perempuan. Dekonstruksinya menjadi The Vitruvian Man melambangkan keharmonisan laki-laki dan perempuan. The Vitruvian Man adalah sebuah lukisan tentang tubuh
manusia karya Leonardo Da Vinci. Lukisan ini dianggap sebagai gambar yang paling tepat secara anatomi pada zamannya, gambar ini telah menjadi ikon kultur zaman
modern, karena kini gambar itu muncul pada poster-poster, tatakan mouse, dan kaos di seluruh dunia. Lukisan terkenal itu terdiri atas sebuah lingkaran sempurna, di dalamnya
ada seorang lelaki bugil di mana kedua lengan dan tungkainya terentang seperti elang telanjang. Lingkaran dalam gambar tersebut merupakan elemen kritis yang hilang. Ia
adalah simbol dari perlindungan feminine, lingkaran di luar tubuh bugil seorang lelaki itu melengkapi pesan yang dimaksud Da Vinci— keharmonisan antara lelaki dan perempuan.
3.2.9 Dekonstruksi pada Paradoxa tentang Salib
Paradoxa Orthodoxa Doxa
Salib Traditional long-
stemmed Christian cross. Langdon was always
surprised how few Christian who gazed
upon the crucifix realized their symbol’s violent
history was reflected in very its name: “cross”
and the “crucifix” cam from the Latin verb
cruciare—
to torture. Brown, 2003: 156
“All I can tell you is that equal- armed crosses like this one are
considered peaceful crosses. Their square configurations make them
impractical for use in crucifixion, and their balanced vertical and
horizontal elements convey a natural union of male and female, making
them symbolically consistent with Priory philosophy” Brown, 2003:
157.
Equal-armed cross yang diceritakan di atas adalah kunci fleur-de-lis kepunyaan
Priory of Sion yang berhasil ditemukan oleh Sophie pada saat di museum Louvre. Jika dilihat sepintas, fleur-de-lis menyerupai salib biasa, tetapi sesungguhnya salib itu
mempunyai arti tersendiri. Salib seperti itu disebut salib damai karena terdapat keseimbangan antara sumbu vertikal dan horisontalnya, oleh karena itu mengandung
unsur penyatuan alamiah antara laki-laki dan perempuan. Dari kutipan tadi, Doxa ingin mendekonstruksi tatanan patriarki yang ada melalui decentering:
Dengan decentering, antara laki-laki dan perempuan tidak ada yang menjadi pusat. Tidak ada yang dominan dan marginal, semuanya seimbang. Hal ini berlawanan
dengan hierarki oposisi biner yang biasanya melekat pada patriarki.
3.2.10 Dekonstruksi Doxa pada Dominasi Laki-laki Melalui Bintang David
Doxa mendekonstruksi dominasi laki-laki dengan simbol Bintang David. Seperti
tertuang dalam petikan berikut: The blade and chalice.
Fused as one. The star of David… The perfect union o male and female… Solomon’s
Seal…marking the Holy of Holies, where the male and female deities— Yahweh and Shekinah—were thought to dwell. Brown, 2003: 481
Doxa berargumen jika bintang david adalah penyatuan symbol antara laki-laki
dan perempuan. Pedang adalah simbol kejantanan sedangkan cawan adalah simbol perempuan. Bintang david ini menyatukan keduanya. Yang berarti antara laki-laki dan
perempuan itu sepadan saling melengkapi. Dekonstruksi yang digunakan oleh Doxa melalui bintang david ini adalah dengan decentering.
Dengan decentering, posisi laki-laki yang dalam hierarki oposisi biner yang patriarki akan goyah, sehingga laki-laki tidak lagi menjadi dominan atau pusat.
3.2.11 Dekonstruksi Doxa pada Konsep Ziarah