Doxa menganggap bahwa adanya konsep perempuan suci membuat takut
Orthodoxa , sehingga mereka membasmi konsep pemujaan yang berpusat pada
perempuan. Doxa sendiri tetap melestarikan konsep perempuan suci ini, mereka percaya bahwa perempuan adalah sumber kehidupan, yang memberikan kehidupan bukan hanya
untuk perempuan saja tapi juga laki-laki.
3.3.8 Feminisme Dekonstruksi pada Simbol The Vitruvian Man
Dalam dekonstruksi Doxa yang mengatakan bahwa The Vitruvian Man melambangkan keharmonisan laki-laki dan perempuan terdapat sebuah resistensi
dominasi laki-laki. Dalam budaya patriarkis, laki-laki selalu mendapat privilese yang lebih dibanding perempuan.
Perempuan identik dengan marginal, subordinate, tergantung, terrepresi, dll. Konsep The Vitruvian Man yang mengetengahkan keseimbangan antara laki-laki
dan perempuan dengan begitu mendekonstruksi adanya dominasi laki-laki sekaligus mereposisikan perempuan ke tempat asalnya.
3.3.9 Feminisme Dekonstruksi pada Simbol Salib
Lambang resmi Priory of Sion adalah salib fleur-de-lis. Salib yang keempat lengannya sama panjang ini merupakan dekonstruksi terhadap salib Orthodoxa. Menurut
Doxa , salib Orthodoxa berkaitan dengan Salib Latin yang batangnya lebih panjang. Salib
ini pertama kali dibuat oleh orang Roma sebagai alat penyiksaan. “Tanda salib” crucifix tercermin dalam nama simbol itu sendiri: cross dan crucifix berasal dari kata kerja bahasa
Latin cruciare yang berarti ‘menyiksa’. Sedangkan salib fleur-de-lis yang disebut salib damai mempunyai arti
keharmonisan antara laki-laki dan perempuan. Hal ini mengindikasikan bahwa antara laki-laki dan perempuan itu sejajar, tidak ada yang dominan maupun yang marginal.
Dengan digunakannya salib ini sebagai simbol resmi Doxa, maka Doxa sudah melakukan resistensi terhadap dominasi laki-laki dengan mendekonstruksi tatanan patiarki
Orthodoxa .
Dengan penggunaan salib fleur-de-lis ini pula, Doxa mereposisikan perempuan menjadi sejajar dengan laki-laki. Bahwa perempuan bukan subordinat laki-laki. Ia
merupakan makhluk yang diciptakan oleh Tuhan untuk menjadi mitra dan pasangan laki- laki, dan bukan untuk menjadi bawahan laki-laki.
3.3.10 Feminisme Dekonstruksi pada Simbol Bintang David
Doxa berargumen jika bintang david adalah penyatuan symbol antara laki-laki
dan perempuan. Pedang adalah simbol kejantanan sedangkan cawan adalah simbol perempuan. Bintang david ini menyatukan keduanya. Yang berarti antara laki-laki dan
perempuan itu sepadan dan saling melengkapi. Dalam tatanan masyarakat patriarkis, perempuan selalu berada dalam posisi di
bawah laki-laki. Ia tidak pernah independen, bahkan bergantung pada laki-laki. Ia merupakan makhluk lemah tidak berdaya, sedangkan laki-laki makhluk kuat dan perkasa,
dan masih banyak lagi oposisi biner yang ditawarkan oleh patriarki. Dengan adanya dekonstruksi tentang bintang David ini, maka Doxa melakukan
resistensi terhadap tatanan patriarki yang ada sekaligus melakukan reposisi terhadap perempuan yang selama ini dimarginalkan oleh sistem OthoDoxa yang patriarkis.
3.3.11 Feminisme Dekonstruksi pada Simbol Ziarah