différance sebagai Dekonstruksi terhadap strukturalisme Saussure yang mengagungkan
tuturan. Menurut Derrida différance hanya dipahami lewat tulisan, bukan tuturan. Dari penggabungan difference dan différence tersebut ia ciptakan sesuatu yang baru, yaitu
meletakkan huruf a sebagai jalan tengah untuk keluar dari makna kamus. Dengan kata
lain différance adalah rekonstruksi dari hasil dekonstruksi.
2.2.1.3 Pengaplikasian dan Langkah Kerja
Pendekatan dekonstruksi ini bisa diterapkan dalam menganalisis karya sastra maupun filsafat. Dalam pembacaan karya sastra, dekonstruksi bukan dimaksudkan untuk
menegaskan makna sebagaimana yang biasa dilakukan. Derrida selalu ingin memulai filsafat dekonstruksinya dari hal-hal yang tidak terpikirkan atau hal-hal yang tidak boleh
dipikirkan. Maksudnya, bahwa unsur-unsur yang dilacaknya, untuk kemudian dibongkar, bukanlah hal yang remeh temeh, melainkan unsur yang secara filosofis menjadi penentu
atau unsur yang menjadikan teks tersebut menjadi filosofis Norris, 2006: 12.
Langkah-langkah penerapan pendekatan dekonstruksi, seperti yang disintesakan oleh Rodolph Gasche melalui Norris, 2006:13 adalah sebagai berikut:
o mengidentifikasi hierarki oposisi dalam teks di mana biasanya terlihat peristilahan
mana yang diistimewakan secara sistematis dan mana yang tidak; o
membongkar oposisi biner, yaitu dengan cara membalik oposisi biner— marginal jadi dominan, decentering, sous rature, dan pengubahan perpsektif;
o memperkenalkan sebuah gagasan baru yang ternyata tidak bisa dimasukkan ke
dalam kategori oposisi lama.
Langkah-langkah di atas jelas menunjukkan bahwa pembacaan dekonstruktif berbeda dari pembacaan biasa. Pembacaan biasa selalu mencari makna yang ada dalam teks,
sedang dekonstruksi berupaya untuk membuktikan bahwa makna itu tidak tunggal.
2.2.3. Feminisme Dekonstruksi
Feminisme dekonstruksi mendasarkan pemikirannya pada filsafat Derridean. Brook dalam bukunya “Posfeminisme” mengatakan bahwa teknik dekonstruki Derrida
menjelaskan bahwa jika teori feminis ingin berhasil dalam penentangannya pada wacana alat kelamin sentris hal tersebut tidak bisa dilakukan dari posisi di luar falosentrisme
1997: 112. Falosentrisme adalah neologisme yang diajukan oleh Jacques Derrida yaitu
mengistimewakan phallus atau penis sebagai simbol kekuasaan. Berarti, falosentrisme ini adalah suatu kecenderungan untuk memandang kehidupan dan mendefinisikan segala
sesuatu dengan menggunakan perspektif laki-laki Budianta, 2002: 207. Grosz dalam Brook 1997: 113 mengatakan bahwa ada dua sumbangsih Derrida
pada feminisme. Yang pertama, proyek dekonstruktif Derrida memperhalus dan mengembangkan tantangan terhadap falosentrisme yang mendasarkan diri pada oposisi
biner logosentrisme di mana privilese berada di tangan laki-laki. Sedangkan yang ke dua, dekonstruksi Derrida dengan differancenya membuka komitmen politis dari berbagai
wacana umum. Dekonstruksi Derrida yang menghilangkan adanya dikotomi dan memusatkan
perhatian pada hal-hal yang bersifat marginal membantu feminisme mendukung perjuangan perempuan untuk melawan patriarki. Patriarki mengacu pada sistem sosial