52 berada di bagian tengah stasi, dan c basis Santo Yohanes yang berada di bagian
hulu dan seberang Desa Mansalong. 25 tahun sudah perjalanan stasi Mansalong paroki Maria Bunda Karmel.
Ada banyak perkembangan yang membawa harapan kepada Gereja yang lebih hidup dan ada juga tantangan yang mendampinginya, yaitu budaya lokal yang
sering tidak sesuai dengan arah Gereja. Tantangan ini dimaknai sebagai proses yang semakin menumbuhkembangkan Gereja Mansalong demi terwujudnya
Kerajaan keselamatan-Nya.
3. Situasi Umat Stasi Mansalong
Jumlah penduduk stasi Mansalong berdasarkan data yang diperoleh melalui wawancara dengan ketua stasi tahun 2015 berjumlah ± 200 jiwa dengan
40 kepala keluarga. Usia dewasa 132 jiwa dan anak-anak berjumlah 68 jiwa yang tersebar di tiga basis yakni Santa Maria, Santo Yosef, dan Santo Yohanes.
Mayoritas umat stasi Mansalong adalah suku Dayak Agabag, Tahol, dan sisanya adalah pendatang dari luar Kalimantan seperti Flores, Toraja, dan Jawa.
a. Mata Pencaharian Umat
Mata pencarian umat stasi Mansalong bervariasi mulai dari guru, pegawai, pengusaha, pedagang toko, TNI, buruh, dan petani. Mayoritas mata pencarian
umat Mansalong adalah petani, pengusaha, dan pegawai. Yang bekerja sebagai pegawai adalah umat yang tinggal di dekat pusat Kecamatan sedangkan yang
bekerja sebagai pedagang dan petani adalah umat yang tinggal di sekitar pinggiran sungai Sembakung dan wilayah pasar.
53 b.
Segi-segi Kehidupan Umat 1
Segi Ekonomi Kehidupan ekonomi umat stasi Mansalong sebagian besar termasuk
golongan menengah dan bawah. Hal ini terlihat dari pemukiman penduduk dengan rumah panggung dari kayu dengan kualitas bagus dan tidak bagus. Yang termasuk
golongan menengah adalah pegawai, guru, pedagang, pengusaha, dan TNI. Sedangkan untuk golongan bawah adalah buruh dan petani. Golongan menengah
ke bawah sangat membutuhkan perhatian dari paroki. Perbedaan sosial kehidupan dalam bidang sosial ekonomi itu bukan menjadi penghalang dalam kebersamaan
untuk membangun Gereja. Ada sedikit hambatan dengan adanya cara hidup umat di daerah pinggiran stasi khususnya umat yang tinggal di pinggir sungai
Sembakung. Pada umumnya mereka sibuk dengan urusannya masing-masing. Sementara sisa waktu yang ada biasanya digunakan untuk berkumpul dengan
keluarga. 2
Segi Pendidikan Tingkat sosial ekonomi umat mempunyai pengaruh pada tingkat
pendidikan. Ada yang mendapat pendidikan tinggi, adapula yang hanya sampai pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMA saja. Pengaruh itu disebabkan karena
perbedaan pendapatan ekonomi rumah tangga. Yang memiliki pendapatan lebih tinggi dapat memberikan pendidikan kepada anak-anaknya sampai ke jenjang
perguruan tinggi. Sementara rumah tangga yang berpenghasilan rendah merasa berat untuk menyekolahkan anak-anaknya ke jenjang yang lebih tinggi. Menurut
hasil wawancara dengan ketua stasi Mansalong umat stasi Mansalong 70 sampai 80 tamatan SD dan SMP sisanya tamatan perguruan tinggi. Dengan demikian
tingkat pendidikan di stasi Mansalong masih tergolong rendah.