Mengasah Kemampuan Ekonomi untuk Kelas XI
54
Ide dasar merkantilisme menggunakan model keseimbangan Keynes
yang menyebutkan, surplus perdagangan memiliki efek multiplier efek ganda yang akan meningkatkan output keseimbangan. Peningkatan output
keseimbangan akan mening katkan konsumsi dan kesempatan kerja.
Hal yang menjadi permasalahan ide merkantilisme, yaitu sebagai berikut. 1 Kemakmuran suatu negara diukur dari banyaknya uang logam
mulia yang dapat dikumpulkan. Semakin banyak logam mulia yang dapat dimiliki berarti semakin baik. Konsekuensi pemikiran ini
adalah surplus perdagangan harus disimpan dalam bentuk cadangan logam mulia, terutama emas. Pandangan ini menyebabkan surplus
perdagangan yang dihasilkan tidak menciptakan efek multiplikasi sehingga mening katnya stok logam mulia bermakna meningkatnya
aset yang menganggur.
2 Merkantilisme menganjurkan kebijakan perdagangan yang kontro- versial, yaitu proteksi yang ketat dan pemberian hak monopoli kepada
produsen domestik. Proteksi yang ketat bertujuan membatasi aliran impor barang dan jasa. Dengan demikian, pasar untuk produk-produk
domestik terjamin. Pemberian hak monopoli kepada produsen domestik akan meningkatkan kemam puan bersaing dan kepastian
pasar sehingga kegiatan produksi terus berlangsung. Kelemahan kebijakan ini adalah rakyat terpaksa membeli produk-produk domestik
yang harganya lebih mahal daripada produk negara lain, sementara kualitasnya tidak sebaik produk negara lain. Pembe rian hak monopoli
pada akhirnya memanjakan produsen domestik, yang menyebabkan mereka tidak termotivasi untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi.
Dewasa ini, ide merkantilisme diadaptasi kembali oleh negara-negara
kapitalis, yang dikenal sebagai Merkantilisme Baru Neo-Mercantilism. Ciri utama merkantilisme baru adalah pemeliharaan surplus perda-
gangan, jika perlu dengan melakukan proteksi. Hanya saja proteksi yang dilakukan lebih sopan dan melalui kebijakan-kebijakan yang bersifat
non-ekonomi. Misalnya, tuntutan negara-negara barat agar eksportir yang diprioritaskan adalah mereka yang memerhatikan kelestarian alam
setiap produk harus memiliki green label atau label hijau dan hak asasi manusia memberi upah dan jam kerja yang layak. Oleh banyak Negara
Sedang Berkembang NSB, cara ini dicurigai sebagai cara baru untuk menghambat ekspor NSB ke negara-negara kapitalis. Dewasa ini, banyak
sekali produk kebutuhan pokok NSB, terutama produk pertanian, tekstil, dan elektronik sederhana yang memasuki pasar negara-negara kapitalis.
Hal ini dimungkinkan karena harga jualnya jauh lebih murah daripada produk serupa yang dihasilkan negara-negara kapitalis.
b. Adam Smith: Teori Keunggulan Mutlak Absolute Advantage Theory
Teori perdagangan internasional yang dikemukakan oleh Adam Smith berdasarkan pada pembagian kerja internasional division of labor
yang menimbulkan spesialisasi dan efisiensi produksi dalam menghasilkan sejenis barang. Teori ini menekankan bahwa hubungan perdagangan
dua negara pada umumnya terjadi karena terdapat perbedaan biaya mutlak, yaitu perbedaan biaya yang terjadi karena suatu negara memiliki
keunggulan tertentu yang tidak dimiliki oleh negara lain. Misalnya, kekayaan alam yang menguntungkan suatu negara saja. Untuk lebih
jelasnya perhatikan Tabel 4.1 berikut.
Tajuk Ekonomi
Teori Siklus Hidup Produk Internasional International Product
Life Cycle Theory dibangun berdasarkan pandangan bahwa
produk industri tidak selamanya dapat diandalkan sebagai produk
unggulan. Perubahan selera, teknologi, dan faktor-faktor ceteris
paribus lainnya, menyebabkan suatu produk harus mengikuti
pola siklus teratur yang bagi negara pengembangnya produk tersebut
pada awalnya merupakan produk unggulan, tetapi akhirnya kalah
bersaing.
Sumber: Teori Ekonomi Makro, Prathama
Manurung, 2004
Di unduh dari : Bukupaket.com
55
Perekonomian Terbuka
c. David Ricardo: Teori Keunggulan Komparatif Comparative Advantage Theory
Ketika terdapat negara yang memiliki keunggulan pada semua produk yang dihasilkan, membuat negara tersebut harus mengambil keputusan
barang apa yang dapat memberikan keuntungan komparatif, dengan memilih barang yang dihasilkan pada biaya komparatif terkecil.
Selain keunggulan mutlak, dalam perdagangan internasional dikenal pula istilah keunggulan komparatif. Menurut David Ricardo, keunggulan
komparatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu negara karena dapat memproduksi barang dengan biaya yang relatif lebih murah dibanding
negara lain. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.2 berikut.
Negara Jam Kerja per Satuan Output
Indonesia 40 m
20 ton 1 tekstil = 12 beras
Thailand 10 m
30 ton 1 tekstil = 3 beras
Tekstil Beras
Dasar Nilai Tukar Term of Trade
Dengan menggunakan jam kerja yang sama, ternyata Indonesia lebih banyak menghasilkan tekstil, yaitu sebanyak 40 m dan Thailand lebih
banyak menghasilkan beras, yaitu 30 ton. Dengan demikian, dapat disimpulkan Indonesia memiliki keung-
gulan mutlak dalam produksi tekstil, sedangkan Thailand memiliki ke- ungulan mutlak dalam produksi beras, yaitu sebesar 30 ton. Perdagangan
antara Indonesia dan Thailand dapat dilakukan dengan cara Indonesia mengekspor tekstil ke Thailand dan sebaliknya, Thailand meng ekspor
beras ke Indonesia.
Tabel 4.1
Pertukaran Hasil Produksi Keunggulan Mutlak
Negara Jam Kerja Per Satuan Output
Indonesia 250 kg
200 unit 1 permadani = 1,25 rempah
1 rempah = 0,8 permadani Mesir
400 kg 800 unit
1 permadani = 0,5 rempah 1 rempah = 2 permadani
Dasar Tukar Dalam Negeri Rempah
Permadani
Tabel 4.2
Pertukaran Hasil Produksi Keunggulan Komparatif
Sumber: Tempo, 24–30 April 2006 Sumber: www.suarapembaruan.com
Setiap negara memiliki keunggulan mutlak dalam
menghasilkan barang produksi.
Gambar 4.3
Di unduh dari : Bukupaket.com
Mengasah Kemampuan Ekonomi untuk Kelas XI
56
Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa Mesir memiliki keunggulan untuk kedua produk tersebut sehingga tidak memungkinkan terjadi
perdagangan antara Indonesia dan Mesir. Namun, secara kom paratif masih memungkinkan dengan melihat dasar tukar negara masing-masing.
Indonesia untuk memproduksi 1 unit permadani harus mengor- bankan 1,25 rempah dan untuk memproduksi 1 rempah harus mengor-
bankan 0,8 permadani. Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada rempah karena pengorbanannya lebih kecil. Mesir untuk memproduksi 1
unit permadani harus mengorbankan 0,5 rempah dan untuk memproduksi 1 rempah harus mengorbankan 2 permadani. Mesir memiliki keunggulan
komparatif pada permadani karena pengorbanannya lebih kecil.
Dengan kondisi demikian, masih dimungkinkan terjadinya per- dagangan antara Indonesia dan Mesir.
B. Kurs Valuta Asing