. Program ini selesai pada Juni 2010. Sumberdaya, Peran, Tanggung Jawab, dan Kewenangan 4.4.1 Penanggung jawab pelaksanaan program “Penggantian DC Tipe EP dengan Tipe Bag Filter di Finish Mill 4” adalah dari bagian Mechanic. Pelaksana operasional adalah operator di central control panel yang memiliki kewenangan untuk mengoperasikan alat dan memahami operasional mesin. Kompetensi, Pelatihan, dan Kesadaran 4.4.2 Kompetensi yang dibutuhkan oleh seorang operator adalah mampu dan memahami cara pengoperasian alat. Komunikasi 4.4.3 Komunikasi internal membicarakan rencana penggantian DC tipe EP dengan tipe bag filter, progress report program, dan kontrol operasi alat setelah program selesai. Komunikasi eksternal terkait pelaporan hasil pengukuran emisi cerobong yang ditulis dalam Rencana Kelola Lingkungan – Rencana Pantau Lingkungan RKL-RPL. Dokumentasi 4.4.4 Dokumentasi berupa dokumen SOP pengoperasian EP finish mill dan perawatan EP. Pengendalian Dokumen 4.4.5 Dokumen pengendalian operasi harus update. Ketika DC tipe EP sudah diganti dengan tipe bag filter, maka SOP yang berlaku adalah SOP pengoperasian bag filter. Pengendalian Operasional 4.4.6 Pengendalian operasional alat dilakukan berdasarkan SOP alat yang telah dibuat. Kesiagaan dan Tanggap Darurat 4.4.7 Terdapat 3 upaya dalam kesiagaan dan tanggap darurat, yaitu: 1. Upaya pencegahan dilakukan dengan melaksanakan operasional sesuai SOP 2. Upaya yang dilakukan ketika debu emisi melebihi ambang batas mematikan seluruh sistem dengan segera. 3. Upaya pemulihan memastikan seluruh sistem bekerja kembali secara normal dengan cara pengecekan alat. Pemantauan dan Pengukuran 4.5.1 Debu emisi diukur oleh departemen Hazard Monitoring System menggunakan metode gravimetris-isokinetis dengan cara sampling emisi cerobong. Pengukuran debu emisi dilakukan 6 bulan sekali semesteran. Hasil pengukuran debu emisi cerobong finish mill 3 pada tahun 2005 adalah sebesar 79,64 mgm 3 . Setelah program “Penggantian DC tipe EP dengan tipe Bag Filter” berhasil selesai pada Juni 2010, pengukuran emisi debu kembali dilakukan dan hasilnya menunjukkan terjadinya penurunan emisi menjadi 1 mgm 3 Ketidaksesuaian Non Conformance Report diperbaiki dengan cara menganalisis kesalahan mulai dari awal direncanakannya program, implementasinya, dan pengecekan program. Kemudian dibuatlah tindakan perbaikan dari kesalahan tersebut, dan dibuat pula tindakan pencegahan agar tindakan perbaikan yang direncanakan berhasil dan tidak mengalami kesalahan lagi. . Sumber: Laporan RKL – RPL Maret 2007 dan Laporan RKL – RPL semester II-2010 Evaluasi Penaatan 4.5.2 Jika hasil pemantauan dan pengukuran telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku maka program dinyatakan telah berhasil. Namun bila hasil pemantauan dan pengukuran tidak sesuai dengan peraturan perundang- undangan, maka dinyatakan “tidak sesuai” atau “non-conformance”. Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Tindakan Pencegahan 4.5.3 Pengendalian Rekaman 4.5.4 Rekaman berisi hasil pelaksanaan program dimulai dari pelaksanaan SOP, hasil pengukuran dan pemantauan, hasil audit, dan sebagainya. Audit Internal 4.5.5 Hasil audit yang dilakukan pada semester II-2010 menunjukkan hasil: 1. Perencanaan: Aspek lingkungan penting telah diidentifikasi dan didokumentasikan. a. Telah mengidentifikasi peraturan dan standar, dan telah menerapkannya. b. Penetapan tujuan, sasaran, dan program telah dilakukan. 2. Operasi dan Penerapan: SOP telah tersedia dan sebagian besar telah diterapkan. 3. Pemantauan dan Pengukuran: Kinerja, pemantauan lingkungan, pemenuhan peraturan telah dilaksanakan dan dilaporkan secara periodik. Sumber : Laporan Audit Internal Visit II-2010 Plant 3-4 Tinjauan Manajemen 4.6 Pertemuan manajemen puncak diadakan setahun sekali dengan dihadiri seluruh jajaran direksi dan staf PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. Terkait dengan program “Penggantian DC tipe EP dengan tipe Bag Filter”, hal yang ditinjau oleh manajemen puncak adalah: 1. Hasil audit internal yang menunjukkan tidak adanya NCR terhadap program tersebut. 2. Hasil pemantauan dan pengukuran emisi debu di cerobong finish mill plant 3 menunjukkan angka di bawah ambang batas debu emisi, yang artinya telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3. Tidak adanya keluhan dari pihak eksternal. 4. Kinerja lingkungan yang ditetapkan oleh perusahaan tercapai. 5. Telah tercapainya tujuan dan sasaran dari program tersebut

4.3 Analisis Kinerja Lingkungan Environmental Index