Hak dan Kewajiban Pemegang Saham Minoritas dalam BUMN

sering menang dalam mengambil keputusan sering kali bertolak belakang dengan kehendak dan kepentingan pemegang saham minoritas.Padahal bagaimanapun juga pemegang saham minoritas tetaplah pihak yang mempunyai bagian dalam perusahaan meskipun dalam jumlah kecil yang juga berhak mendapat perlindungan, meskipun tidak harus sampai menjadi pihak yang mengatur perusahaan.Pemegang saham minoritas memang merupakan pihak yang rawan eksploitasi. 80

B. Hak dan Kewajiban Pemegang Saham Minoritas dalam BUMN

Persero Sesuai dengan defenisi BUMN yang terdapat dalam peraturan perundang- undangan, baik BUMN dalam bentuk perum dan juga persero, dimana merupakan badan usaha yang seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh pemerintah.Dari pengertian mengenai BUMN yang terdapat didalam peraturan perundang- undangan, dapat disimpulkan bahwa pemegang saham mayoritas dalam BUMN adalah pemerintah dikarenakan pemerintah memiliki komposisi minimal 51 saham.Dan yang berarti pemegang saham minoritas adalah pihak yang bukan pemerintah.Dalam hal ini juga berarti bahwa pemerintah adalah pihak yang mengendalikan perjalanan BUMN atau controlling shareholder, dan pemegang saham minoritas haruslah menghadapi pemerintah dalam BUMN. Antara pemegang saham mayoritas dan pemegang saham minoritas tidaklah terdapat perbedaan hak dalam pelaksanaannya. Karena baik pemegang 80 Munir Fuady, Perlindungan Pemegang Saham Minoritas Selanjutnya disebut Munir Fuady IIJakarta : CV. Utomo, 2005, hlm.1. saham mayoritas dan pemegang saham minoritas tergabung dalam RUPS dan memiliki hak suara dalam RUPS, itu berarti keduanya memiliki kewenangan dan kedudukan yang sama dalam BUMN. Hanya saja yang membuat berbeda antara pemegang saham minoritas dan pemegang saham mayoritas adalah dengan berbedanya komposisi saham yang dimiliki pemegang saham, maka suara mereka terkadang cenderung kurang berpengaruh dalam pemberian suara dalam RUPS. Apabila dilihat dalam pelaksanaan suatu perseroan terbatas, maka terdapat pemisahan antara pemilikan saham dan pengurusan perseroan terbatas.Hal ini yang kemudian menjadi dasar bagi pengembangan Good Corporate Governance.Makin tidak terlibat pemegang saham dalam kegiatan operasional perseroan maka makin tinggi nilai Good Corporate Governance bagi suatu perseroan, tapi tidak dapat dipungkiri bahwa pemegang saham tetap menginginkan control atau pengawasan terhadap jalannya perseroan.Dalam hal ini jelaslah bahwa para pendiri atau pemegang saham memerlukan jaminan dan kepastian bahwa harta kekayaan pribadi mereka tidak diganggu gugat sehubungan dengan kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh perseroan tersebut. Dalam konteks yang demikian berarti pertanggung jawaban pendiri atau pemegang saham menjadi penting karena pendiri atau pemegang saham hanya akan menanggung kerugian yang tidak lebih dari bagian penyertaan yang telah disetujuinya untuk diambil bagian. 81 81 Gunawan Widjaja, Op.Cit., hlm. 65. Dengan demikian tanggung jawab dari pendiri dan pemegang saham dalam pelaksanaan perseroan adalah terbatas. Adanya tanggung jawab terbatas bagi harta kekayaan pribadi pendiri atau pemegang saham, memberikan manfaat kepada pemegang saham, memberikan manfaat kepada saham bahwa tidak setiap kegiatan dari pengurus perseroan terbatas memerlukan pengetahuan bahkan persetujuan dari pendiri atau pemegang saham.Pada akhirnya konteks ini mengurangi peran pemegang saham dan keterlibatannya terhadap kegiatan operasional perseroan, termasuk juga untuk melakukan pengawasan secara terus menerus dan dari waktu ke waktu terhadap jalannya kegiatan pengelolaan perseroan secara langsung.Peran pemegang saham ini pada akhirnya disederhanakan menjadi peran yang diletakkan dalam suatu Rapat Umum Pemegang Saham. 82 Namun pada akhirnya hal itu memberi kebebasan para pengurus untuk mengelola perusahaan dan tak jarang mencari keuntungan bagi perseroan, dengan tetap bertujuan kepada maksud dan tujuan serta kepentingan perseroan. Dan hal itu jugalah yang akhirnya mendasari kebijakan bagi lahirnya “business judgement rule principle” 83 82 Ibid, hlm. 65-66. 83 Doktrin business judgement rule berkembang dalam sistem hukum common law, dimana doktrin ini merupakan perlindungan bagi direksi. Business Judgement Rule menurut Roger LeRoy dan Gaylod A Jentz adalah “A rule that immunizes corporate management from liability for action that result in corporate losses or damages if the action are undertaken in good faith and are within both the power of corporation and the authority of management to make”. Dari pengertian ini dapat dilihat, bahwabusiness judgement rule melindungi direksi dari keputusan bisnis yang merupakan transaksi korporasi, selama hal tersebut dilakukan dalam batas-batas kewenangan yang dimilikinya dengan penuh kehati-hatian dan itikad baik. Dalam Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Hukum Perseroan Terbatas: Kewajiban Pemberitahuan oleh Direksi Bogor: Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 58-59. yang memberikan perlindungan bagi setiap keputusan usaha atau bisnis yang diambil oleh direksi yang telah dilakukan dengan penuh kehati-hatian, dengan itikad baik sesuai dengan maksud dan tujuan serta untuk kepentingan perseroan. Dan sebagai upaya untuk mempertahankan konsep bahwa pendiri atau pemegang saham tetap dapat melakukan pemantauan dan pengawasan maka diberikanlah saham-saham yang merefleksikan seberapa jauh pemegang saham dapat melakukan pemantauan dan pengawasan atau bahkan penentuan kebijakan pengurusan perseroan sesuai dengan maksud dan tujuan perseroan melalui Rapat Umum Pemegang Saham. 84 Dengan keberadaan saham tersebut berarti pemegang saham bertanggung jawab sebatas sahamnya dan dibebaskan dari tanggung jawab secara pribadi atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak memiliki tanggung jawab atas kerugian perseroan melebihi saham yang dimilikinya. Namun hal itu tidak berlaku bagi pemegang saham yang beritikad buruk, yang memanfaatkan harta perseroan secara melawan hukum, hal itu menyebabkan pemegang saham harus bertanggung jawab secara pribadi atas perikatan dan kerugian perseroan terbatas. 85 Hak-hak pemegang saham dalam BUMN persero tidak secara jelas diatur dalam peraturan mengenai BUMN persero, namun pengaturan mengenai hak-hak pemegang saham dalam BUMN terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01 MBU2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara. Hak-hak Pemegang Saham yang terdapat dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor : PER-01 MBU2011 Tentang 84 Gunawan Widjaja, Op.Cit.,hlm. 66. 85 Ibid, hlm. 67. Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, antara lain: 86 1. Mendapatkan perlakuan yang sama setara antar Pemegang Saham. 2. Menghadiri dan mempunyai hak mengemukakan pendapat dalam Rapat Umum Pemegang Saham RUPS. 3. Mendapatkan informasi-informasi yang penting berkaitan dengan BUMN secara tepat waktu, terukur dan teratur. Informasi tersebut antara lain : a. Panggilan untuk RUPS. b. Informasi laporan metode perhitungan, penentuan serta rincian atas gaji, honorarium, fasilitas, tunjangan. c. Informasi mengenai Rencana Kerja Perusahaan dan Anggaran Perusahaan. d. Informasi keuangan perusahaan. e. Informasi yang berkaitan dengan agenda RUPS yang diberikan sebelum dan atau pada saat RUPS berlangsung. 4. Menerima deviden sesuai dengan komposisi modal yang ditanamkan. 5. Menerima sisa kekayaan hasil likuidasi. Adapun hak-hak pemegang saham yang terdapat dalam Peraturan Menteri tersebut tidaklah jauh berbeda dengan yang terdapat dalam Undang-Undang Perseroan terbatas, hal itu dikarenakan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 11 UU BUMN bahwa, terhadap Persero berlaku segala ketentuan dan prinsip-prinsip yang berlaku bagi perseroan terbatas. Oleh karena itu maka untuk melihat hak-hak pemegang saham dalam BUMN persero berlakulah hak-hak pemegang saham yang terdapat dalam UUPT. Pasal 52 ayat 1 UUPT, menyatakan bahwa, saham memberikan hak kepada pemiliknya untuk: 1. menghadiri dan mengeluarkan suara dalam RUPS; 2. menerima pembayaran dividen dan sisa kekayaan hasil likuidasi; 86 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor: PER-01MBU2011 Tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan yang Baik Good Corporate Governance pada Badan Usaha Milik Negara, Pasal 5. 3. menjalankan hak lainnya berdasarkan undang- undang ini. Pelaksanaan hak-hak tersebut hanya dapat dilakukan setelah nama pemegang saham dicatat dalam daftar pemegang saham. Jadi dengan demikian berarti hanya pemegang saham yang namanya tercantum dalam Daftar Pemegang Saham perseroan yang berhak melaksanakan haknya berdasarkan Undang- Undang Perseroan Terbatas. 87 Secara umum hak pemegang saham dapat dibedakan kedalam: 88 1. Hak individual yang melekat pada diri pemegang saham pribadi. Hak individual pemegang saham dalam perseroan terbatas adalah hak yang melekat pada diri pemegang saham, atas tiap lembar saham yang dimilikinya. 2. Hak yang diturunkan dari perseroan, yang dinamakan dengan hak derivative derivative suit atau derivative action. Pengaturan dan yang termasuk dalam hak-hak individual pemegang saham dapat ditemukan dalam UUPT, yaitu : 1. Hak untuk memperoleh saham dari penerbitan saham selanjutnya first right of refusal; Pasal 43 ayat 1UUPT :seluruh saham yang dikeluarkan untuk penambahan modal harus terlebih dahulu ditawarkan kepada setiap pemegang saham seimbang dengan pemilikan saham untuk klasifikasi saham yang sama. Pasal 43 ayat 2 UUPT, dalam hal saham yang akan dikeluarkan untuk penambahan modal merupakan saham yang klasifikasinya belum pernah dikeluarkan, yang berhak membeli terlebih dahulu adalah seluruh pemegang saham sesuai dengan perimbangan jumlah saham yang dimilikinya. 87 Gunawan Widjaja, Op.Cit.,hlm. 69. 88 Ibid, hlm. 69-70. 2. Hak untuk memiliki bukti kepemilikan saham; Pasal 51 jo. 48 ayat 1 UUPT Pasal 51 UUPT, menyatkan bahwa pemegang saham diberi bukti pemilikan saham untuk saham yang dimilikinya. Pasal 48 ayat 1 UUPT, menyatakan bahwa saham Perseroan dikeluarkan atas nama pemiliknya. 3. Hak untuk menjual dan atau mengalihkan dalam bentuk apapun saham yang dimilkinya. Pasal 56 ayat 1 UUPT, menyatakan bahwa pemindahan hak atas saham dilakukan dengan akta pemindahan hak. 4. Hak untuk exit atau keluar menjual atau mengalihkan sahamnya kepada pihak lain dari perseroan terbatas dan hak mendahulu untuk ditawarkan dan untuk membeli saham dari pemegang saham lain yang hendak menjual sahamnya apabila diatur dalam anggaran dasar perseroan. Pasal 57 ayat 1a UUPT menyatakan bahwa, dalam anggaran dasar dapat diatur persyaratan mengenai pemindahan hak atas saham, yaitu keharusan menawarkan terlebih dahulu kepada pemegang saham dengan klasifikasi tertentu atau pemegang saham lainnya. 5. Hak untuk menjaminkan saham-saham tersebut sebagai jaminan utang. Berdasarkan Pasal 60 ayat 2 UUPT, saham dapat diagunkan dengan gadai atau jaminan fidusia sepanjang tidak ditentukan lain dalam anggaran dasar. 6. Hak untuk mengajukan gugatan terhadap Perseroan kepada pengadilan negeri apabila dirugikan; Pasal 61 ayat 1 UUPT mengatur bahwa setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan ke pengadilan negeri apabila dirugikan karena tindakan perseroan yang dianggap tidak adil dan tanpa alasan wajar sebagai akibat keputusan RUPS, direksi, danatau dewan komisaris. 7. Hak untuk meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan Perseroan; Pasal 62 ayat 1 UUPT, menyatakan setiap pemegang saham berhak meminta kepada Perseroan agar sahamnya dibeli dengan harga yang wajar apabila yang bersangkutan tidak menyetujui tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau Perseroan, berupa: a. perubahan anggaran dasar; b. pengalihan atau penjaminan kekayaan Perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persen kekayaan bersih Perseroan; atau c. penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan. 8. Hak untuk memperoleh dividen; Menurut Pasal 70 UUPT, Perseroan wajib menyisihkan jumlah tertentu dari laba bersih setiap tahun buku untuk cadangan. Menurut Pasal 71 UUPT, penggunaan laba bersih termasuk penentuan jumlah penyisihan untuk cadangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 70 ayat 1 UUPT diputuskan oleh RUPS. Pasal 72 UUPT, Perseroan dapat membagikan dividen interim sebelum tahun buku Perseroan berakhir sepanjang diatur dalam anggaran dasar Perseroan. 9. Hak untuk memanggil RUPS; Pasal 79 ayat 2a UUPT, menyatakan bahwa penyelenggaraan RUPS sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dapat dilakukan atas permintaan 1 satu orang atau lebih pemegang saham yang bersama-sama mewakili 110 satu persepuluh atau lebih dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, kecuali anggaran dasar menentukan suatu jumlah yang lebih kecil; Pasal 80 ayat 1 UUPT, menyatakan bahwa dalam hal Direksi atau Dewan Komisaris tidak melakukan pemanggilan RUPS dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 79 ayat 5 dan ayat 7 UUPT, pemegang saham yang meminta penyelenggaraan RUPS dapat mengajukan permohonan kepada ketua pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat kedudukan Perseroan untuk menetapkan pemberian izin kepada pemohon melakukan sendiri pemanggilan RUPS tersebut. 10. Hak untuk mendapat keterangan; Menurut Pasal 82 ayat 4 UUPT, Perseroan wajib memberikan salinan bahan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 kepada pemegang saham secara cuma- cuma jika diminta. 11. Hak untuk hadir dan bersuara dalam RUPS; Menurut Pasal 85 ayat 1 UUPT, pemegang saham, baik sendiri maupun diwakili berdasarkan surat kuasa berhak menghadiri RUPS dan menggunakan hak suaranya sesuai dengan jumlah saham yang dimilikinya. Pasal 144 ayat 1 UUPT, menyatakan bahwa direksi, dewan komisaris atau 1 satu pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara, dapat mengajukan usul pembubaran perseroan kepada RUPS. 89 Selain hak yang sudah disebutkan diatas, hak pemegang saham juga dikategorikan ke dalam: 90 1. Hak untuk melakukan pengendalian terhadap PT; 2. Hak untuk melakukan pengawasan terhadap perseroan terbatas. Hak pengendalian tersebut berlaku bagi pemegang saham pengendali yang pada umumnya merupakan pemegang saham mayoritas dan hak yang disebut terakhir pada umumnya dinikmati oleh pemegang saham minoritas non- pengendali. 91 Karena komposisi saham yang sedikit oleh pemegang saham minoritas, maka hak suara dalam RUPS pun kurang mempengaruhi keputusan yang akan diambil dalam PT, sehingga pemegang saham minoritas pun terlihat seperti pengawas yang melihat pelaksanaan dalam PT. Dimana apabila terdapat pelanggaran maka dengan itu pemegang saham minoritas dapat mengajukan gugatan yang dikenal dengan hak derivatif atau derivative action 92 Ada 2 dua hak derivatif pemegang saham yang dikenal dalam UUPT. Kedua hak derivatif tersebut adalah: . 93 89 Ibid, hlm. 70-77. 90 Ibid, hlm. 77. 91 Ibid. 92 Derivative Action merupakan pengakuan atas perlindungan pemegang saham dari kesalahan manajemen korporasi.Derivative Action adalah gugatan yang dibawa oleh pemegang saham korporasi keapda direksi korporasi dengan menggunakan nama dan untuk kepentingan korporasi tersebut. Kata derivative menunjukkan bahwa hak untuk menggugat tidak dimiliki sebagai pihak dalam perkara, melainkan sebagai turunan korporasi.Hak ini dikatakan sebagai turunan derivasi korporasi karena yang digugat tidak saja melakukan kesalahan yang merugikan pemegang saham secara pribadi, tetapi juga merugikan korporasi. Dalam Freddy Harris dan Teddy Anggoro, Op.Cit.,hlm. 69-70. 93 Gunawan Widjaja, Op.Cit.,hlm. 78. 1. Pasal 97 ayat 6 UUPT, atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota Direksi yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan. 2. Pasal 114 ayat 6 UUPT, atas nama Perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat menggugat anggota Dewan Komisaris yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada Perseroan ke pengadilan negeri. BAB IV AKIBAT HUKUM ATAS KONSOLIDASI BUMN PERSERO TERHADAP PEMEGANG SAHAM MINORITAS

A. Kepemilikan Saham Oleh Pemegang Saham Minoritas Setelah