Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas

wajar. 98

B. Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas

berdasarkan Prinsip Good Corporate Governance Namun sekalipun pemegang saham minoritas tidak setuju dengan pelaksanaan peleburan tersebut, hal itu tidak dapat menghentikan proses pelaksanaan peleburan apabila RUPS sudah menyetujuinya. Keberadaan Good Corporate Governance dimulai sejak perekonomian modern yang telah mempengaruhi perekonomian nasional, hal ini menuntut adanya pemisahan manajemen dan pengelolaan perusahaan dari kepemilikan perusahaan.Hal itu sejalan dengan Agency Theory 99 98 Ibid, hlm. 134 yang menekankan pentingnya pemegang saham sebagai pemilik perusahaan untuk menyerahlan pengelolaan perusahaannya kepada tenaga-tenaga professional.Sehingga dalam konsep ini, pemegang saham hanya bertugas mengawasi dan memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh manajemen pengeloa, serta mengembangkan sistem intensif bagi manajemen pengelola untuk memastikan bahwa tenaga kerja yang ditunjuk bekerja bagi peusahaan.Dan keluasan yang dimiliki oleh manajemen pengelola perusahaan dapat disalahgunakan sehingga mengakibatkan kondisi dimana 99 Teori keagenan Agency Theory merupakan sebuah kontrak antara seseorang atau lebih yang menunjuk orang yang untuk menjalankan layanan sesuai dengan kepentingan Principal, yang mencakup pendelegasian beberapa kewenangan pengambilan keputusan kepada Agen. Jensen danMeckling, 1976, dalam McCue dan Prier. Stassart de Visscher 2005 dalam Legrain danAuwers 2006 menjelaskan bahwa, “The supervisory authority thus becomes the principal, which, for reasons of efficiency,delegates part of its mission to specialized implementing parties the agents. Their relation is mainly governed by means of a contract formal or no, which determines therights and obligations of each party, including the results that the principal would like tosee, as well as the resources made available by the principal to enable the agencies tocarry out the assignment given to them”. Dalam Rhumy Ghulam, Agency Theory dalam Sektor Publik di Indonesia,https:www.academia.edu2399719Agency_Theory_dalam_Sketor_Publik_di_ Indonesia_-_Rhumy_Ghulamdiakses pada tanggal 26 Maret 2015, pukul 01.20. pengelola perusahaan memaksimalkan keuntungan bagi dirinya dengan beban dan biaya yang harus ditanggung oleh pemegang saham. 100 Perkembangan perekonomian juga mengakibatkan semakin banyaknya perusahaan yang bergantung pada modal eksten yang berasal dari equity capital dan pinjaman, yang dibutuhkan untuk pembiayaan kegiatan-kegiatan usahanya, melakukan investasi, dan mengembangkan usahanya. Untuk kepentingan tersebut perusahaan perlu member kepastian kepada pemegang saham dan penyandang dana ekstern, bahwa dana-dana tersebut digunakan secara tepat dan efisien, serta manajemen pengelola yang ditunjuk oleh perusahaan bertindak yang terbaik untuk kepentingan perusahaan. Kepastian yang dimaksud hanya dapat diberikan apabila perusahaan menerapkan prinsip-prinsip dasar dalam GCG, karena dengan tercapainya GCG, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kondusif terhadap pertumbuhan usahanya yang efisien dan berkesinambungan. 101 Penerapan GCG pada sektor BUMN merupakan hasil dari kesadaran pemerintah Indonesia bahwa kontribusi BUMN terhadap keterpurukan keuangan dan moneter Negara sangat signifikan.Atas dasar hal tersebut sepanjang tahun 2002 pemerintah memberlakukan beberapa peraturan tentang kewajiban untuk menerapkan corporate governance di lingkungan BUMN. 102 Reformasi pengelolaan perusahaan melalui penerapan prinsip-prinsip pada sektor BUMN ditegaskan dengan dikeluarkannya Keputusan Menteri BUMN 100 Hessel Nogi S. Tangkilisan, Mengelola Kredit Berbasis Good Corporate Governance Yogyakarta: Balairung, 2003, hlm. 11. 101 Johannes Ibrahim, Op,Cit, hlm. 71. 102 Indra Surya dan Ivan Yustiavandana, Penerapan Good Corporate Governance: Mengenyampingkan Hak-Hak Istimewa demi Kelangsungan Usaha Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 115. No.Kep-103MBU2002 tentang Pembentukan Komite Audit bagi Badan Usaha milik Negara pada tanggal 4 Juni 2002, dan selanjutnya peraturan ini ditindak lanjuti dengan memberlakukan Keputusan Menteri BUMN No. 117M- MBU2002 tentang Praktik Good Corporate Governance pada tanggal 1 Agustus 2002. Dan pada tahun 2003 pemerintah telah meratifikasi Undang-Undang BUMN yang didalamnya telah terkandung prinsip-prinsip GCG. 103 Menurut Amin Wijata Tunggal, tata kelola perusahaan merupakan sistem yang mengatur kearah mana kegiatan usaha akan dilaksanaka, termasuk membuat sasaran yang akan dicapai, untuk apa sasaran tersebut dicapai, serta ukuran keberhasilannya. 104 Menurut Hessel Nogi S. Tingkilisan, Corporate Governance adalah sistem yang mengatur, mengelola, dan mengawasi proses pengendalian usaha menaikkan nilai saham, sekaligus sebagai bentuk perhatian kepada stakeholders, karyawan, kreditor dan masyarakat sekitar. Good Corporate Governance berusaha menjaga keseimbangan di antara pencapaian tujuan ekonomi dan tujuan masyarakat. 105 Menurut Organization for Economics Co-Operation and Development, Corporate Governance adalah sekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board dan pemegang saham, dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan.Corporate Governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja.Corporate Governance yang baik dapat memberikan rangsangan bagi 103 Imam Sjahputra dan Amin Widjaja Tunggal, Membangun Good Corporate Governance GCG Jakarta: Harvarindo, 2002, hlm. 2. 104 Amin Wijaya Tunggal, Komite Audit Audit Committee Jakarta: Harvarindo, 2003, hlm.9. 105 Ibid, hlm. 12-13. board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya dengan lebih efisien. 106 Definisi GCG menurut Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-117M-MBU2002 adalah,suatu proses atau struktur yang digunakan oleh BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka waktu panjang dan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders lainnya, berlandaskan peraturan perundang- undangan dan nilai-nilai etika. Sehubungan dengan tidak berlakunya Keputusan Menteri Negara BUMN tersebut yang selama ini digunakan sebagai dasar penerapan GCG, yaitu Keputusan Menteri Negara BUMN Nomor: Kep – 117M-MBU2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang Penerapan Praktik GCG pada Badan Usaha Milik Negara karena digantikan dengan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER- 01 MBU2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara tanggal 1 Agustus 2011, maka definisi GCG berubah menjadi prinsip-prinsip yang mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan etika berusaha. 107 Menurut Johannes Ibrahim, Good Corporate Governance berarti seperangkat aturan yang dijadikan acuan manajemen perusahaan dalam mengelola 106 Imam Sjahputra dan Amin Widjaja Tunggal, Op.Cit.,hlm. 2. 107 Agung Prabudi, Good Corporate Governance, https:www.academia.edu68042791_ Good_Corporate_Governance, diakses pada tanggal 15 Maret 2015, pukul 22.38. perusahaan secara baik, benar, dan penuh integritas, serta membina hubungan dengan para stakeholders, guna mewujudkan visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. 108 1. Akuntabilitas accountability, yaitu kejelasan pembagian tugas wewenang dan tanggung jawab masing-masing organ-organ perusahaan yang diangkat setelah melalui fit and proper test, sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien; Secara umum, prinsip-prinsip dasar yang harus diterapkan perusahaan dalam rangka GCG adalah: 2. Kemandirian independency, yaitu suatu keadaan, perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan, dan pengaruh atau tekanan dari pihak manapun, terutama pemegang saham mayoritas, yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; 3. Transparansi transparancy, yaitu keterbukaan terhadap proses pengambilan keputusan, dan penyampaian informasi mengenai segala aspek perusahaan terutama yang berkaitan dengan kepentingan stakesholders dan public secara benar dan tepat waktu; 4. Pertanggungjawaban responsibility, yatu perwujudan kewajiban organ perusahaan untuk melaporkan kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, dan keberhasilan maupun 108 Johannes Ibrahim, Op.Cit.,hlm. 70. kegagalannya dalam pencapaian visi, misi, tujuan, dan sasaran perusahaan yang telah ditetapkan; dan 5. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak- hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangan-undangan yang berlaku. 109 Forum for Corporate Governance in Indonesia FGCI yang merupakan forum perkumpulan dari asosiasi-asosiasi bisnis dan profesi menjabarkan prinsip- prinsip dasar CGC dalam bentuk konkrit sebagai berikut : 1. Hak-hak para pemegang saham, yang harus diberi informasi dengan benar dan tepat pada waktunya mengenai perusahaan, dapat ikut berperan serta dalam pengambian keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar ata perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan; 2. Perlakuan sama terhadap pemegang saham, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam insider trading; 3. Peranan pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang saham kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan; 109 Ibid.,hlm. 72. 4. Pengungkapan yang akurat dan tepat pada waktunya serta transparansi mengenai semua hal yang terpenting bagi kinerja perusahaan, kepemilikan, serta para pemegang kepentingan stakeholder; 5. Tanggung jawab pengurus dalam manajemen, pengawasan manajemen dan pertanggungjawaban kepada perusahaan dan para pemegang saham. 110 FGCI berpendapat, dari penerapan prinsip-prinsip GCG diharapkan dapat memberi manfaat, antara lain: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders; 2. Mempermudah diperolehya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidakrigid karena faktor kepercayaan yang pada akhirnya akan meningkatkan corporate value; 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia; 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholder value atau deviden. Khusus bagi BUMN akan dapat memantu penerimaan bagi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara terutama hasil privatisasi. 111 Selain itu pada sektor BUMN, yang menjadi tujuan dan manfaat penerapan prinsip Good Corporate Governance terdapat dalam, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01 MBU2011 110 Ibid. 111 Ibid, hlm. 70. Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, maka dapat diketahui tujuan dari penerapan prinsip-prinsip GCG antara lain: 1. Penerapan prinsip-prinsip GCG untuk memaksimalkan nilai BUMN agar BUMN memiliki daya saing yang kuat baik secara nasional maupun internasional, sehingga tujuan BUMN dapat dicapai. 2. Agar BUMN dalam menjalankan usahanya dapat dijalankan secara professional, transparant, efisien, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan kemandirian organ-organ perusahaan. 3. Agar setiap keputusan yang diambil dilandasi oleh nilai moral dan peraturan perundang-undangan yang berlaku, serta memperhatikan kepentingan- kepentingan para stakeholder melindungi hak stakeholders. 4. Meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian nasional. 5. Meningkatkan iklim investasi nasional. 112 Bagi pemegang saham secara khusus, kepentingan mendasar selain mendapat keuntungan adalah perlakuan yang sama dan perlindungan yang seimbang dari perushaan, baik terhadap pemegang saham mayoritas dan juga pemegang saham minoritas. 113 112 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01 MBU2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, Pasal 4. 113 I Nyoman Tjager, Penerapan Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance pada BUMN Jakarta : Kompas, 2004, hlm. 574. Perlindungan ini terutama diperlukan oleh pemegang saham minriotas mengingat bahwa dalam kedudukannya dalam suatu perusahaan, pemegang saham minoritas sering dalam posisi yang lemah. Keberadaan Good Corporate Governance dalam melindungi pemegang saham minoritas adalah suatu tindakan preventif, dimana GCG melindungi pemegang saham minoritas mulai dari dalam tubuh suatu perseroan yang melakukan aktivitas dan melakukan pengelolaan dengan baik dan benar. Pengelolaan dengan baik dan benar adalah dengan menerapkan prinsip-prinsip Good Corporate Goveranance. 114 Penerapan Good Corporate Governance dalam pengelolaan perusahaan dapat memberikan perlindungan terhadap para pemegang saham karena dalam GCG terdapat prinsip-prinsip yang dapat melindungi kepentingan perusahaan, pemegang saham, manajemen, Board of Directors BOD, dan investor serta pihak-pihak yang terkait dengan perusahaan. Ide dasar dari Good Corporate Governance ini adalah memisahkan fungsi dan kepentingan diantara para pihak dalam suatu perusahaan, seperti pihak yang menyediakan modal atau pemegang saham, pengawas, dan pelaksana sehari-hari usaha perusahaan dan masyarakat luas. Dan Good Corporate Governance juga dijadikan sebagai suatu aturan atau standar yang mengatur perilaku pemilik perusahaan, Direksi, manajer, dengan merinci tugas dan wewenang serta bentuk pertanggungjawaban kepada pemegang saham. 115 Perlindungan terhadap pemegang saham menjadi penting karena pemegang saham sering kali hanya mempunyai pengawasan yang kecil atau bahkan sama sekali terhadap perilaku seorang direktur. Investasi meeka akan hilang apabila perusahaan tersebut menjadi insolven. Oleh sebab itu prinsip- 114 Ibid, hlm. 580. 115 M. Irsan Nasarudin dan Indra Surya, Aspek Hukum Pasar Modal Indonesia Jakarta: Prenada Media, 2004, hlm. 241. prinsip GCG seperti akuntabilitas, fairness, dan keterbukaan menjadi hal penting dalam melindungi pemegang saham. 116 Secara khusus dalam pelaksanaan peleburan perusahaan, penerapan keberadaan prinsip akuntabilitas sangat melindungi para pemegang saham khusus pemegang saham minoritas dalam hal perlindungan preventif, sekalipun memang dalam pengambilan keputusan pada akhirnya kembali lagi keberadaan suara Dari penerapan konkrit prinsip-prinsip dasar yang dijabarkan oleh Forum Good Corporate Indonesia dengan jelas terlihat bahwa prinsip GCG memberi perlindungan secara preventif kepada pemegang saham minoritas, dalam hal trasnparansi, para pemegang saham dapat menerima informasi yang benar dan tepat mengenai setiap kinerja perusahaan. Dan dalam hal akuntabilitas, para pemegang saham dapat ikut berperan serta dalam pengambian keputusan mengenai perubahan-perubahan yang mendasar atas perusahaan, dan turut memperoleh bagian dari keuntungan perusahaan dan juga para pemegang saham harus diakui sebagaimana ditetapkan oleh hukum dan kerjasama yang aktif antara perusahaan serta para pemegang saham kepentingan dalam menciptakan kekayaan, lapangan kerja dan perusahaan yang sehat dari aspek keuangan. Selanjutnya juga dalam hal prinsip kewajaranfairness, para pemegang saham mendapat perlakuan yang sama, terutama kepada pemegang saham minoritas dan pemegang saham asing, dengan keterbukaan informasi yang penting serta melarang pembagian untuk pihak sendiri dan perdagangan saham oleh orang dalam insider trading. 116 Bismar Nasution, Kumpulan Makalah untuk Bahan Kuliah Hukum Perusahaan: Pengelolaan Stakeholder Perusahaan Medan: Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara: 2008, hlm 6. pemegang saham minoritas kurang berpengaruh, namun pada akhirnya pernyataan tidak setuju pemegang saham minoritas menjadi pertimbangan untuk melindungi pemegang saham minoritas itu sendiri.

C. Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas atas