Pentingnya Pendidikan bagi Manusia
3. Pentingnya Pendidikan bagi Manusia
Pendidikan merupakan suatu keharusan bagi manusia karena pada hakikatnya manusia lahir dalam keadaan tidak berdaya dan tidak langsung dapat berdiri sendiri, dapat memelihara dirinya sendiri.
Pendidikan merupakan modal pokok kemampuan yang permulaannya memungkinkan manusia mempertahankan dan mengembangkan hidupnya. Sesuai dengan hakekatnya manusia pada saat lahir sepenuhnya memerlukan bantuan orang tuanya, karena itu pendidikan merupakan bimbingan orang dewasa mutlak diperlukan manusia anak sebagai titipan Tuhan
Yang Maha Esa kepada orang tuanya untuk mendidiknya, membesarkannya menjadi manusia dewasa yang penuh tanggung jawab, terutama tanggung jawab moral.
Lebih lanjut lagi manusia sebagai individu bahwa kehidupan tidak hanya berjalan secara duniawi saja, tapi masih ada kehidupan lanjut alam rohani. Dalam kegiatan pendidikan, maka perlu memperhatikan segi-segi kehidupan moral, religi dan kesehatan jiwa. Oleh karena itu, pendidikan dapat membantu seorang individu dapat mengatasi segala permasalahan hidup, mengatasi jenis konflik kejiwaan, meningkatkan kemampuan individu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta dengan segala jenis masalah kesulitan dan perubahan nilai-nilai.
Manusia tidak saja hidup sebagai individu yang mempunyai kebebasan dan hak-haknya sebagai individu, namun manusia hidup pula dalam ikatan kerja sama dengan sesama manusia yang disebut kehidupan bermasyarakat atau bersosialisasi.
Melihat pada tataran demikian, maka pendidikan dalam prakteknya berbentuk pergaulan antara pendidik dan anak didik, namun tentu suatu pergaulan yang tertuju kepada tujuan pendidikan yaitu manusia mandiri, memahami nilai, norma-norma susila dan sekaligus mampu berperilaku sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma tersebut. Proses mempengaruhi adalah proses psiko social yang berlangsung antara individu yang satu dengan individu yang lain karena manusia adalah makhluk sosial.
Situasi pergaulan biasa antara orang dewasa dengan anak dapat berubah atau diubah menjadi situasi pendidikan jika terpenuhi dua sifat pergaulan pendidikan, yaitu jika orang dewasa secara sengaja dan mempengaruhi anak agar mencapai kedewasaan. Peryataan tersebut didukung oleh M.J. Langeveld, bahwa situasi pergaulan bisa saja dikatakann sebagai situasi pendidikan, atau malah sebaliknya situasi pendidikan bisa saja menjadi situasi pergaulan biasa. “Pergaulan itu seakan-akan disediakan untuk memungkinkan munculnya gejala pendidikan dan ... yang setiap w aktu pula bersedia “menyimpan kembali” gejala pendidikan itu”.
Selain itu pula, menurut Jan Ligthart pendidikan itu didasari oleh kasih sayang yang merupakan sumber bagi dua syarat yang lain yaitu kesabaran dan kebijaksanaan. Sikap kesabaran sangat diperlukan untuk menghadapi anak karena sikap tidak sabar atau lekas marah tidak akan menggairahkan kejiwaan anak. Lagi pula hasil pendidikan kita tidak dapat dengan segera kita saksikan dalam satu dua tahun. Hasil pendidikan, baru dapat kita nilai bila anak telah mencapai kedewasaannya. Karena dalam hal tersebut harus memerhatikan tingkatan perkembangan kognitif anak didik berdasarkan jenis usianya sesuai dengan suatu proses genetik, yaitu suatu proses yang didasarkan atas mekanisme biologis perkembangan sistem syaraf. Dengan makin bertambahnya umur seseorang, maka makin komplekslah susunan sel syarafnya dan makin meningkat pula kemampuannya.
Mengacu pada hal demikian tentu saja, anak didik usia sekolah dasar (masuk pada tahap operasional konkrit, 7/8 -11/12 tahun) akan memiliki pengaruh yang luar biasa dalam kegiatan pendidikannya. Secara pedagogik baik teoritis maupun praktik, maka guru harus mampu mengarahkan dan memberikan pengajaran yang luar biasa. Acap kali pada tahap ini siswa masih dalam tahap kemungkinan secara peniruan.
Ciri pokok perkembangan pada tahap ini adalah anak sudah mulai menggunakan aturan- aturan yang jelas dan logis, dan ditandai adanya reversible dan kekekalan. Anak telah memiliki kecakapan berpikir logis, akan tetapi hanya dengan benda-benda yang bersifat konkret. Operation adalah suatu tipe tindakan untuk memanipulasi objek atau gambaran yang ada di dalam dirinya. Karenanya kegiatan ini memerlukan proses transformasi informasi ke dalam dirinya sehingga tindakannya lebih efektif. Anak sudah tidak perlu coba-coba dan membuat kesalahan, karena anak sudah dapat berpikir dengan menggunakan model "kemungkinan" dalam melakukan kegiatan tertentu. Ia dapat menggunakan hasil yang telah dicapai sebelumnya. Anak mampu menangani sistem klasifikasi.
Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip- Namun sungguhpun anak telah dapat melakukan pengklasifikasian, pengelompokan dan pengaturan masalah (ordering problems) ia tidak sepenuhnya menyadari adanya prinsip-
Melihat pada tahap perkembangan tersebut, maka secara tidak langsung ini menyadarkan akan pentingnya sebuah imu mendidik/ Pedagogik untuk setiap orang, tanpa terbatas pada identitas sebagai calon guru. Karena sebenarnya kita semua akan atau mungkin anda yang telah memiliki keluarga telah menjadi seorang pendidik. Kita menyadari dan mengetahui pada dasarnya manusia mempunyai naluri untuk mendidik tanpa mempelajari teori, buktinya banyak orang tua berhasil mendidik anak mereka sampai kesuksesan, tanpa mempelajari pedagogik, namun teoripun lahir dari praktek di lapangan. Dengan adanya pendidikan yang dimulai dari rumah secara kuat, maka kemungkinan kecil peristiwa bullying di tingkat sekolah dasar akan bisa terhindarkan dan teratasi.