Pendekatan Brain Based Learning

2. Pendekatan Brain Based Learning

Hasil penelitian mutakhir menunjukkan bahwa otak manusia terdiri dari milyaran sel aktif yang disebut neuron. Gordon Dryden (2000:114) mengemukakan bahwa otak manusia memiliki 100 miliar sel aktif, masing-masing memiliki hingga 20.000 koneksi. Selain itu, menyatakan bahwa sejak hari-hari pertama kehidupan, sel-sel tersebut membentuk koneksi belajar (atau sinapsis) dengan kecepatan yang luar biasa yakni 3 miliar perdetik. Koneksi tersebut adalah kunci dari kekuatan otak.

Pada tahun 1970, Paul Mc.Clean mulai memperkenalkan konsep Triune Theory yang mengacu pada proses evolusi tiga bagian otak manusia. Dalam hipotesisnya, McClean menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian penting yaitu otak besar (neokorteks), otak tengah (sistem limbik), dan otak kecil (otak reptil) dengan fungsi masing-masing yang Pada tahun 1970, Paul Mc.Clean mulai memperkenalkan konsep Triune Theory yang mengacu pada proses evolusi tiga bagian otak manusia. Dalam hipotesisnya, McClean menyatakan bahwa otak manusia terdiri dari tiga bagian penting yaitu otak besar (neokorteks), otak tengah (sistem limbik), dan otak kecil (otak reptil) dengan fungsi masing-masing yang

Berawal dari gagasan-gagasan dari para ahli tersebut, para praktisi pendidikan mulai tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penerapan brain based learning. Salah satu praktisi pendidikan yang meneliti penerapan brain based learning adalah Ozden and Gultekin ( http://ejse.southwestern.edu ) pada tahun 2004 di Kutahya Abdurrahman Pasa Primary School, Turki. Penelitian tersebut menghasilkan sebuah temuan yaitu pendekatan brain based learning tampaknya lebih efektif dibandingkan dengan pengajaran tradisional dalam meningkatkan prestasi akademik dan retensi ilmu pengetahuan siswa.

Kemudian pada tahun 2007 Smith (http://www.Learning-Journal.com), College of Charleston, United States America mengadakan penelitian ya ng berjudul “Using Action Research to Evaluate the use of Brain Based Teaching Strategies in the Classroom”. Penelitian tersebut memperoleh temuan-temuan yaitu bahwa brain based learning dapat menantang siswa untuk berkompetisi, serta mengembangkan berpikir kritis. Brain based learning juga membuat guru dengan siswa menjalin interaksi yang baik dan meningkatkan efektivitas pembelajaran siswa, tetapi pada penelitian ini masih nampak kurangnya pengetahuan guru tentang pendekatan brain based learning ini yang terlihat dalam metode mengajar para guru yang diamati.

Pendekatan Brain based learning merupakan pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam proses pembelajaran dengan tujuan mengoptimalkan potensi otak siswa yang dapat diselaraskan dengan cara kerja otak. Jensen (2008, hlm. 12) mengungkapkan bahwa “pendekatan brain based learning merupakan pembelajaran yang diselaraskan dengan cara otak yang didesain secara alamiah untuk belajar”.

Sejalan dengan pendapat Jensen, Given B. K. (2007) mengemukakan kegiatan belajar- mengajar dalam brain based learning mengembangkan lima sistem pembelajaran berdasarkan potensi otak secara alamiah. Oleh karena itu, dalam pembelajarannya guru harus mampu mengembangkan lima sistem pembelajaran tersebut. Adapun penjelasan dari kelima sistem pembelajaran yang dikemukakan oleh Given, B.K. yaitu sebagai berikut:

a. Sistem pembelajaran emosional Sistem pembelajaran emosional otak menentukan individualitas seseorang dan menata panggung baginya untuk berinteraksi dengan orang lain, belajar, berperilaku, dan mencerminkan keadaannya. Guru dapat menunjukkan antusiasme yang tulus kepada siswa serta mampu membantu siswa dalam menemukan hasrat untuk belajar.

b. Sistem pembelajaran sosial Kecenderungan alamiah sistem pembelajaran sosial adalah hasrat untuk menjadi bagian dari kelompok, untuk dihormati, dan untuk menikmati perhatian dari yang lain. Pembelajaran yang dirancang harus mampu menciptakan keakraban seperti halnya melakukan diskusi kelompok. Guru dapat berkolaborasi dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah yang nyata.

c. Sistem pembelajaran kognitif Sistem pembelajaran kognitif adalah sistem pemprosesan informasi pada otak, dimana sistem pembelajaran kognitif otak paling banyak menerima perhatian karena sistem ini berhubungan dengan membaca, menulis, berhitung, dan semua aspek lain dalam pengembangan kecakapan akademis. Guru dapat membantu siswa menemukan alternatif- alternatif pemecahan masalah yang mereka hadapi.

d. Sistem pembelajaran kinestetik

Sistem pembelajaran kinestetik merupakan sistem yang menyukai tugas akademis menantang seperti olahraga, berlatih, mengilhami dan mendukung partisipasi aktif untuk meraih sukses. Sistem pembelajaran kinestetik perlu terlibat aktif, karena sistem ini tidak bisa memproses informasi secara pasif untuk kemudian dikeluarkan kembali dalam ujian. Hal ini berkaitan dengan aktivitas pembelajaran yang dilakukan siswa harus melibatkan aktivitas fisik/jasmani.

e. Sistem pembelajaran reflektif Sistem ini melibatkan pertimbangan pribadi terhadap pembelajarannya sendiri. Ia menimbang-nimbang prestasi dan kegagalannya, serta menanyakan mana yang berhasil, mana yang tidak, dan mana yang perlu ditingkatkan dalam pembelajarannya.

Pendekatan Brain based learning memiliki tujuh tahapan dalam pembelajaran diantaranya yaitu tahap pra-pemaparan, persiapan, inisiasi dan akuisisi, elaborasi, inkubasi dan memasukkan memori, verifikasi dan pengecekan keyakinan, serta tahap perayaan dan integrasi. Adapun pemaparan dari tiap tahapan tersebut sebagai berikut.

a. Tahap Pra-Pemaparan Tahap ini memberikan sebuah ulasan kepada otak tentang pembelajaran baru sebelum benar-benar menggali lebih jauh. Pra-pemaparan membantu otak membangun peta konseptual yang lebih baik.

b. Tahap Persiapan Tahap ini merupakan tahap kita dalam menciptakan keingintahuan atau kesenangan. Hal ini mirip dengan “mengatur kondisi antisipatif”, tetapi sedikit lebih jauh dalam mempersiapkan pembelajar. Pada tahap ini guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan penjelasan awal mengenai materi yang akan dipelajari lalu mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari.

c. Tahap Inisiasi dan Akuisisi Tahap ini merupakan tahap penciptaan koneksi atau pada saat neuron-neuron berhubungan. Sumber untuk akusisi ini bisa meliputi diskusi, pengalaman praktis, proyek- proyek kelompok, dll. Pada tahap ini siswa diberi permasalahan. Biarkan siswa merasa kewalahan sementara dengan memberikan soal-soal yang menantang, hal ini akan diikuti dengan antisipasi, keingintahuan, dan pencarian untuk menemukan makna bagi dirinya- sendiri sehingga akan memacu proses berpikir kritis dan kreatif siswa.

d. Tahap Elaborasi Tahap ini memastikan siswa tidak hanya sekadar mengulang informasi dari fakta-fakta yang ada secara mekanik, tetapi juga membangun jalur neural yang kompleks dalam otak mereka sehingga dapat menghubungkan subjek-subjek menjadi bermakna. Pada tahap ini siswa dilatih untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatifnya karena elaborasi memberikan kesempatan pada otak kita untuk menyortir, menyelidiki, menganalisis, menguji dan memperdalam pembelajaran. • Biarkan siswa mengeksplorasi permasalahan yang diberikan melalui sumber-sumber

belajar seperti buku, jurnal, internet, dll. • Setelah kegiatan berdiskusi, koordinasikan siswa untuk mempresentasikan hasil diskusi kelompok, sedangkan peserta didik yang lain memperhatikan, memberikan komentar dan pendapat, atau memberikan pertanyaan. Dari presentasi ini, diharapkan siswa dapat mengembangkan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban yang tepat dari permasalahan yang diberikan.

e. Tahap Inkubasi dan Memasukkan Memori Tahap ini menekankan pentingnya waktu untuk istirahat dan waktu untuk mengulang kembali. Otak belajar efektif dari waktu ke waktu, bukan langsung dalam satu waktu. • Sediakan waktu untuk perenungan tanpa bimbingan/waktu istirahat.

• Biarkan siswa melakukan peregangan /relaksasi.

f. Tahap Verifikasi dan Pengecekan Keyakinan Tahap ini penting untuk siswa dan guru. Pembelajaran paling baik diingat oleh siswa ketika mereka memiliki model atau metafora yang berkaitan dengan konsep/materi yang telah dipelajari. Pada tahap ini biarkan siswa membuat mind-mapping/model/metafora tentang materi yang telah dipelajari sesuai dengan kreativitas mereka.

g. Perayaan dan Integrasi Dalam tahap ini sangat penting untuk melibatkan emosi. Buatlah perayaan kecil seperti bersorak atau bertepuk tangan sebelum menutup pelajaran.

Caine , R. N., & Caine, G. (2003, hlm. 4) mengemukakan 12 prinsip utama dalam penerapan brain based learning, yaitu :

1) Otak merupakan processor pararel. Pikiran, perasaan, sifat bawaan, dan emosi saling berhubungan satu sama lain dan berinteraksi dengan berbagai macam model informasi yang diterima otak.

2) Pembelajaran perlu melibatkan keseluruhan proses fisiologi.

3) Mencari pengertian atau pemahaman adalah keinginan awal manusia.

4) Pemahaman terjadi apabila pola/corak dapat dibentuk. Pencarian makna terjadi dengan berpola. Berpola disini lebih dimaksudkan pada pengorganisasian dari pengkategorian informasi.

5) Emosi penting dalam membentuk pola/corak. Emosi merupakan salah satu bagian penting pembentukan pola dalam otak, kita tidak bisa memisahkan emosi dengan kemampuan otak dalam berpikir secara kognitif, karena kedua hal tersebut merupakan faktor yang saling berhubungan. Banyak penelitian tentang otak yang menyatakkan bahwa tidak ada ingatan tanpa emosi. Emosi merupakan sesuatu hal yang membuat kita lebih semangat belajar.

6) Otak bisa memproses keseluruhan dan sebagian pengetahuan sekaligus. Dalam pembelajaran perlu melibatkan kedua belahan otak secara bersamaan.

7) Pembelajaran melibatkan penumpuan perhatian kepada lingkungan peripheral. Belajar melibatkan perhatian yang dipusatkan pada persepsi sekitar.

8) Pembelajaran melibatkan proses-proses sadar dan tanpa sadar.

9) Terdapat dua jenis ingatan, yaitu hafalan dan spasial.

10) Belajar merupakan sebuah perkembangan.

11) Pemahaman terbentuk jika fakta tersimpan dalam ingatan spasial. Pembelajaran bisa diperkuat jika kita menghadapi tantangan dan menghalang ancaman belajar.

12) Setiap otak adalah unik dan setiap individu berlainan. Hal ini terlihat dari gaya belajar dan cara seseorang menyimpan informasi dalam sebuah pola.

Berdasarkan uraian prinsip-prinsip dan tahapan pembelajaran di atas, penerapan pendekatan brain based learning memberikan keleluasaan kepada siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri, memiliki pemahaman konsep yang mendalam, bermakna dan menyenangkan, serta mampu menstimulasi keterampilan berpikir dengan baik.