Konsep Pendidikan

2. Konsep Pendidikan

Berbagai konsep pendidikan yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara hakikatnya dideduksi dari konsep-konsep filsafat umum sebagaimana telah dideskripsikan pada empat tabel di atas. Dapat dikatakan, bahwa konsep-konsep pendidikan tersebut adalah aplikasi konsep-konsep filsafat umum – yaitu konsep hakikat realitas, hakikat manusia, hakikat pengetahuan dan hakikat nilai – dalam rangka menjawab permasalahan pendidikan.

Ditemukan dua belas konsep pendidikan dari Ki Hadjar Dewatara, yaitu:

1. Asumsi perlunya pendidikan bagi manusia.

2. Asumsi perlunya pendidikan nasional.

3. Asumsi manusia mau dan mampu mendidik.

4. Asumsi manusia dapat dididik.

5. Arti pendidikan.

6. Ari Pengajaran.

7. Kekuasaan Pendidikan.

8. Tujuan Pendidikan.

9. Isi pendidikan (kurikulum).

10. Metode dan alat pendidikan.

11. Peranan pendidik dan anak didik.

12. Trisentra atau tripusat pendidikan.

Tabel 1.5 Konsep Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara

HAKIKAT

KONSEP

Asumsi Perlunya  Kodrat (sifat bawaan) manusia: dilahirkan dengan Pendidikan

bekal kekuatan kodrati yang lengkap tetapi belum semuanya sempurna.

 Kodrat manusia mengandung potensi baik dan jahat, adapun dharma manusia adalah mewujudkan kemanusiaan.

 Hidup manusia tidak cukup secara instingtif saja, tetapi perlu berdasarkan trisakti jiwa, adapun trisakti jiwa harus dicerdaskan.

 Pendidikan dapat memerdekakan manusia, baik

secara individual maupun sosial.

Asumsi Perlunya  Makhluk sosial berada dalam sirkel yang Pendidikan

konvergen.

Nasional  Suatu bangsa tidak cukup merdeka dalam bidang politik saja, tetapi harus merdeka pula dalam bidang kebudayaannya.

 Kelangsungan eksistensi bangsa kita terancam apabila kultur bangsa kita terdesak oleh kebudayaan bangsa lain.

Asumsi Manusia  Insting untuk memelihara dan memperbaiki mau dan Mampu

keturunan (oerinstinct).

Mendidik  Insting pedagogik (pedagogical instinct).  Setiap orang tua merasa terperintah oleh Tuhan

keturunannya.  Cinta kasih.  Intuisi pedagogik.  Trisakti jiwa membuahkan kebudayaan (ilmu

pendidikan), sehingga pendidikan diselenggarakan dengan disadari.

Asumsi Manusia

 Bekal potensi yang bersifat baik.

Dapat Dididik

 Makhluk sosial,  Makhluk berbudi dan bermoral.

Arti Pendidikan  Luas: Pengalaman hidup yang berpengaruh positif

bagi kemajuan seseorang.  Terbatas:

Pendidikan adalah usaha kebudayaan berupa pemeliharaan, tuntunan, perjuangan dan pembangunan untuk mempertinggi derajat kemanusiaan menuju sempurnanya hidup manusia, yaitu hidup tertib damai – selamat dan bahagia (humanisasi atau pembudayaan).

Arti Pengajaran

Dua pengertian pengajaran:

 Salah satu jalan pendidikan dengan cara memberi ilmu pengetahuan dan kecakapan agar anak didik cerdas fikirannya. Karakteritiknya: Berdasarkan kolonnialisme, intelektualistik, materialistik, dan individualistik.

 Salah satu jalan pendidikan melalui sistem among agar anak didik cerdas budipekertinya. Karakteristiknya: Berdasarkan kultural nasional, bersemangat keluhuran budi, mencerdaskan budi pekerti, dan kekeluargaan.

Kekuasaan  Pendidikan berkuasa mempengaruhi laku Pendidikan

hidupnya anak didik, tetapi tidak maha kuasa terhadap hidupnya anak didik, karena terbatasi oleh kodratnya anak didik. Kekuasaan pendidikan ibarat “paman tani” dalam mempengaruhi tumbuhnya tanaman.

Tujuan Pendidikan  Mempertinggi derajat kemanusiaan menuju sempurnanya hidup manusia, yaitu hidup tertib dan damai - selamat dan bahagia (beriman dan bertakwa kepada Tuhan; manunggaling kawula lan Gusti).

Penjabaran tujuan: Mewujudkan potensi peserta didik agar menjadi manusia merdeka; berbudi pekerti, memiliki Penjabaran tujuan: Mewujudkan potensi peserta didik agar menjadi manusia merdeka; berbudi pekerti, memiliki

Kurikulum (Isi Prinsip-prinsip kurikulum (isi pendidikan): Pendidikan)

 Dirancang untuk menuntun perkembangan

manusia seutuhnya.  Bersifat kebangsaan dan kultural nasional.  Berpusat pada alam individu, alam kebangsaan

dan alam kemanusiaan.  Pengetahuan: pewarisan (pengetahuan sebagai

hasil) dan penemuan (pengetahuan sebagai proses).

 Bertahap dan maju berkelanjutan.  Kontekstual (Heimatprinzipe).  Bersifat memerdekakan, menggempur dan

membangun.  Mungkin berubah, tetapi dengan tetap

mengaplikasikan azas Tri-Kon.  Bermanfaat untuk keperluan lahir batin dalam

hidup bersama.  Bahasa pengantar: bahasa Ibu, bahasa Indonesia

(catatan: bahasa asing dapat digunakan sesuai keperluan).

Metode dan Alat

 Metode Among.

Pendidikan  Metode: ngerti, ngrasa, nglakoni (Tringa). Ini dikenal pula sebagai metode: syariat, hakikat, tarikat dan makrifat.

 Menolak alat pendidikan berupa paksaan, perintah dan hukuman yang tidak setimpal dengan kesalahan anak. Penggunaan alat pendidikan harus didasarkan dan diarahkan kepada terwujudnya tertib dan damai (orde en vrede).

Peranan Anak  Peranan anak didik: bebas mewujudkan berbagai Didik dan

potensinya dalam rangka mempertinggi derajat Pendidik

kemanusiaannya agar hidup merdeka, tertib damai - selamat bahagia.

 Peranan guru/pendidik:

- Mengajar dan mendidik atau memimpin (pengajar ilmu dan penuntun laku). - Tut wuri handayani. - “Berhamba” kepada sang anak. - Pejuang yang bersemangat menggempur dan

membangun. - Bekerja atas dasar panggilan jiwa, idealisme

dan ilmu.

Tri-Sentra  Pendidikan diselenggarakan secara terpadu di tiga alam (alam keluarga, alam perguruan dan alam pergerakan kepemudaan).