Keterampilan Berpikir Abad 21

1. Keterampilan Berpikir Abad 21

Keterampilan berpikir merupakan salah satu kecakapan hidup yang perlu dikembangkan dalam proses pendidikan. Hal tersebut berkesesuaian dengan kompetensi yang dibutuhkan pada abad ke-21. Kompetensi tersebut meliputi kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif, kompetensi berkomunikasi dan berkolaborasi, serta kemampuan menguasai teknologi informasi dan komunikasi.

Menurut De Bono (2007), keterampilan berpikir merupakan perpaduan antara keterampilan mental dan kecerdasan dengan pengalaman. Sedangkan Marzano (1992) menyebut keterampilan berpikir sebagai “Habits of Mind”. Habits of mind digunakan sebagai respons terhadap pertanyaan dan jawaban masalah yang tidak segera diketahui. Karena atribut kritis dari kecerdasan manusia bukan hanya memperoleh pengetahuan tetapi juga mengetahui bagaimana mengamalkannya.

Dari kedua pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa keterampilan berpikir merupakan suatu aktifitas mental untuk memperoleh pengetahuan berdasarkan pengalaman yang kemudian dapat tercermin dari pola perilakunya.

Berdasarkan prosesnya, berpikir dapat dikelompokkan kedalam dua kelompok yaitu berpikir dasar dan berpikir kompleks. Proses berpikir dasar ini merupakan gambaran dari proses berpikir rasional (meliputi menghafal, membayangkan, mengelompokan, mengorganisasikan, membandingkan, mengevaluasi, menganalisis, mensintesis, mendeduksi dan menyimpulkan) yang mengandung langkah dari yang sederhana menuju yang kompleks. Sedangkan berpikir kompleks disebut proses berpikir tingkat tinggi yang terdiri dari berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan. (Tawil, M & Liliasari, 2013: 4).

Menurut Johnson, E.B. (2011: 183), dalam masyarakat modern, anak-anak harus menguasai keterampilan berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Keterampilan berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi ini berkaitan dengan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi, Menurut Johnson, E.B. (2011: 183), dalam masyarakat modern, anak-anak harus menguasai keterampilan berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi. Keterampilan berpikir dalam tingkatan yang lebih tinggi ini berkaitan dengan berpikir kritis dan berpikir kreatif. Berpikir kritis merupakan sebuah proses yang terarah dan jelas yang digunakan dalam kegiatan mental seperti memecahkan masalah, mengambil keputusan, membujuk, menganalisis asumsi,

Akan tetapi kenyataannya guru di sekolah tidak secara konsisten menghadapkan siswa pada situasi yang mengharuskan mereka berpikir kritis maupun berpikir kreatif. Pembelajaran terkadang hanya pada tataran aktivitas menghafal maupun mengingat. Untuk itu dalam melatih keterampilan berpikir kompleks, guru senantiasa harus membangun lingkungan kelas yang mendorong dan melatih cara berpikir tingkat tinggi. Keterampilan berpikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skill ) dapat mulai dibangun pada jenjang sekolah dasar yang disesuikan dengan tingkat perkembangan usia dan kompleksitasnya.

Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam pengajaran keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah di sekolah antara lain adalah sebagai berikut:

a) keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah tidak otomatis dimiliki siswa

b) keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah bukan merupakan hasil langsung dari pengajaran suatu bidang studi

c) pada kenyataannya siswa jarang melakukan transfer sendiri keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah ini, sehingga perlu adanya latihan terbimbing

d) pengajaran keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah memerlukan model pembelajaran yang berpusat kepada siswa (student-centered). Selain beberapa prinsip di atas, satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam pengajaran

keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah adalah perlunya latihan-latihan yang intensif. Seperti halnya keterampilan yang lain, dalam keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah, siswa perlu mengulang untuk melatihnya walaupun sebenarnya keterampilan ini sudah menjadi bagian dari cara berpikirnya. Latihan rutin yang dilakukan siswa akan berdampak pada efisiensi dan otomatisasi keterampilan berpikir dan strategi pemecahan masalah yang telah dimiliki siswa. Dalam proses pembelajaran di kelas, guru harus selalu menghadapkan siswa pada berbagai macam variasi permasalahan untuk dipecahkan, agar keterampilan berpikir dan strategi dalam pemecahan masalah siswa semakin meningkat.

Keterampilan berpikir dapat membantu seseorang memahami bagaimana ia memandang dirinya sendiri, memandang dunia, dan bagaimana ia berhubungan dengan orang lain. Melalui keterampilan berpikir, seseorang dapat menganalisis pemikirannya sendiri untuk memastikan bahwa ia telah menentukan pilihan dan menarik kesimpulan dengan tepat. Sebaliknya, orang yang tidak memiliki keterampilan berpikir, maka ia tidak dapat memutuskan apa yang harus dipikirkan, apa yang harus dipercaya, keputusan apa yang perlu diambil, dan bagaimana ia harus bertindak. Pada akhirnya, orang yang tidak memiliki keterampilan berpikir akan mengadopsi keyakinan dan menerima apapun pendapat orang lain secara pasif tanpa mempertimbangkan terlebih dahulu.