Adam Smith: Teori Keunggulan Mutlak Absolute Advantage Theory David Ricardo: Teori Keunggulan Komparatif Comparative Advantage Theory

Mengasah Kemampuan Ekonomi untuk Kelas XI 54 Ide dasar merkantilisme menggunakan model keseimbangan Keynes yang menyebutkan, surplus perdagangan memiliki efek multiplier efek ganda yang akan meningkatkan output keseimbangan. Peningkatan output keseimbangan akan mening katkan konsumsi dan kesempatan kerja. Hal yang menjadi permasalahan ide merkantilisme, yaitu sebagai berikut. 1 Kemakmuran suatu negara diukur dari banyaknya uang logam mulia yang dapat dikumpulkan. Semakin banyak logam mulia yang dapat dimiliki berarti semakin baik. Konsekuensi pemikiran ini adalah surplus perdagangan harus disimpan dalam bentuk cadangan logam mulia, terutama emas. Pandangan ini menyebabkan surplus perdagangan yang dihasilkan tidak menciptakan efek multiplikasi sehingga mening katnya stok logam mulia bermakna meningkatnya aset yang menganggur. 2 Merkantilisme menganjurkan kebijakan perdagangan yang kontro- versial, yaitu proteksi yang ketat dan pemberian hak monopoli kepada produsen domestik. Proteksi yang ketat bertujuan membatasi aliran impor barang dan jasa. Dengan demikian, pasar untuk produk-produk domestik terjamin. Pemberian hak monopoli kepada produsen domestik akan meningkatkan kemam puan bersaing dan kepastian pasar sehingga kegiatan produksi terus berlangsung. Kelemahan kebijakan ini adalah rakyat terpaksa membeli produk-produk domestik yang harganya lebih mahal daripada produk negara lain, sementara kualitasnya tidak sebaik produk negara lain. Pembe rian hak monopoli pada akhirnya memanjakan produsen domestik, yang menyebabkan mereka tidak termotivasi untuk meningkatkan efisiensi dan inovasi. Dewasa ini, ide merkantilisme diadaptasi kembali oleh negara-negara kapitalis, yang dikenal sebagai Merkantilisme Baru Neo-Mercantilism. Ciri utama merkantilisme baru adalah pemeliharaan surplus perda- gangan, jika perlu dengan melakukan proteksi. Hanya saja proteksi yang dilakukan lebih sopan dan melalui kebijakan-kebijakan yang bersifat non-ekonomi. Misalnya, tuntutan negara-negara barat agar eksportir yang diprioritaskan adalah mereka yang memerhatikan kelestarian alam setiap produk harus memiliki green label atau label hijau dan hak asasi manusia memberi upah dan jam kerja yang layak. Oleh banyak Negara Sedang Berkembang NSB, cara ini dicurigai sebagai cara baru untuk menghambat ekspor NSB ke negara-negara kapitalis. Dewasa ini, banyak sekali produk kebutuhan pokok NSB, terutama produk pertanian, tekstil, dan elektronik sederhana yang memasuki pasar negara-negara kapitalis. Hal ini dimungkinkan karena harga jualnya jauh lebih murah daripada produk serupa yang dihasilkan negara-negara kapitalis.

b. Adam Smith: Teori Keunggulan Mutlak Absolute Advantage Theory

Teori perdagangan internasional yang dikemukakan oleh Adam Smith berdasarkan pada pembagian kerja internasional division of labor yang menimbulkan spesialisasi dan efisiensi produksi dalam menghasilkan sejenis barang. Teori ini menekankan bahwa hubungan perdagangan dua negara pada umumnya terjadi karena terdapat perbedaan biaya mutlak, yaitu perbedaan biaya yang terjadi karena suatu negara memiliki keunggulan tertentu yang tidak dimiliki oleh negara lain. Misalnya, kekayaan alam yang menguntungkan suatu negara saja. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.1 berikut. Tajuk Ekonomi Teori Siklus Hidup Produk Internasional International Product Life Cycle Theory dibangun berdasarkan pandangan bahwa produk industri tidak selamanya dapat diandalkan sebagai produk unggulan. Perubahan selera, teknologi, dan faktor-faktor ceteris paribus lainnya, menyebabkan suatu produk harus mengikuti pola siklus teratur yang bagi negara pengembangnya produk tersebut pada awalnya merupakan produk unggulan, tetapi akhirnya kalah bersaing. Sumber: Teori Ekonomi Makro, Prathama Manurung, 2004 Di unduh dari : Bukupaket.com 55 Perekonomian Terbuka

c. David Ricardo: Teori Keunggulan Komparatif Comparative Advantage Theory

Ketika terdapat negara yang memiliki keunggulan pada semua produk yang dihasilkan, membuat negara tersebut harus mengambil keputusan barang apa yang dapat memberikan keuntungan komparatif, dengan memilih barang yang dihasilkan pada biaya komparatif terkecil. Selain keunggulan mutlak, dalam perdagangan internasional dikenal pula istilah keunggulan komparatif. Menurut David Ricardo, keunggulan komparatif adalah keunggulan yang diperoleh suatu negara karena dapat memproduksi barang dengan biaya yang relatif lebih murah dibanding negara lain. Untuk lebih jelasnya perhatikan Tabel 4.2 berikut. Negara Jam Kerja per Satuan Output Indonesia 40 m 20 ton 1 tekstil = 12 beras Thailand 10 m 30 ton 1 tekstil = 3 beras Tekstil Beras Dasar Nilai Tukar Term of Trade Dengan menggunakan jam kerja yang sama, ternyata Indonesia lebih banyak menghasilkan tekstil, yaitu sebanyak 40 m dan Thailand lebih banyak menghasilkan beras, yaitu 30 ton. Dengan demikian, dapat disimpulkan Indonesia memiliki keung- gulan mutlak dalam produksi tekstil, sedangkan Thailand memiliki ke- ungulan mutlak dalam produksi beras, yaitu sebesar 30 ton. Perdagangan antara Indonesia dan Thailand dapat dilakukan dengan cara Indonesia mengekspor tekstil ke Thailand dan sebaliknya, Thailand meng ekspor beras ke Indonesia. Tabel 4.1 Pertukaran Hasil Produksi Keunggulan Mutlak Negara Jam Kerja Per Satuan Output Indonesia 250 kg 200 unit 1 permadani = 1,25 rempah 1 rempah = 0,8 permadani Mesir 400 kg 800 unit 1 permadani = 0,5 rempah 1 rempah = 2 permadani Dasar Tukar Dalam Negeri Rempah Permadani Tabel 4.2 Pertukaran Hasil Produksi Keunggulan Komparatif Sumber: Tempo, 24–30 April 2006 Sumber: www.suarapembaruan.com Setiap negara memiliki keunggulan mutlak dalam menghasilkan barang produksi. Gambar 4.3 Di unduh dari : Bukupaket.com Mengasah Kemampuan Ekonomi untuk Kelas XI 56 Berdasarkan Tabel 4.2 terlihat bahwa Mesir memiliki keunggulan untuk kedua produk tersebut sehingga tidak memungkinkan terjadi perdagangan antara Indonesia dan Mesir. Namun, secara kom paratif masih memungkinkan dengan melihat dasar tukar negara masing-masing. Indonesia untuk memproduksi 1 unit permadani harus mengor- bankan 1,25 rempah dan untuk memproduksi 1 rempah harus mengor- bankan 0,8 permadani. Indonesia memiliki keunggulan komparatif pada rempah karena pengorbanannya lebih kecil. Mesir untuk memproduksi 1 unit permadani harus mengorbankan 0,5 rempah dan untuk memproduksi 1 rempah harus mengorbankan 2 permadani. Mesir memiliki keunggulan komparatif pada permadani karena pengorbanannya lebih kecil. Dengan kondisi demikian, masih dimungkinkan terjadinya per- dagangan antara Indonesia dan Mesir.

B. Kurs Valuta Asing