Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas atas

pemegang saham minoritas kurang berpengaruh, namun pada akhirnya pernyataan tidak setuju pemegang saham minoritas menjadi pertimbangan untuk melindungi pemegang saham minoritas itu sendiri.

C. Perlindungan Hukum terhadap Pemegang Saham Minoritas atas

Konsolidasi BUMN Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia Berbicara tentang perlindungan pemegang saham minoritas minority shareholder protection dalam suatu perseroan terbatas, berarti memasuki salah satu wilayah yang paling sulit dalam hukum perusahaan Indonesia.Banyak teori hukum yang dicoba terapkan kepada persoalan ini dengan ruang jelajah yang tidak begitu jelas dengan memakai standard yang remang-remang.Disamping itu, dalam hal tertentu, untuk melindungi pemegang saham minoritas ini, pihak pengadilan diundang untuk terlibat, padahal pengadilan di Indonesia sudah mempunyai masalah sendiri yang inheren.Karena itu, masalah perlindungan pemegang saham minoritas ini telah menjadi fenomena tersendiri yang tidak habis-habisnya untuk dibahas. 117 Prinsip hak suara yang dianut dalam perseroan terbatas adalah satu saham satu suara one share one vote yang dianggap sebagai demokrasi perusahaan. Pada akhirnya demokrasi perusahaan telah melahirkan tirani mayoritas, satu orang pemegang saham yang memiliki saham perseroan 51 dapat mengalahkan 1000 orang yang apabila dikalkulasikan jumlah saham yang meeka miliki hanya 49. Dan kondisi demikian tidak jarang melahirkan kesempatan penyalahgunaan posisi 117 Munir Fuady I, Op.Cit., hlm. 171. oleh pemegang saham mayoritas yang dapat merugikan pemegang saham minoritas.Dan kondisi ini dapat diperparah oleh pengurus Perseroan Direksi dan Dewan Komisaris yang cenderung berpihak pada pemegang saham mayoritas.Pemegang saham minoritas secara posisi jauh lebih lemah daripada pemegang saam mayoritas. 118 Peraturan perundang-undangan tentang BUMN baik yang terdapat dalam UU BUMN, dan juga PP No. 43 Tahun 2005 tidak memuat pengaturan mengenai perlindungan terhadap pemegang saham minoritas dalam pelaksanaan peleburan BUMN, bahkan perlindungan pemegang saham minoritas atas peristiwa hukum slain yang dilakukan oleh BUMN pun tidak terdapat pengaturannya. Hanya saja di Pasal 7 dari PP No. 43 Tahun 2005 dikatakan bahwa pelaksanaan peleburan haruslah memperhatikan beberapa pihak, yang salah satunya adalah pemegang saham minoritas. Namun mengenai pengaturan lebih lanjut dalam hal apa dan Sebagaimana diketahui bahwa yang menjadi pemegang saham minoritas dalam BUMN adalah pihak yang bukan pemerintah, hal itu dikarenakan kepemilikan saham dalam BUMN dimiliki sebagian atau seluruhnya oleh pemerintah.Hal itu menyebabkan pemegang saham minoritas yang adalah pihak yang bukan pemerintah harus dihadapkan dan terkadang memiliki benturan kepentingan dengan pemegang saham mayoritas yang adalah pemerintah.Dan direksi berserta dewan komsiaris pada hakikatnya diangkat oleh pemerintah dalam BUMN wajar jika pada akhirnya tunduk kepada pemerintah. 118 Tri Budiyono, Op.Cit.,hlm. 98. bagaimana perlindungan terhadap pemegang saham minoritas tersebut dalam BUMN tidak dijabarkan lebih lanjut. Sedangkan dalam UUPT terdapat beberapa pengaturan mengenai perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas. Kembali lagi mengingat pengaturan yang tercantum dalam Pasal 11 dari PP No. 43 Tahun 2005 bahwa dalam pelaksanaan peleburan BUMN menggunakan prinsip-prinsip yang tedapat dalam perseroan terbatas, dan mengingat juga bahwa pada dasarnya BUMN persero adalah sebuah perseroan terbatas, maka perlindungan hukum bagi pemegang saham minoritas yang terdapat dalam UUPT juga berlaku bagi pemegang saham minoritas dalam BUMN. Dalam UUPT terdapat beberapa perlindungan terhadap beberapa hak yang pada akhirnya dapat dijadikan perlindungan bagi pemegang saham, yaitu: 119 1. Hak Menggugat, dalam hal ini setiap pemegang saham berhak mengajukan gugatan terhadap perseroan melalui pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi kedudukan perseroan, jika tindakan perseroan yang merugikan kepentingannya dianggap tidak adil dan dilakukan tanpa alasan yang wajar sebagai akibat dari keputusan RUPS, direksi danatau dewan komisaris. 120 Selain itu, atas nama perseroan, pemegang saham yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan gugatan melalui pengadilan negeri terhadap anggota direksi atau anggota dewan komisaris karena kesalahan atau kelalaiannya 119 Hukum Online.com, Tanya Jawab Hukum Perusahaan Jakarta: Visimedia, 2009, hlm. 44-47. 120 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab IV, Pasal 62. meinmbulkan kerugian yang karena kesalahan atau kelalaiannya menimbulkan kerugian pada perseroan. 121 2. Hak Perlakuan Wajar; sesuai Pasal 62 ayat 1 UUPT bahwa pemegang saham dapat meminta sahamnya dibeli dengan harga wajar jika pemegang saham tidak setuju dengan tindakan perseroan yang merugikan pemegang saham atau perseroan berupa : a. Perubahan anggaran dasar. b. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50 lima puluh persen kekayaan bersih perseroan; atau c. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan 122 3. Hak untuk meminta diadakan RUPS 123 4. Hak atas informasi Perusahaan 124 a. Perseroan melakukan perbuatan melawan hukum yang merugikan pemegang saham atau pihak ketiga; , bahwa pemegang saham dapat meminta kepada direksi melalui permohonan tertulis untuk memeriksa daftar pemegang saham khusus, risalah RUPS dan salinannya, serta laporan tahunan dan salinannya.Selain itu, satu pemegang saham atau lebih yang mewakili paling sedikit 110 satu persepuluh bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara dapat mengajukan permohonan permintaan pemeriksaan terhadap perseroan yang dilakukan dengan tujuan mendapatkan data atau keterangan dalam hal terdapat dugaan bahwa: 121 Ibid, Bab VII, Pasal 92. 122 Ibid, Bab IV, Pasal 62 ayat 2. 123 Ibid, Bab VI, Pasal 79 ayat 2. 124 Ibid, Bab VII, Pasal 103 ayat 3. b. Anggota direksi atau dewan komisaris melakukan perbuatan melwan hukum yang merugikan perseroan, pemegang saham, atau pihak ketiga. Permohonan tersebut diajukan secara tertulis beserta alasannya ke pengadilan negeri, dan permohonan tersebut diajukan setelah pemohon terlebih dahulu meminta data atau keterangan kepada perseroan dalam RUPS dan perseroan tidak memberikan data atau keterangan tersebut. 125 5. Hak untuk meminta pembubaran perseroan, bahwa atas permohonan pemegang saham, pengadilan negeri dapat membubarkan perseroan berdasarkan alasan perseroan tidak dapat dilanjutkan. 126 Salah satu hak yang dimiliki oleh pemegang saham minoritas adalah hak untuk memberikan dissenting opinion, yaitu hak untuk berbeda pendapat, termasuk untuk tidak menyetujui keputusan-keputusan dan tindakan-tindakan tertentu yang dilakukan oleh direksi. 127 Tindakan dissenting opinion ini diwujudkan melalui appraisal rights, yaitu pemegang saham minoritas yang tidak setuju dengan tindakan yang dilakukan oleh direksi boleh memilih jalan lain dengan mempergunakan hak appraisalnya appraisal right, atau yang sering disebut juga dengan istilah dissenters right atau right of dissent, yang merupakan hak untuk keluar dari perusahaan dengan kewajiban perusahaan untuk membeli saham pemegang saham yang keluar tersebut dengan saham yang dinilai appraise pada harga yang pantas. 128 125 Ibid, Bab IX, Pasal 138. 126 Ibid, Bab X, Pasal 146 ayat 1. 127 Ruth Paolin Marbun, Op.Cit.,hlm. 85. 128 Munir Fuady II, Op.Cit., hlm. 177-178. Pengaturan mengenai Appraisal Rights terhadap pemegang saham dalam pelaksanaan peleburan terdapat dalam aturan dari Pasal 62 ayat 1 UUPT, setiap pemegang saham yang tidak setuju terhadap keputusan RUPS mengenai penggabungan, peleburan dan pengambilalihan berhak meminta kepada perseroan agar sahamnya diberi dengan harga wajar.Dalam tata cara konversi saham dari perseroan yang melakukan peleburan kepada perseroan yang baru terbentuk sebagai akibat dari peleburan, selain perbandingan penukaran saham termasuk juga penentuan jumlah pembayaran uang kepada pemegang saham yang meleburkan diri. Pembayaran uang kepada pemegang saham yang meleburkan diri merupakan ganti rugi kepada para pemegang saham yang tidak menghendaki penggabungan atau peleburan tersebut.Dalam hal dilakukan pembayaran kepada para pemegang saham tersebut dengan uang, agar diperhitungkan harga sahamnya menurut nilai yang wajar. 129 1. Penjualan kepada pihak pemegang saham lainnya atau pihak luar perusahaan. Apabila pemegang saham minoritas tidak setuju terhadap peleburan yang terdapat dalam Pasal 62 ayat 1 UUPT tersebut, maka ia dapat meminta agar sahamnya dibeli dengan harga wajar. Penjualan saham-saham dari pemegang saham minoritas tersebut dapat dilakukan kepada: Menurut Pasal 126 ayat 2 UUPT, yaitu apabila pemegang saham minoritas yang tidak setuju terhadap tindakan tersebut tidak dapat menjual sahamnya kepada pihak lain, maka pemegang saham minoritas yang tidak setuju tersebut dapat memaksa perusahaan untuk membeli saham-sahamnya dengan alasan 129 Chatamarrasjid Ais, Op.Cit., hlm. 98. perusahaan tetap melaksanakan rencana yang tidak disetujui oleh pemegang saham minoritas tersebut. 130 2. Penjualan kepada perseroan. Pihak pemegang saham yang tidak setuju terhadap pelaksanaan peleburan dapat meminta kepada perseroan agar sahamnya dibeli kembali sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 62 ayat 1 UUPT.Dan sesuai dengan Pasal 37 ayat 1 UUPT perseroan wajib membeli saham tersebut berdasarkan hak yang dimilikinya, yaitu hak untuk membeli kembali saham-saham perseroan tersebut.Akan tetapi pembelian atas saham yang dilakukan oleh perseroan memiliki batas maksimum, yakni tidak boleh melebihi 10 sepuluh persen dari modal yang ditempatkan. Dan apabila pembelian saham oleh perseroan terhadap saham pemegang saham minoritas yang tidak setuju melebihi jumlah tersebut, maka perseroan wajib mengusahakan saham tersebut dibeli oleh pihak lain pemegang saham lain atau pihak luar. 131 1. Berfungsi sebagai jalan keluar bagi pemegang saham minoritas terhadap perusahaan yang telah berubah secara fundamental, dimana pemegang saham tersebut tidak setuju terhadap perubahan tersebut. Dalam perkembangannya, hak appraisal rights sebenarnya mempunyai dua fungsi yuridis, yaitu sebagai berikut : 2. Berfungsi untuk menjaga keadilan bagi pemegang saham dengan menggunakan institusi hukum berupa hak appraisal ini, mencoba mengusir pihak pemegang saham minoritas dari perusahaan dengan merancang sebuaah 130 Munir Fuady II, Op.Cit.,hlm. 189-190. 131 Ibid.,hlm. 190. perubahan aturan prinsipil yang tidak disenangi oleh pemegang saham minoritas, bahkan sangat merugikan pemegang saham minoritas. 132 Pelaksanaan untuk memperoleh harga wajar itu bermacam-macam. Pertama dapat diukur dengan kinerja masa lalu yang dapat diukur berdasarkan: 133 1. Market price, 134 2. Past earnings, 135 3. Book value, 136 4. Liquidating value, 137 5. Going concern value, 138 Pengadilan pun mengakui kelemahan dan kekuatan daripada metode- metode ini. Metode-metode diatas dianggap kurang tepat dalam memberikan 132 Ibid.,hlm. 193 . 133 Chatamarrasjid, Op.Cit.,hlm. 98 134 Market Price adalah harga yang sedang berlaku di Pasar. Dalam Mohamad Samsul, Pasar Modal dan Manajemen Portofolio Jakarta: Erlangga, 2008, hlm. 114. 135 Investor dan kreditor sering kali mengunakan informasi masa lalu untuk membantu dalam menilai prospek perusahaan, termasuk saham perusahaan, AAA The American Accounting Association [1966] dalam Frank [1969] menyatakan bahwa: “Almost all external users of financial information reported by profitoriented firms are involved in efforts to predict the earnings of the firm for some futureperiod…The past earnings of the firm are considered to be the most important single item of information relevant to the prediction of future earnings. It follows from this that pastearnings should be measured and disclosed in such a manner as to give the user as much aid as practicable in efforts to make this prediction with a minimum of uncertainty.” Pernyataan di atas menyiratkan bahwa earnings masa lalu dianggap menjadi item informasi tunggal paling penting yang relevan untuk prediksi earnings masa depan. Dalam Nur Handayani, “Earning: Review Antara Teori dan Bukti Empiris”, Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis, dan Sektor Publik, Volume 3, No.1, Oktober, 2006, hlm.45. 136 Price Book Value PBV merupakan metode penilaian saham yang berdasarkan pada book value suatu saham.Book value adalah nilai buku yang diperoleh dari harga perolehan aktiva dikurangi dengan akumulasi penyusutan. Untuk mencari nilai book value, digunakan rumus sebagai berikut: �� = �����ℎ�������ℎ������� �����ℎ��������ℎ������� Dalam Lukman Syamsuddin, Manajemen Keuangan Perusahaan Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 75. 137 Liquidating Value atau nilai likuidasi adalah nilai jual dalam keadaan pasar dibubarkan dilikuidasi. Dalam Jopie Jusuf, Analisis Kredit Untuk Account Officer Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007, hlm. 24. 138 Going ConcernValue, adalah nilai perusahaan yang dapat memberikan keuntungan, perusahaan yang beroperasi dengan prospek usaha dimasa yang akan datang yang tidak terbatas. Suatu nilai dengan asumsi perusahaan tetap hidup tanpa batas. Jadi nilai perusahaan dikaitkan dengan kemampuan menghasilkan laba di masa depan, pembagin dividen, dan pertumbuhan usaha di masa yang akan datang yang tidak terbatas. Dalam Hinsa Siahaan, “Analisa Saham Dengan Menggunakan Gordon Model”, Jurnal Kajian Ekonomi dan Keuangan, Volume 7, No, 1, Maret, 2003, hlm. 42. harga saham yang wajar apabila dikaitkan dengan prospek perusahaan di masa depan. Dan dalam perkara beberapa perkara akhirnya, pengadilan memakai metode berdasarkan “Future Earnings”. 139 Dengan demikian inilah yang dapat digunakan pemegang saham minoritas untuk memperoleh perlindungan apabila terjadi kerugian kepada dirinya bilamana terjadi peristiwa hukum peleburam BUMN persero. Namun adapun perlindungan-perlindungan yang diatur bagi pemegang saham minoritas tersebut hanyalah untuk memberikan perlindungan hukum yang sewajarnya kepada pemegang saham minoritas, dan hal itu bukan untuk melindungi pemegang saham minoritas secara berlebihan. Sebab perlindungan hukum terhadap pemegang saham minoritas yang berlebihan dapat menimbulkan “tirani minoritas” yang justru lebih berbahaya daripada “tirani mayoritas”. 139 Chatamarrasjid, Op.Cit.,hlm. 99-101. Future earnings response coefficient FERC sering digunakan sebagai ukuran untuk memprediksi laba di masa yang akan datang, artinya seberapa banyak informasi tentang Future earnings atau Cash flow dikapitalisasi kedalam harga saham. Dalam Etty Murwaningsari, “Pengaruh Kesempatan Pertumbuhan dan Investasi Jangka Panjang terhadap Leverage dan Future Earnings Response Coefficient”, Jurnal Media Riset Bisnis dan Manajemen, Volume13, No. 1, April, 2013, hlm. 3. BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan