BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
Sebagai karya yang penuh kontroversi, Novel The Da Vinci Code ini telah banyak dianalisis terutama dari sisi mitologi Kristiani, karena novel ini merupakan buku yang
terbit dengan penuh pujian sekaligus kecaman dari pengikut agama Katolik. Misalnya saja Breaking The Da Vinci Code, Decoding The Da Vinci Code, Cracking The Da Vinci
Code, Beyond The Da Vinci Code , dan lain-lain. Akan tetapi kebanyakan dari mereka
meneliti naskah ini secara intertekstual dengan melihat unsur apa yang ada di teks novel
tersebut dan membandingkannya dengan Injil. Ada pula yang meneliti secara sosiologis yaitu bagaimana pengaruh novel ini terhadap keyakinan penganut agama Kristen.
Sejumlah penelusuran tentang karya-karya Da Vinci juga dilakukan, dan semakin banyak orang berusaha mencari kebenaran tentang novel karya Brown ini. Novel The Da
Vinci Code telah menghipnotis jutaan manusia sehingga mereka lupa bahwa novel
merupakan karya fiksi. Mereka berpikir seolah-olah apa yang ditulis oleh Brown adalah fakta fisik, yang mempunyai kebenaran empiris. Padahal fiksi adalah sebuah ide atau
gagasan, jadi fiksi dan fakta memiliki kodrat yang berbeda. Seperti kata Dahana 2001: 61 bahwa fiksi dan seni, pada akhirnya memiliki posisi yang unik karena mengajak
pembaca melihat dan mencari makna lain yang tersembunyi dari makna umum yang sering mengelabui. Banyak yang mengakui: kebenaran yang dikandung sebuah fiksi atau
umumnya karya seni, lebih dalam dan jitu dari kebenaran empiris. Bahkan
media seperti
National Geographic sampai mengadakan penelitian
tentang novel The Da Vinci Code ini untuk membantu pembaca membedakan antara karya fiksi dan fakta melalui analisis sejarah dan sejarah seni, telaah kitab suci, simbol,
silsilah, dan bahkan kriptografi. Akan tetapi, tampaknya semua penelitian yang dilakukan terhadap novel The Da Vinci Code ini hanyalah berkisar pada keilahian Yesus yang
dinafikkan, pelecehan gereja, dan apakah karya-karya Da Vinci secara implisit menunjukkan adanya tanda-tanda kedua pernyataan tadi. Penelitian akan sosok Maria
Magdalena yang selama ini di-liyan-kan, kemudian sosok liyan ini menjadi diagungkan belum mendapatkan perhatian serius dari pihak manapun. Oleh karena itu penulis tertarik
untuk menganalisis novel The Da Vinci Code ini dengan pendekatan dekonstruksi ─yang
terkenal akan kegunaannya sebagai mata yang bisa melihat hal-hal yang dimarjinalkan ─
dan perspektif feminisme untuk mengkaji sisi dekonstruksi laki-laki melalui reposisi terhadap sosok Maria Magdalena.
2.2. Kerangka Teori